HARI ini merupakan hari Kamis, hari dimana Sira harus ke sasana lagi ditambah dengan penambahan materi keolahragaan yang mesti ia ganti karena beberapa hari yang lalu ia absen dari kegiatan hariannya itu. Yah, kalian tahu karena apa.
Dari pagi menjelang bel jam pertama berbunyi, ketika Sira memeriksa lokernya untuk mengambil buku untuk mata pelajaran jam pertama, ia mendapatkan sebongkah cokelat yang lumayan besar beserta catatan kecil yang tertempel di box luar cokelat itu.
Semangat ngejalanin harinya,
From Kieva.
Itu isi suratnya. Meski gadis itu sering mendapatkan cokelat dari para pengagum rahasianya, kali ini dia lumayan senang mendapatkan cokelat itu. Tentu saja ia senang karena cokelat itu berasal dari teman semasa kecilnya.
Sesampainya di kelas, Sira meletakkan cokelat itu di mejanya dan memakannya perlahan.
Enak. Batin Sira.
Anak kelasannya yang menotice Sira tengah memakan cokelat pun mendatanginya dan bertanya, "Dapet cokelat dari siapa, Ra? Kan hari ini bukan Valentine?" tanya Sherina.
Meskipun gadis itu memang sok akrab dengan Sira, sebetulnya ia berniat baik pada gadis itu. Sherina ingin berteman dengan Sira.
Sira pun menoleh dan menawarkan cokelat miliknya.
"Dari Kieva, kamu mau?" jawab Sira setelahnya. Sherina mengangguk malu.
Sherina pun mengambil kepingan cokelat itu dan memuji takjub, "Wah, Keva beneran pendekatan sama kamu, ya? Keren banget." puji Sherina tulus. Sira yang dipuji pun tertunduk malu. Mukanya merah.
Setelah wajah merahnya agak mereda, Sira bertanya, "Emang kalo pendekatan tuh begini, ya?" tanyanya. Sira enggak sadar ya kalau Sherina tengah memandanginya dengan tatapan tak percaya?
"Kamu enggak tau kalo ini termasuk pendekatan? Loh bukannya kamu banyak yang ngedeketin, ya?" tanya Sherina kemudian. Sira berpikir sejenak. Sepertinya pernah, deh. Hanya saja ia menolak semua pemberian orang-orang yang tengah mendekatinya.
Agaknya Sherina mengerti apa yang dipikirkan Sira.
"Good luck, yaa." ucap Sherina kemudian. Ia pun pamit dari hadapan Sira dan kembali ke kursinya. Teman-teman Sira yang lain hanya memandang Sira dan Sherina yang tengah mengobrol satu sama lain.
Mungkin teman-teman Sira berpikir kalau gadis itu tipe perempuan yang susah didekati. Memang benar, sih. Sira hanya mau didekati oleh orang-orang yang menurutnya bisa dipercaya. Sherina sepertinya di luar perkiraan. Tapi Sira memuji keberanian Sherina yang sepertinya ingin menjadi temannya.
Apa karena dengan bertemu Kieva, ia menjadi sedikit terbuka?
Mungkin saja.
****
Bel istirahat berbunyi setelah Sira berkutat dengan pelajaran selama tiga jam. Saat teman-temannya sedang keluar kelas untuk menuju ke kantin, Kieva tengah menunggu di balkon depan kelas Sira. Gadis itu yang baru saja keluar pun agak terkejut karena Kieva menghampirinya ke kelas.
Teman-temannya yang masih tersisa pun memandangi pemandangan itu dengan tatapan tak biasa. Ada yang terkejut sampai menatap adegan itu tak percaya.
Sira berjalan santai menghampiri Kieva dan menyapanya.
"Gimana cokelatnya? Enak?" tanyanya memastikan. Sira mengangguk.
"Enak." ujar Sira singkat. Tiba-tiba atmosfer keduanya menjadi kaku. Sira menekuk kakinya ke belakang sembari mengetuk lantai sementara Kieva menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Ke kantin, yuk?" ajak Kieva. Sira terdiam lalu mengikuti langkah kaki anak laki-laki itu yang sudah berjalan duluan.
Sesampainya di kantin, Kieva mempersilahkan Sira untuk mengambil makanan terlebih dahulu. Sembari mengantri, Sira mengambil lauk perlahan. Kieva memperhatikan takaran yang Sira ambil.
"Enggak mau ditambah?" tanyanya memperhatikan. Sira menggeleng. "Takut enggak abis." jawab Sira kemudian. Kieva yang bertanya pun hanya ber-oh ria saja. Ternyata kawan masa kecilnya itu makannya sedikit, ya?
Tak lupa Kieva mengambil susu yang tak Sira ambil. Setelah selesai, mereka pun mengedarkan pandangan mencari tempat duduk yang masih kosong. Mereka berdua pun duduk di meja sambung yang terdapat agak pojok di sebelah kiri kantin yang lumayan luas itu.
Selagi duduk, Kieva hanya memperhatikan perempuan yang berada di hadapannya kini. Sira tengah menyendok nasi yang berisi lauk sayur lodeh ke mulutnya.
"Kamu enggak lagi diet, kan?" tanya Kieva. Sira yang tengah mengunyah makanannya pun tersedak. Kieva dengan cepat membuka minuman botol yang berada di samping Sira.
"Hah? Enggak kok." jawab Sira singkat. Orang-orang yang berada di samping Sira pun sepertinya juga agak terkejut sambil berbisik, "Mereka berdua pacaran, ya?"
Ia pun mengambil minuman yang sudah dibuka Kieva lalu meminumnya. Sungguh, perilaku laki-laki ini tidak terduga.
Kamu? Kata kamu itu bukannya digunakan bagi mereka yang sudah pacaran, ya?
Ckckck, Kieva. Pendekatanmu itu kelihatan sekali, loh.
Sira pun memutuskan untuk menghabiskan makanannya sembari mengabaikan pandangan Kieva yang kelihatan sekali memperhatikan dirinya. Laki-laki itu menandaskan makanannya kemudian disusul oleh Sira. Setelah selesai, mereka pun kembali ke kelas Sira. Kieva menemani Sira ke kelas terlebih dahulu.
Sesampainya di depan kelas, teman-teman Sira yang baru saja kembali dari kantin pun kembali menatap mereka dengan pandangan yang sama.
"Nanti istirahat kedua aku langsung ke masjid, ya? Kamu sholat, enggak?" tanya Kieva. Sira menggeleng.
Kieva, apakah kamu tidak tahu jikalau Sira telah lama meninggalkan tuhannya?
"Yaudah aku duluan, ya. Nanti aku jemput lagi pas makan siang, bye, Ra." pamit Kieva kemudian. Sira yang menatap punggung anak laki-laki itu yang sudah berjalan jauh hanya bisa tersenyum tipis.
Ia pun memasuki kelas dan langsung disambut dengan sejuta pertanyaan dari teman-temannya.
"Kamu pacaran sama Kieva, Ra?" tanya Yena penasaran. Sama halnya dengan Yena, Jessi dan temannya yang lain juga mengerubungi gadis itu karena penasaran.
Sira agak tergagap sedikit, "E-enggak, kok." jawabnya singkat. Yena yang telah mendapatkan jawabannya pun hanya ber-oh ria saja.
Karena telah mendapatkan jawaban yang di dapat, mereka pun bubar. Sira yang sudah terbebas dari kerubungan itupun segera menuju ke kursinya karena pelajaran akan dimulai tak lama lagi.
.
.
.
Sorry for late update, enjoy!
KAMU SEDANG MEMBACA
I Found You
Teen FictionAisha, gadis miskin yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung memiliki berjuta mimpi. Awalnya ia tidak pernah bermimpi, toh... apa gunanya bermimpi baginya? Tapi karena pengalaman hidup yang pahit dan ia terus dituntut untuk hidup. Ia memutuskan harus...