22. Lampu hijau

10 1 0
                                    

Arumi keluar dari kamar, ia melihat Bapaknya memeluk Kalandra. Pemandangan yang tidak biasa, kali pertama Arumi melihatnya.

"Bapak, ditunggu Mama tuh."

"Mama kamu tuh ya, Arumi. Tidak bisa lepas dari Bapak sebentar pun."

"Ish Bapak bucin."

"Hahaa ya sudah, Bapak istirahat ya."

"Selamat istirahat."

Netra Arumi beralih pada laki-laki yang berdiri di hadapannya. Siapa lagi jika bukan sang pacar, Kalandra.

"Dih senyum-senyum, abis ngobrol apa sama Bapak?"

"Mau tau aja atau mau tau banget?"

"Kala ah bercanda mulu."

"Rahasia antara bapak kamu dan calon menantunya." Bisik Kalandra.

Calon menantu katanya calon menantu. -batin Arumi.

"Yaudah kamu juga istirahat, aku pamit yah."

"Ih serem banget."

"Serem?"

"Kok pamit sih kaya mau pergi jauh aja."

"Hahaha ya maksud aku pamit pulang sayangku, ini udah malem. Gemes banget sih pacar Kala."

Tangan Kalandra mencubit hidung pacarnya, gemas.

CUP!

Bukan hanya di cubit. Jantung Arumi rasanya seakan berhenti berdetak karna Kalandra mengecup hidungnya. Arumi khawatir kedua orang tuanya melihat itu.

"Kala ada Bapak sama Mama."

"Sini peluk dulu."

Semakin menjadi, Kalandra memeluk Arumi tanpa rasa khawatir terciduk kedua orang tua Arumi yang sedang menginap.

"Kalau kaya gini kapan pulangnya?"

"Oh iya, aku harus pulang ya? Yaudah aku pulang, kamu istirahat."

Kalandra mengelus kepala Arumi dengan sangat lembut lalu pergi melangkahkan kakinya keluar rumah.

Akan tetapi langkahnya terhenti.

"Aru."

"Ya?"

"Good night and sweet dream, Aru cantik."

Kala bisa gak sehari aja gak bingin gue salting? -batinnya.

Setelah memastikan Kalandra benar-benar pergi pulang, Arumi masuk ke dalam dan langsung beristirahat.

"Ekhem lampu ijo."

"Lo belum tidur?"

"Hehe gue abis nguping obrolan bokap lo sama calon menantunya."

"Apa? Kasih tau gue dong. Kalandra gak kasih tau gue."

"Hoaamm gue ngantuk, gue mau tidur. Met malem bestie."

"Ih Angel!!!!"

FORCED FATE 🔞 || KEVIN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang