Chapter : 18

995 65 1
                                    

[•••]

Dera tiba di sekolah lebih pagi dari biasanya. Jujur, selama perjalanan dari depan gerbang depan hingga depan kelas ia merasa tidak aman. Serasa ada yang mengikutinya.

Syukurnya sekarang ia sudah di dalam kelas dengan beberapa orang di bangkunya masing-masing.

Seorang siswi teman sekelasnya muncul dari balik tembok, hal itu membuat Dera senam jantung. Sudahku katakan jika anak ini sedang merasa was-was.

"Itu bocah, bikin kaget aja." gumamnya. Fokusnya kembali pada buku dan pena di depannya.

Akibat dihantui rasa khawatir yang berlebih, Dera mengerjakan soal-soal di buku paket sekolahnya guna menyibukkan otaknya agar tidak memikirkan hal yang ia khawatirkan.

Saat sedang serius suara seorang mengagetkan Dera dengan sengaja.

"DERANA!!"

Suara Lusi yang begitu menggelegar mungkin sampai ke ruang kelas sebelah.

Dera yang sedang khawatir itu di perlakukan demikian membuat jantungnya hampir meledak bahkan tubuhnya panas seketika hingga ia berkeringat.

Tangan tanpa kuku panjang itu menekan dadanya, menenangkan diri. Ditambah ekspresi kesakitan di wajah Dera berhasil membuat Lusi, sang pelaku khawatir. Tangannya yang sejak awal berada di bahu Dera segera ia gunakan untuk mengguncangnya.

Tubuh Dera yang duduk di kursi kelas bergerak ke kanan dan ke kiri menyebabkannya pusing.

"Woi-woi, Lus! Udah woi! Pusing nih gue!" keluhnya sembari memegang kepalanya.

"Pusing?! Lo sakit?!" tanya Lusi panik. "Kenapa masuk kalo sakit, bego?! Istirahat aja di rumah 'kan bisa!" protes Lusi.

"Udah diem, lo!" geram Dera.

Lusi bergerak duduk di samping Dera. "Lo kenapa? Sakit 'kan?" tanya Lusi.

"Nggak, gue nggak papa." jawab Dera singkat.

"Kenapa sih? Ceritalah sama gue!" pinta Lusi.

"Iya, nanti gue cerita kalo gue mau." balas Dera malas.

Lusi diam sejenak. Tak lama kepalanya mengangguk dengan bergumam 'iya'.

[•••]

Istirahat tiba setelah sekian jam berlalu dengan pelajaran yang tak semuanya mudah. Ini menjadi kesempatan para pelajar untuk memberi asupan pada otak mereka.

Tak jauh berbeda dengan Dera dan Lusi. Sepasang teman sebangku itu sedang berdebat.

"Ayolah, Ran." ajak Lusi memelas. Ia menarik Dera yang lengket dengan kursinya untuk bangkit.

"Gue nggak dulu, lo pergi aja." bantah Dera. Tangan kirinya membuka resleting tas seorang diri karena tangan kanannya ditarik oleh cewek aneh di sebelahnya.

"Ayo kantin!" teriak Lusi.

"Nggak!" ucap Dera tegas.

Lusi menghela napas. "Andai Sia ada." gumam Lusi begitu lirih bak bisikan. Sayang, selirih itu masih berhasil terdengar oleh Dera.

"Sia siapa?" tanya Dera penuh kecurigaan.

"Ya, Sia-lah, siapa lagi?" sewot Lusi.

Sia siapa? batin Dera.

"Ke kantin aja nggak mau, kenapa sih?" tanya Lusi kesal. Ia melepas tangan kanan Dera begitu saja.

"Ya nggak mau, emang lagi males aja." ujar Dera malas. Ia sudah fokus pada ponselnya.

Behind the Script [Upload Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang