[•••]
My ..?
|Nanti jangan pulang dulu ya tunggu aku ♡
Dera mengerutkan keningnya melihat pesan yang datang kepadanya. 'My' apa? Simbol hati apa lagi di akhir kalimat itu? Bikin geli aja.
Masa bodoh dengan pesan itu, Dera mengabaikannya dan memilih menyimpan ponselnya ke dalam saku alu berjalan pergi meninggalkan kelas.
Beberapa lama Dera menunggu ojek pesanannya akhirnya datang juga. Segera ia menaikinya untuk pulang kerumahnya. Namun baru beberapa ratus meter berjalan perjalanan terhenti. Dera melihat ada seorang berjaket hitam mengendarai motor besar dengan helm full face membuatnya kesulitan mengenalinya. Tunggu, dari posturnya itu seperti seseorang yang Dera kenal.
Pengendara itu turun dan mendekati Dera dan tukang ojek. Tukang ojek itu menatapnya was-was. Tiba di dekat Dera pengendara itu menaikkan kaca helmnya. Kan...! Bener!
"Kan aku udah bilang buat nungguin." katanya. Dera diam mengingat. Oh, pesan itu? Itu dari situ? Ngomong dong!
"Oh, kenapa?"
"Kenapa kamu bilang?" tanyanya tak percaya. Artaleon berkacak pinggang dan menatap sekitar tak percaya. "Turun! Pulang sama aku!"
"Loh? Nggak bisa lah. Abang ojeknya gimana?" protes Dera. "Aku bayar, kamu ikut aku." putusnya.
"Oke."
[•••]
Suasana sekolah mulai sepi dikarenakan sudah banyak pelajar yang meninggal sekolah. Suasana mulai sepi hanya terdengar suara lalu lalang kendaraan di depan sekolah.
Berbeda dengan keheningan area depan sekolah, cukup kontra di area belakang sekolah. Lebih tepatnya ada dua orang cowok dan tiga orang cewek berhadapan di atas tanah berkerikil itu.
"Ar- Artaleon," panggil Nara terbata-bata. Sesekali ia melirik sosok yang dipanggilnya. Artaleon berdiri gagah menyimpan tangannya di dalam saku celana dan berbincang dengan Giovanni mengabaikan ia dan kedua temannya.
Nara mengeraskan rahangnya. Ia menyenggol kedua teman yang juga berdiri di sisinya. Tadi sesaat setelah keluar dari kelasnya, mereka bertiga digiring Giovanni dengan Artaleon di belakangnya.
Ia bertanya-tanya apa kesalahan yang telah ia lakukan? Tidak mungkinkan ini hanya karena kejadian di kantin tadi?
Sial. Apa-apaan sih ini? batinnya.
"Ini kenapa sih, Na?" bisik Paula. Putri ikut menoleh menatap Nara yang berada di tengah-tengah mereka.
"Gue juga nggak tahu. Jangan tanya gue." balas Nara turut terbisik.
"Jangan bilang gegara tadi di kantin?" tebak Putri yang sejalan dengan perkiraan Nara. Ucapan Putri diangguki oleh kedua cewek itu.
"HEH! SIAPA YANG NYURUH GERAK SEENAKNYA?! HAH?!" Bentakan Giovanni mengejutkan ketiga cewek itu. Sontak dengan tergesa mereka merapikan barisan.
"Ngomongin apaan tadi lo pada?!" tanya Giovanni. Dengan tatapan tajamnya, ia mondar-mandir di hadapan cewek itu.
"JAWAB!" bentaknya. "Pada punya mulut kan?" sarkasnya melirik tepat ke arah Nara yang menunduk ketakutan.
"Nggak ngomongin apa-apa kok, Kak." lirih Paula menjawab.
Alis Giovanni terangkat sebelah. "Yakin?" Ketig cewek itu diam tidak menjawab ataupun bereaksi lebih. Hanya jemari mereka saling memilin di depan.
"Kalian tahu kenapa kalian di sini?" bisik Artaleon tajam di samping kepala Nara diantara gadis itu dan Putri.
Punggung Nara dingin seketika. Jantungnya berdetak sangat kencang. Ia tidak sadar kapan cowok itu berjalan dan kini tiba di belakangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Script [Upload Ulang]
Teen Fiction[Transmigrasi Story] [Slow Updet/sesuai mood] Bukan terjemahan! Karya pribadi dan bukan jiplakan! Belum revisi. ------------------------------------------------------------------------ Menjadi penggemar salah satu novel best seller adalah status A...