16. Dia

12 1 0
                                    

"Arumi lo kenapa ngelamun dan nyebrang jalan sembarangan? Lo hampir ketabrak, Arumi."

Tatapan Arumi beralih menatap seseorang yang sudah menyelamatkannya dari maut.

Jagat.

Jagat lah yang sudah menyelamatkan Arumi dalam bahaya, pasien Arumi yang tempo hari menawarkan diri untuk menjadi teman ceritanya. Ini bukan kali pertama ia menyelamatkan Arumi. Tempo hari saat Arumi tak sengaja terkena air panas, Jagat juga yang menyelamatkannya.

"Lo itu selalu bilang sama gue buat gak bahayain diri gue tapi kenapa lo malah bahayain diri sendiri. Ayo duduk dulu, sebentar gue beli minum dulu."

Tidak sampai 5 menit, Jagat kembali dengan membawa sebotol air minum untuk Arumi agar ia merasa lebih tenang.

"Ini lo minum dulu Ar-"

"Ah sorry may I call you by name?"

"Ya, it's not a clinic."

"Minum dulu, Arumi."

"Makasi."

Arumi merasa sedikit tenang setelah meminum air yang Jagat belikan untuknya.

"Mau jalan-jalan sebentar?"

"Boleh." Angguk Arumi.

Jagat membawa Arumi berjalan-jalan, ia hanya ingin membuat Arumi tidak memikirkan apa yang membuatnya dalam bahaya seperti tadi.

Disini mereka berada, di tempat yang sangat indah. Arumi pun tak pernah mengetahui ada tempat seindah ini.

"Gue selalu kesini sama Bunda."

"Tempatnya cantik ya. Pasti Bunda lo cantik deh."

"Lo bener, Bunda wanita tercantik yang pernah gue temui. Oke oke bukan waktunya untuk itu. So, you want to tell? Kenapa lo bisa sampai kaya tadi."

Apa gapapa gue cerita sama orang yang baru aja gue kenal. -batin Arumi.

"Pasti lo mikir buat apa lo cerita sama orang yang gak lo kenal, iya kan?"

"Cenayang ya lo?"

"Hahahaa. Kalau gitu anggap gue dokter lo untuk di luar klinik."

"Hmm ceritanya panjang."

"Gue pendengar yang baik."

Arumi terkekeh dibuatnya.

"Jadi gue punya pacar kita udah berhubungan selama kurang lebih tiga tahun. Gue sama dia itu berbeda."

"Berbeda?"

"Keyakinan kami berbeda."

"Sorry."

"It's okay, dan selama ini orang tua dia pun gak menyetujui hubungannya sama gue. Tadi gue denger percakapan dia sama Bundanya kalau dia harus putusin gue."

"Hhfttt berat."

"Yah begitulah."

"Tapi gak ada yang gak mungkin, bukan? Jodoh gak ada yang tau, mungkin juga ini ujian untuk hubungan kalian agar lebih kuat."

"Gitu ya?"

"Yah mungkin? Karna gue belum pernah pacaran sejujurnya."

"Wait, hah? Lo serius?"

"Kenapa?"

"Lo serius belum pernah pacaran?"

"Ya iya, aneh memang?"

"Ya engga sih tapi- iya sih udah gak usah pacaran, bikin pusing. Mending langsung nikah aja."

"Jadi lo ada niat ke arah itu sama cowok lo?"

"Apa?"

"Pernikahan.

"Ada."

"Kenapa gak nikah sekarang aja? Ah sorry gue lupa."

"Kita ada tujuan untuk itu, tapi temboknya besar banget ya kayanya."

"Hmm, tembok itu bisa runtuh kalau salah satu dari kalian ada yang mau login."

"Login?"

"Ya, pindah agama. Tapi menurut gue pindah agama karna seseorang itu kurang baik. Dia harus pindah agama karna tuhannya."

OHOK OHOK!

"Arumi?"

Mendadak wajah Arumi pucat, tubuhnya dingin.

"Lo demam."

Jagat dengan cepat membawa Arumi ke rumah sakit terdekat. Tubuh Arumi sangat menggigil, ia khawatir.

FORCED FATE 🔞 || KEVIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang