S2. 06

23K 1K 59
                                    

"Ma, Kak Akbar tumben gak pulang? Kemana lagi tuh orang?" Ucap Nara yang menyeruput jus jambu yang dibuatkan Mira.

"Kakakmu lagi bantuin Papa diperusahaan, ada rapat penting di Medan dan papa suruh Kak Akbar buat gantiin Papa." Ucap Mira mengolesi selai kacang diselembar roti tawar lalu diberikan pada Nara.

Siang ini Nara sedang tidak ingin keluar rumah, dia ingin menemani Mira saja. Kalaupun keluar Nara juga tidak tau harus apa, belanja, makanan, dan kesalonpun Nara udah bosan dengan semua itu. Satu-satunya yang membuatnya nyaman hanya bergurau saja dengan Mira yang kadang menceritakan masa mudanya.

"Kamu yakin gak ngelanjutin kuliah kamu?" Tanya Mira meyakinkan lagi Nara.

Nara memang berniat berhenti kuliah karena Nara sendiri malas berpikir soal pelajaran. Buat apa toh kuliah dengan gelas sarjana tapi berujung menjadi istri yang hanya mengurus rumah tangga. Dan Mira maupun Adrian tidak akan marah kalau Nara tidak ingin melanjutkan kuliah, karena jika mereka menekan Nara untuk Kuliah itu bisa membuat anak semakin berpikiran liar apa lagi sampai melawan orang tua.

Nara menggelengkan kepalanya. "Enggak Ma, toh juga nanti bakal nikah."

Mira tersenyum. "Gimana semalam jalan-jalan sama dia? Seru nggak?"

Nara terkekeh. "Seru dong Ma. Dia sering bikin Nara ketawa, tapi kadang nyebelin suka buat Nara emosi deh. Gak pernah berubah kelakuannya."

"Hmm... Gitu-gitu juga bikin kamu seneng kan?" Goda Mira.

"Cek! Seneng iya, nyebelinnya itu loh yang bikin aku emosi terus." Nara gemas sendiri dengan calon tunangannya itu yang semalam mereka pergi berjalan-jalan di pasar malam yang banyak wahananya.

Mira ikut terkekeh mendengar cerita Nara. Mira merasa senang melihat Nara yang bahagia seperti ini walaupun sebenarnya Mira tau kalau Nara masih memiliki rasa terhadap Alvaro. Apapun yang Mira lakukan semua demi Nara agar Nara bahagia, Mira juga tidak memaksa Nara setuju dalam perjodohan ini, tapi Mira menawarkan Nara perjodohan ini dan Nara menerimanya.

Nara yang tadi bercerita soal semalam pada Mira dengan candaan, kini Nara diam dengan seribu kata diotaknya dalam lamunan. Sebenarnya Nara berat dengan perjodohan ini, Nara hanya tidak mau membuat keluarganya sedih dengan keadaannya dan juga tidak ada salahnya menerima perjodohan ini untuk menghapus kenangannya bersama Alvaro.

"Ma, kalo Nara udah nikah nanti Mama masih sayang nggak sama Nara?"

Mira melihat Nara lalu terkekeh. "Kenapa kamu tanya gitu?"

Nara menggaruk pelipisnya yang tak gatal. "Ya gapapa sih Ma, soalnya Nara anak Mama ini takut kalo Mama gak sayang lagi."

"Kamu ini ada-ada aja." Kekeh Mira menoel lengan Nara. "Ya mana mungkin Mama gak sayang sama kamu, Mama tiap hari sayang banget sama Nara gak ada berhentinya."

"Kalo gitu Nara boleh nggak punya apartement sendiri kayak—"

"Sekalian keluar aja dari KK." Potong Mira tersenyum.

Nara yang masih membuka mulutnya karena omongan mira pun langsung cemberut, Nara ingin tinggal di apartemen sendiri seperti Akbar, tapi Mira menolaknya untuk kesekian kalinya. Kenapa Akbar boleh sedangkan dirinya tidak, itu tidak adil namanya.

"Kak Akbar kok boleh, aku kok gak boleh?!"

"Ya kan Kakak kamu ada kerjaan dan harus konsentrasi, kalo Kakak disini gak bisa konsentrasi soalnya kamu ganggu Kakakmu terus." Omel Mira membuat Nara meringis, emang benar kalau Nara yang sering jailin Akbar.









***





Nara masuk kedalam kamarnya lalu berbaring diranjangnya dengan melentang dan kaki yang menjuntai kelantai. Nara menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang memenuhi otaknya, Nara diam dengan pandangan yang sulit diartikan. Tak lama Nara menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskan seperti rasa lelah. Nara memang lelah dengan lika-liku tujuan hidupnya.

ALVARO : Love Is SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang