Chapter 30 Pengetahuan Masa Depan (1)

218 44 1
                                    

Sakura seperti hidup dalam mimpi buruk. Kedua orang tuanya mungkin memang tidak terlalu baik padanya, tapi mereka tetap orang tuanya. Setelah hari itu hanya Mebuki yang kembali ke rumah, Kakashi kesulitan untuk melepaskan Kizashi. Itu karena ulah Kizashi sendiri, dia tidak memberikan jawaban dan hanya terus meminta Hokage untuk menjemput Nona Tsunade di desa kecil yang ada di pinggiran Kirri.

Menurut Shikamaru hal itu yang menyebabkan Hokage semakin sulit untuk melepaskan Kizashi. Tidak ada satu pun yang tahu keberadaan Tsunade, tapi Kizashi bisa memberikan lokasi yang tepat. Dia juga menyarankan agar Hokage mengirimkan pelacak dari Klan Inuzuka. Tentu saja Klan Inuzuka menolak, berpendapat bahwa itu hanya sebuah tipuan. Bahkan ketika Sakura menawarkan diri, Hana mendelik pada dirinya.

Sakura merasa kepalanya bisa pecah kapan saja, terlalu banyak tekanan. Dirinya pernah berjanji untuk tidak lagi jatuh cinta secara berlebihan, tapi nyatanya dari seluruh masalah yang menekan syaraf di dalam kepalanya, masalah percintaannya yang terancam pupus adalah yang paling mengganggu.

Inuzuka Kiba menjengit setiap melihat dirinya, begitu juga dengan Akamaru. Seperti doa pendosa yang ketahuan. Pada akhirnya Sakura yang marah berhasil menangkap Kiba. Dia menarik kerah berbulu dari rompi yang digunakan Kiba dan menyeretnya ke dalam hutan. Sakura mengabaikan setiap mata yang melihat mereka. Kiba, dia tidak melawan, dia dengan pasrah mengikuti Sakura begitu juga dengan Akamaru. Akamaru berjalan dengan ekor yang terjepit di antara kedua kakinya.

Rasa takut, memenuhi dada Sakura. Rasa takut yang biasanya menyerang Sakura saat dia melakukan kesalahan, tapi dia tidak melakukan kesalahan apa pun. Rasa takut ini milik Inuzuka Kiba. Sakura melepaskan genggaman tangannya lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Sekarang katakan apa yang membuatmu takut?"

"Aku? Takut? Aku tidak takut apa pun!"

"Katakan!"

"Aku, hmm.. aku takut pada ibuku dan mmmm kamu.."

Sakura mendesah frustasi, Kiba berada di hadapannya, tapi terasa sangat jauh, "aku tidak melakukan apa - apa, kamu menghindariku, menjengit saat kita bertatapan" Sakura berhenti untuk mengambil napas dan mengatur emosinya. Dia sudah berjanji tidak akan lagi memohon atau berusaha menahan orang yang tidak menjadikan dirinya prioritas.

Kiba menghindar dengan cepat ketika Sakura mengarahkan tinjunya. Akamaru ikut menjauh, masih dengan ekor yang terkulai.

"Woaa.. kenapa tiba - tiba menyerang sih?" Kiba kembali berhasil menghindari serangan Sakura.

"Tidak tahu! Aku kesal, terima saja!"

"Tidak mau! Aku ada misi, masuk rumah sakit bukan pilihan yang bagus tahu!" Sakura kembali melompat dengan tinju yang siap bersarang di bagian tubuh Kiba.

"Aku medis, Inuzuka Kiba, aku akan menyatukan tulang yang patah di sini, tidak perlu menginap di rumah sakit!" Sakura berkedip ketika debu dari tanah yang hancur menutupi jarak pandangnya.

Sakura melompat mundur untuk menghindari Akamaru yang berputar menyerangnya. Dia hanya berniat memukul Kiba, jadi dia sedikit kehilangan konsentrasinya ketika melihat Akamaru lah yang menyerang terlebih dahulu. Tidak terlalu sulit menghindari gatsuga milik Kiba, dan juga sepertinya Kiba menahan diri dengan memperlambat kecepatannya.

Dia bisa saja melumpuhkan salah satunya, tapi dia tidak bisa membedakan Kiba dan Akamaru. Jadi, Sakura terus melompat mundur, menunggu waktu yang tepat ketika Kiba kehabisan tenaga. Dalam aspek itu, Sakura yakin dia lebih unggul. Satu - satunya kesalahan yang Sakura lakukan adalah terlalu fokus pada Kiba dan Akamaru yang terus berputar di hadapannya.

"Kena!"

"Ha?"

"Tertangkap? Aku menangkapmu" balas Kiba. Secara bersamaan Akamaru berhenti berputar dan Kiba yang ada di hadapannya menghilang. Sakura jatuh terduduk di atas pangkuan Kiba. Kedua tangan Kiba melingkari tubuhnya, menahan tinjunya agar tidak melayang pada Kiba.

"Ah, benar kamu bisa membuat 1 bunshin"

"Cukup katakan, kamu bisa membuat bunshin, kenapa menekan kata satu sih?" Sakura menggigit bagian dalam pipinya untuk menahan tawa. Dia jelas sengaja melakukan itu agar Kiba tersinggung.

"Karena biasanya aku melihat ratusan bunshin" jawab Sakura. Sakura menyandarkan kepalanya di bahu Kiba. Sepertinya sudah cukup, dia sudah melampiaskan seluruh kemarahannya dan sekarang dia merasa lelah.

Sakura tertawa ketika Kiba mengecup kedua ujung telinganya, "aku takut karena kamu marah"

"Aku tidak marah!" Balas Sakura, kesal. Sekarang dia marah.

"Tidak, kamu marah, mungkin bukan padaku, tapi kamu marah"

"Aku tidak marah, aku tertekan, penduduk desa bergosip tentang Ayahku, Ibuku masih bisa bersenandung saat memasak padahal suaminya menjadi tahanan Hokage, Hokage terus meminta maaf padahal itu bukan kesalahannya" Sakura menyadari bahwa dia kembali histeris, "Jangan lupakan klan Inuzuka yang membuat Ayahku menjadi tahanan, mereka selalu mencibirku, oh, dan aku menyukaimu, aku merindukanmu, aku ingin bicara denganmu, ingin melakukan banyak hal denganmu, tapi kamu menghindariku, itu menyebalkan!"

"Aku tahu.. aku tahu.."

"Kamu tahu aku menyukaimu dan kamu menghindariku? Itu jahat Inuzuka Kiba"

"Tidak, maksudku, aku tahu, klanku menyebalkan"

Sakura menggaruk telinga Akamaru yang berbaring di kakinya sambil terus mendengarkan Kiba yang berbicara soal misi. Sebuah misi sederhana menjemput Hokage Kelima, di desa kecil di perbatasan Kirri seperti informasi dari Kizashi. Permasalahannya adalah, klan Inuzuka tidak mempercayai informasi itu, tapi Kiba bersikeras untuk ikut dalam misi.

"Jadi tetua klanmu menyetujui misi itu, jika kamu berkunjung ke kuil Nekojima? Mengambil apa tadi?"

"Pengetahuan masa depan, semacam ramalan" Kiba menggaruk kepalanya, seperti tidak yakin pada ucapannya sendiri, "yah kurasa sejenis ramalan"

"Ramalan apa?"

"Entahlah, soal gagak emas dan diriku sendiri katanya"

"Bagaimana kalau isi ramalannya adalah tentang aku? Semacam kita tidak seharusnya bersama?"

"Sejujurnya, kurasa itu tujuan Nenekku, ingat soal Paman Seiji tidak? Kurasa aku akan mengambil keputusan yang sama seperti dia"

"Meninggalkan klan?" Sakura berusaha mengingat salah satu gulungan milik klan Inuzuka. Pembelotan salah satu alpha keluarga, alpha yang menhilang tanpa jejak.

"Iya, meninggalkan klan bersama pasangannya, dalam kasusku ya.. kamu.."

"Kamu melamarku dengan cara yang aneh" Sakura berusaha mengontrol emosinya. Dia jelas kaget, Sakura tidak pernah membayangkan kalau Kiba akan mengambil keputusan yang cukup ekstrim, meninggalkan klan.

Sakura tahu walaupun Kiba berbicara buruk tentang klannya, Kiba tetap memuja klannya sendiri, walaupun dia selalu mengatakan bahwa Inuzuka Tsume menakutkan, tetap saja dia sangat menghormati dan mencintai ibunya.

"Jangan bicara sembarangan, Inuzuka Kiba!" Sakura kembali bicara. Dulu Sakura sempat berpikir untuk membuang semuanya dan mengikuti Sasuke. Setelah 8 tahun berlalu, Sakura menyadari alasan Sasuke menolak membawanya. Selain karena Sasuke selalu berpikir untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, Sakura yakin Sasuke pasti tidak mau membuat Sakura meninggalkan seluruh orang yang mencintai Sakura di Konoha.

Begitu juga Sakura, dia merasa akan selalu terkubur dalam rasa bersalah, jika membuat Kiba kehilangan klannya. Bayangan itu membuatnya merinding. Sakura menepuk punggung Akamaru untuk menyuruhnya berdiri lalu mengajak Kiba kembali ke desa.

"Misi itu, bawa aku" Sakura juga ingin mendengar tentang pengetahuan masa depan.

Tempted [The Scent That The Alpha Seeks] - Kibasaku FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang