SUDAH lima hari Aisha berada di rumah ini dan lukanya telah membaik. Meski belum seratus persen sembuh, Aisha sudah dapat melakukan aktivitas secara normal walau terkadang lukanya masih agak nyeri.
Hari ini adalah hari Minggu, dan aktivitas pertama yang telah Aisha lakukan adalah kembali mempelajari bahasa Inggris bersama guru kursusnya waktu itu. Pelajaran dimulai pukul delapan pagi sampai setengah sebelas siang. Karena hari Minggu merupakan hari libur, Aisha disuruh untuk istirahat total.
Gadis cilik itu kini tengah mengitari taman yang berada di halaman belakang rumah tersebut. Ia bosan sekaligus merindukan ibunya. Apakah ibunya merindukannya juga?
Aisha pun menghampiri Mrs. Riney yang sedang berada di dapur dan menarik dengan lembut baju yang dipakai Mrs. Riney. Ia yang menyadari bahwa Aisha tengah gelisah pun menoleh.
"Ada apa, Aisha?" tanya Mrs. Riney. Ia pun menekukkan kakinya sedikit untuk menyamakan pandangannya ke Aisha.
Gadis cilik itu ragu, namun rasa rindunya tak terbendung lagi.
"Aku rindu Ibu." ucap Aisha lantang. Mrs. Riney pun terperanjat.
"Mau bertemu ibu?" tanya Mrs. Riney menawarkan. Aisha mengangguk.
"Tapi, ada syarat jika ingin bertemu ibu," ujar Mrs. Riney memberikan peraturan. Aisha menatap Mrs. Riney dengan rasa penuh keingintahuan.
"Kamu hanya boleh melihat ibumu dari jauh, mengerti?" pinta Mrs. Riney memperingatkan. Aisha mengangguk namun dari raut wajahnya ia juga merasa keheranan. Mengapa jika ingin bertemu ibu harus dari jauh? Apakah ia tidak boleh memeluk ibunya?
Karena rasa rindu yang lebih besar, Aisha pun mengiyakan perintah Mrs. Riney dan segera berangkat pada saat itu juga.
Setelah sampai, Aisha melihat banyak orang yang takziah ke rumahnya. Sebenarnya, apa yang terjadi?
Sesuai janjinya, gadis itu hanya melihat dari jauh. Sesaat kemudian ibunya pun keluar dengan menggendong adiknya yang masih bayi. Gadis cilik itu ingin berlari lalu memeluk ibunya, namun tubuhnya ditahan oleh Mrs. Riney. Aisha pun menoleh.
Mrs. Riney menggeleng seolah mengatakan, "Tidak, kamu tidak boleh kesana." Aisha pun luluh kemudian ia hanya melihat keramaian itu dari jauh.
Di halaman rumahnya yang hanya sepetak itu, ia mendapati ada seorang anak bertubuh kaku yang seolah-olah menyerupainya. Mengapa jasad itu mirip sekali dengan dirinya?
"Kak, mengapa ada aku di sana?" tanya Aisha tak mengerti. Ia masih terlalu kecil untuk mencerna peristiwa yang saat ini terjadi di depan matanya.
Mrs. Riney terdiam. Ia ingin menjelaskan seringkas mungkin agar otak gadis kecil itu sanggup mencernanya. Mrs. Riney kemudian bersuara.
"Kamu yang di sana telah mati. Orang-orang yang mengenalmu dulu dan sekarang menganggapmu telah mati. Jika kamu berlari kesana, kamu tahu bukan akan banyak ada keributan di sana?" jelas Mrs. Riney. Aisha menelan ludah.
Ia pun mengangguk. Bukankah selamat dan tetap hidup serta menikmati kehidupan yang lebih baik sekarang adalah nikmat paling besar dibanding berada di sana?
Karena sudah lama berada di tempat tersebut, mereka akhirnya pun pulang sementara Aisha masih menyisakan pertanyaan besar yang otak kecilnya tak sanggup cerna di usianya sekarang. Kelak ia akan mengerti seiring berjalannya waktu.
.
.
.
Penasaran, gak?
Happy reading!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found You
Teen FictionAisha, gadis miskin yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung memiliki berjuta mimpi. Awalnya ia tidak pernah bermimpi, toh... apa gunanya bermimpi baginya? Tapi karena pengalaman hidup yang pahit dan ia terus dituntut untuk hidup. Ia memutuskan harus...