Chapter 15 Terikat

526 79 3
                                    

Sakura terbangun karena terkejut. Kakinya menyentuh sesuatu yang hangat dan berbulu. Akamaru bergulung di ujung kasurnya dengan keempat kakinya yang terbungkus kaus kaki. Sebelum tidur, Sakura dan Kiba sempat berdebat soal kaki kotor Akamaru. Sakura duduk lalu mengedarkan pandangannya, dia tidak bisa menemukan pemilik Akamaru.

"Maaf membangunkanmu, aku mau mencari partner shinobimu" Sakura menggaruk kedua telinga Akamaru.

Hal pertama yang terjadi setelah dia membuka pintu kamar adalah Yamanaka Ino yang menubruknya. Ino mengeluarkan pekikan marah, desahan kesal, dan decitan rasa khawatir. Tipikal Ino, rasa bersalah memenuhi dada Sakura. Sebagian temannya yang semalam melihat drama antara Sakura dan Kiba pasti sudah menceritakannya pada Ino.

"Dengar, aku akan membantumu mencari Paman dan Bibi, lalu pembunuhan hanya orang yang tidak kenal Paman dan Bibi yang akan mengatakan itu" Ino secara terbuka memelototi Sasuke lalu Karin, "daaan kenapa pria mesum itu bertelanjang dada!"

"Tutup mulut, Ino.." Sakura memalingkan wajahnya ke arah suara. Inuzuka Kiba bersandar di pantri. Rambut basah, bertelanjang dada, celana panjang hitam yang ritsletingnya ditarik asal dengan kancing dibiarkan terbuka.

Sakura merona, rasa malu dan kesal penyebabnya. Sakura yakin semua orang berpikir semalam Kiba dan Sakura berbuat hal kotor. Dia juga yakin semua gadis yang ada di sini bisa melihat otot yang tercetak dengan baik. Rasanya sayang membagi pemandangan yang baru beberapa kali Sakura nikmati.

"Inuzuka Kiba, pakai bajumu sekarang!"

"Hmm? Oke.."

Sakura menyesal mengatakan itu, Kiba berjalan mendekat, masuk ke dalam kamar Sakura untuk mengambil baju. Semuanya hanya bertambah kacau, sekarang semua orang tahu semalam mereka tidur di ruangan yang sama. Sakura berani bersumpah kalau semalam mereka memakai bajunya dengan baik. Tidak ada yang terbuka, tidak melakukan apa - apa selain berciuman dan berpelukan.

Tidak seperti dirinya yang terganggu saat melihat Ino dan Kiba bersama. Ino malah mendesis pada Kiba, keduanya saling mencibir, memperebutkan Sakura. Ino bersikeras tidak mau melepaskan pelukannya, Kiba bersikeras membawa Sakura ke meja makan. Sakura melihat tumpukan roti bakar dan susu putih. Akhirnya Ino melepaskan Sakura setelah perut Sakura bergemuruh, kelaparan.

🌸🐶🌸🐶🌸

Sakura mengunyah dendeng sambil bertanya - tanya, dari mana Kiba mendapat dendeng dan roti. Seingatnya di rumah ini tidak ada dendeng apalagi roti. Ayahnya tidak bisa makan roti. Sarapan di rumah Haruno adalah nasi dan lauk pauk.

Sambil makan, Sakura mendengarkan pembicaraan temannya. Kiba dan tim pencari mengatakan tidak menemukan jejak orang tuanya sama sekali. Karin mengatakan soal penyakit aneh yang menyerang desa. Shikamaru belum bisa menemukan Nona Tsunade dan Shizune.

Pintu yang tiba - tiba terbuka dan Ami yang tiba - tiba berlari masuk, nyaris saja membuat kekacuan. Ami berlari dan berbicara histeris soal orang tua Sakura yang hilang dan tuduhan dari tetua dewan. Kepala lain yang muncul dari pintu terbuka adalah Yuki dan Ryota. Yuki menangis tersedu - sedu, tidak lupa mengumpat tetua Konoha. Sakura cukup heran melihat Ryota bergabung dengan kekacauan ini.

"Ooooohhh! Aku mengenalmu! Kamu.. kamu.. pernah digigit Akamaru kan?" Kiba menunjuk Ami sambil berdiri.

"Tentu saja kenal, bodoh banget, dia Ami yang jahat, sejak kapan kalian akrab?" Ino menyilangkan tangan di depan dadanya. Sakura berusaha membubarkan keramaian dengan mengatakan bahwa dia mau beristirahat. Sakura kembali ke rumah pada pukul 3 pagi, berguling ke kanan - kiri, tidak bisa tidur. Kiba menyelinap 10 menit setelahnya. Baru setelah itu Sakura merasa tenang dan tertidur.

Ami, Yuki, dan Ryota keluar dengan sukarela. Ino terpaksa karena jadwal kerja, begitu juga yang lain. Naruto dan Kiba kembali berseteru. Sakura mengabaikan Sasuke yang terus melihat dirinya. Sakura mendorong Naruto dan Kiba yang bersikeras untuk tidak pergi.

"Naruto.. pergi lakukan apa pun selain menggangguku, kamu juga.. pergi dulu.. aku akan menemui nanti sore" Sakura menunjuk wajah Kiba lalu menutup pintu.

"Aku akan kembali, saat makan siang! Suka atau tidak suka! Buka pintunya atau aku dobrak"

🌸🐶🌸🐶🌸

Kali ini Sakura terbangun karena bunyi 'kelotak - kelokat' dari ruang tamunya. Dia yakin sudah mengunci pintu depan. Inuzuka Kiba, dia berbaring terlentang di atas sofa.

"Apa yang kamu lakukan di sini?"

"Oh sudah bangun, aku membelikanmu sayap pedas, kata Yuki itu makanan kesukaanmu akhir - akhir ini"

"Bagaimana caramu masuk?"

"Dari tas Paman yang tertinggal, aku mengambil kuncinya"

"Keterlaluan.."

"Makan sekarang?"

"Tidaaak.. Kib, dengar.. jangan terlibat denganku, klanmu tidak akan suka"

Sakura ikut berbaring di atas sofa dengan paha Kiba sebagai bantal. Dia menceritakan setiap rahasia yang ditutupi oleh orang tuanya, posko barat, dan beberapa penduduk desa termasuk Rokudaime.

"Tetua klan melakukan apa?"

"Bukan keputusan yang salah kok, itu namanya prioritas"

"Termasuk klanku?"

"Tentu saja, klan besar"

"Gila!"

"Makanya sebelum kamu mendapat masalah, jauhi tempat ini"

"Hmm.. sulit, masalahnya adalah, aku menyukaimu dan hmmm kamu tahu aku alpha kan?"

"Tahu! Jadi itu aneh kan kalau kamu ada di sini, ayolah.. aku sudah bosan dengan cinta yang tidak berbalas, jangan buat aku menyukaimu lebih dari teman"

"Memangnya kamu berciuman dengan seorang teman? Dan melakukan ini? Dengan seorang teman?" Kiba mendramatisasi keadaan. Sakura setuju, dia rasanya tidak mungkin berbaring dengan paha Naruto sebagai bantal, ditambah lagi menikmati usapan di rambutnya. Tidak mungkin.

"Ugh! Kenapa selalu mendebat sih! Oke, aku minta maaf, minta maaf karena menciummu, minta maaf karena entahlah apa pun yang membuatmu kesal"

"Kalau begitu, aku juga minta maaf, maaf karena takdir kita sepertinya terikat.."

"Terikat.." Sakura mendengus, "terikat apa? Benang merah, oh ayolah, kalau aku mate-mu, itu baru masuk akal, aku bu..kan mate-mu kan?, Inuzuka Kiba, itu Ino kan?"

"Bukan, maaf.. itu kamu.."

"Lalu kenapa kamu selalu mengatakan aku bau! Itu harusnya wangi! Bodoh, klanmu sudah tahu? Siapa lagi yang tahu selain kita?"

"Klanku? Tidak tahu, hmm.. Ino dan sai, tahu.."

"Klanmu tidak akan suka, klan besar mengharapkan pernikahan dengan klan besar lain, bukan dengan orang biasa.. itu bu..kan artinya aku mau menikah denganmu" Sakura tergagap karena sepertinya dia terdengar sangat mendamba pernikahan.

"Padahal aku mau.." Kiba kembali memamerkan cengiran nakalnya setelah mendapat pukulan dari Sakura, "aku serius mau.."

Note:
Ketemu lagi selasa minggu depan yaaaw..

Tempted [The Scent That The Alpha Seeks] - Kibasaku FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang