Chapter : 25

639 50 2
                                    

[•••]

Ha?

Emang gue ada kenal sama lo sampe gue harus ingat sama situ?

Dera melirik sinis sosok di sampjng kanannya. Ia belum pernah melihat cewek ini sebelumnya.

Cewek yang semula kalap itu bersedekap dada menatap kembali pada teman sebangkunya. Sontak Dera mengerutkan dahinya di kala mendapati tatapan tak percaya Lusi. "Lo beneran lupa sama Sia?"

Dera tidak menjawab melainkan mendengus dan memutar bola matanya malas.

Lusi dan Sia saling tatap dan berkomunikasi melalui tatapan mata. Bagaimana ini? Apa yang harus dilakukan? Sahabat mereka ini sebelumnya belum pernah marah sebesar ini.

Ditambah Sia yang menjadi alasan serta sasaran amarah Derana. Padahal sungguh, Sia baru bertemu Derana hari ini, dengan Lusi juga. Ia berani bersumpah bahkan.

"Gini, Rana," Sia membuka suara lirih. Namun, lagi-lagi Derana meliriknya sinis, hal itu membuat nyali Sia menciut seketika.

"Ran?" panggil Lusi. "Lo tadi kenapa sih?"

"Tanpa alasan lo nyerang Sia gitu aja."

"Gue punya."

"Apa?"

"Dia nggak tanggung jawab."

"Soal seragam?" Dera diam, Lusi paham bahwa memang tentang itu.

Lusi menghela napas. "Kronologinya gimana sih emangnya?"

Dera berdecak keras. "Gue udah cerita 'kan tadi?" balasnya lelah. Lusi lagi-lagi menghela napas bersama matanya yang terpejam sesaat.

"Ada mobil lewat terus nginjak kubangan air yang itu muncrat ke lo." Lusi menjeda. "Terus lo kasih si orang yang sekiranya majikannya sopir itu 'nasehat'." lanjutnya dengan gestur jari mengisyaratkan tanda kutip.

Tidak hanya diam saja, kini Dera mengangguk sekali.

"Dan lo nyerang Sia, karena lo anggap dia si pemilik mobil itu?" Dera mengangguk lagi. Ia tak ingin berbohong, lagi pula itu memang alasannya.

"Tapi, gue tadi nggak bawa mobil, apa lagi sopir." guman Sia menatap kosong meja di depannya. Baiklah, Lusi paham sekarang. Sepertinya ada kesalahan pahaman di sini.

"Sia, kakak lo masuk juga nggak hari ini?" tanya Lusi dan diangguki oleh sang empu.

"Dia ke sekolah naik...?" Lusi sengaja menggantung pertanyaannya untuk dijawab oleh Sia. "Mobil kayaknya." jawab Sia ragu.

"Oke, mobil!" seru Lusi bersama tepukan tangan sekali seakan ia menang undian. Dera menatapnya lelah. Lihat senyum semringah di wajah merahnya, membuat Dera semakin lelah. "Pakai sopir?"

"Biasanya sih iya."

"Oke, Dera, lo kayaknya salah orang." putus Lusi.

"Hah?! Salah orang gimana?! Orang jelas-jelas orangnya sama kok!" seru Dera tiba-tiba tak terima. Bahkan cewek itu bangkit dan menunjuk-nunjuk Sia.

"Lihat, mukanya mirip loh! Seragamnya apa lagi!" lanjutnya sembari memegang wajah Sia lalu mencubit seragamnya.

"Oke, kalau soal kekerasan tadi gue minta maaf. Gue nggak sengaja. Tapi, beneran dia yang tadi gue lihat!" cerosos Dera menatap Lusi lalu Sia.

"Lo lihat name tagnya?" Dera mengangguk. "Lihat."

"Siapa?"

"Bar..Barbara.. S." ucap Dera sembari mengingat. "Iya, Barbara S. Nggak tahu 'S'-nya apaan."

Behind the Script [Upload Ulang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang