Chapter 18 Lari

360 68 7
                                    

Kiba memasuki ruang Hokage dengan enggan. Sai menjemput dirinya, sejak awal dia sudah menolak menghadiri pertemuan omong kosong itu. Dari wajah yang memandangnya begitu dirinya memasuki ruangan, Kiba yakin Sakura sudah memberi tahu soal pil bulan yang ada di tangannya. Kiba mengedarkan pandangan, dia tidak bisa menemukan Sakura di ruangan itu. Kiba bergidik saat matanya bertemu dengan neneknya sendiri.

Nenek dan kakaknya secara bergantian meminta Kiba menyerahkan pil bulan. Kiba menjawab dengan tawa geli.

"Kenapa? Ada anak - anak Inuzuka yang terkena wabah?"

"Kiba-kun.." Hinata mencoba untuk menghentikan Kiba. Hinata mengenal Kiba sejak kecil, dia dan Shino tahu kalau saat ini Kiba sangat kesal.

"Dengar, aku tidak akan menyerahkan pil itu secara gratis, termasuk pada Karin, aku tahu kalian mau membuatnya kan? Itu pasti alasan kenapa tim Uchiha ada di desa, penuhi dua syarat, pertama lakukan pencarian orang tua Sakura dengan serius, cari sebagai orang hilang bukan buronan, kedua, aku akan mengambil beberapa pil untuk diriku sendiri"

"Kamu bahkan sudah meminum pil emas, kamu tidak butuh itu.." Sasuke ikut berbicara, mencemooh.

"Bukan untukku, untuk Sakura, dia dan keluarganya tidak mendapat pil emas, untuk Lee dan Sai juga" Ino dan ibunya memekik bersamaan. Sasuke membuka lalu menutup mulutnya lagi.

"Itu aneh.. aku bahkan mendapat jatah pil emas.." Karin ikut berbicara.

"Tidak tahu, tanyakan saja pada tetua klan di hadapanmu"

"Lalu bagaimana cara kita menghentikan wabah ini? Pencarian lili emas?, orang yang menemukan lili emas adalah Sakura?" Bibi Yamanaka mendesah sedih, "bukankah kita memang keterlaluan anak itu yang mencari lili emas, dia yang membuat pilnya bahkan kita tidak bisa memberikan tiga pil untuk keluarganya? Bagaimana bisa Paman mengambil keputusan seperti itu!" Lanjut ibu dari Yamanaka Ino, dia mendelik kesal pada seseorang yang dipanggil kakek oleh Shikamaru.

"Tidak ada yang tahu kalau keluarga Haruno tidak mendapat pil emas, tidak ada yang tahu jumlahnya, kami hanya memutuskan untuk tidak membaginya pada penduduk selain anggota klan" Hyuuga Hiashi ikut berbicara.

"Pil bulan yang ditinggalkan oleh Paman Kizashi cukup banyak, dia secara an..eh, unik.. menyebarkan pil bulan di beberapa tempat di Konoha, jangan berpikir untuk mencarinya aku sudah mengumpulkan semuanya" lanjut Kiba.

"Kami akan memberikan berapa pun jumlah pil bulan yang kamu minta, soal pencarian, aku akan memberikan pencari terbaik dari klan Inuzuka, itu termasuk dirimu, serahkan pil itu"

"Baik, setelah Sakura meminum pil pertama aku akan menyerahkannya, sekarang tugas kalian untuk membuatnya meminum pil itu"

"Sakura menolak meminum pil itu? Kenapa?" Shikamaru memiringkan kepalanya.

"Tidak tahu, alasan sentimental sepertinya" Kiba mengangkat bahunya, Kiba yakin tetua Konoha tidak mungkin mengucilkan Sakura. Sakura cukup penting bagi desa. Satu - satunya alasan adalah penolakan itu datang dari Sakura. Sakura sendirilah yang menolak pil emas. Hanya itu alasan yang masuk akal.

Kenapa?

"Sakura-chan barusan meminta izin untuk pergi dari Konoha kan?, kurasa kita harus segera menyusulnya!" Naruto menghentakkan kakinya kesal. Konoha dan anggota klan semuanya belum berubah. Mereka masih mengagungkan darah keturunan.

"Pergi dari Konoha? Mana bisa begitu.." Kiba mengisyaratkan Akamaru untuk mengikutinya. Hana berusaha menghentikan Kiba dengan mengatakan hal paling penting adalah menyerahkan pil bulan.

"Penting? Penting apanya? Pil emas dibuat dari usaha Sakura, dia tidak mendapatkannya, pil bulan dibuat oleh Ayahnya, bahkan Paman awalnya hanya mencari obat untuk anaknya sendiri, tapi dia malah membagikannya gratis, sekarang aku akan memastikan anaknya mendapat pil bulan sebelum orang lain, kalau Sakura tidak meminumnya, ya kalian pikir saja bagaimana cara menguburkan korban wabah"

🌸🐶🌸🐶🌸

Kiba menemukan pintu apartemen yang terbuka dan Sakura yang berbaring terlentang di atas sofa.

"Aku akan pergi mencari orang tuaku sendiri.. daann aku berniat membawamu bersamaku.. mau ikut? Melarikan diri? Aku muak pada Konoha, bukan aku muak pada tetua Konoha"

"Tentu saja.." Kiba dengan cepat mengambil ransel coklat tua dan mengemas pakaian, makanan ringan, pil makanan, dan satu kantung pil bulan yang selalu dia sembunyikan di balik jaketnya.

"Cepat sekali kamu memutuskan.. memangnya tidak berniat pamit pada Kak Hana dan Bibi Tsume?"

"Tidak perlu.. Sakura.. sepertinya secara tidak sengaja aku melakukan sesuatu, sesuatu yang sepertinya membuat ikatan kita semakin dalam, aku merasakan kegelisahanmu saat kita berjauhan, jadi mau tidak mau, nikmati saja saat - saat kita bersama"

Sakura menjawab dengan tawa geli dan cibiran. Soal Kiba yang sok puitis dan seenaknya "baiklah, terima kasih karena mau ikut.. tidur dulu? Kita berangkat besok pagi sebelum matahari terbit, daann dengar ya, itu kamu yang gelisah karena tidak berdekatan denganku" Sakura kembali mencemooh Kiba.

Kiba menarik Sakura berdiri dan membawanya ke dalam kamar tidur. Akamaru menaiki sofa sambil meledek Kiba.

Pasanganmu gila kebersihan, aku akan tidur di sini, lagi pula sepertinya kalian akan bercinta..

Kiba melempar gulungan perban pada Akamaru, Sakura memelototi Kiba karena bertingkah aneh. Kiba menutup rapat kamar tidur lalu duduk bersandar pada nakas. Akhirnya Kiba mengajukan pertanyaan yang menghantuinya.

"Pil bulan? Aku takut pilnya kurang, rumah sakit penuh dengan anak - anak dan lansia, lagi pula aku sulit menelan pil itu, Ayah dan Ibuku mungkin saja sedang kesulitan"

"Bodoh, minum ya? Kita kan mau melarikan diri, Ayahmu benar - benar berpikir dengan cara yang aneh mmm nggg unik, dia menyembunyikan banyak sekali pil bulan, sepertinya dia juga sengaja memberikannya padaku, aku bisa mencium aroma bunga dari pil bulan, mudah sekali menemukannya"

"Kamu tidak mengenali jenis bunganya?"

"Tidak, tidak ada di toko Yamanaka" Sakura menghela napas kecewa, "kecewa ya? Aku juga kupikir paling tidak kita bisa membuat duplikatnya, aku akan lebih tenang dalam mencari Paman dan Bibi" lanjut Kiba.

Kiba mengusap punggung Sakura untuk beberapa saat sebelum kantuk menyerangnya. Sesuatu seperti mengganjal, dia sepertinya harus mengingat sesuatu. Kiba benci berpikir keras, tapi rasanya dia harus berpikir untuk menemukan orang tua Sakura. Kiba tidur setelah beberapa saat bertarung dengan rasa lelahnya karena mengelilingi desa.

Tempted [The Scent That The Alpha Seeks] - Kibasaku FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang