Bab 5 - Memulai Awal yang Baik

5 0 0
                                    

KEESOKAN harinya setelah gadis itu sadar bahwa ia telah bersikap kurang baik pada anak laki-laki itu, ia pun memutuskan untuk menemuinya hari ini. Ia memiliki janji temu bersama Kieva di salah satu café kenamaan Jakarta. Sira memutuskan untuk langsung bertemu di café tersebut. Gadis itu ditemani salah satu ajudan Bapak, yakni Frederick.

Sesampainya di café, Kieva yang datang sendiri menatap heran ke arah Frederick.

Sira bawa temen? Pikirnya.

"Sorry Sir, gue telat. Lo udah nunggu lama, ya?" tanya Kieva.

"Baru, kok. Yaudah langsung duduk aja." jawab Sira santai. Kieva yang masih bingung siapa orang yang berada di samping Sira pun buka suara.

"Lo bawa temen ya, Sir?" tanya Kieva polos. Sira yang mendengar pertanyaan Kieva itu langsung tersedak. Ia pun tertawa. Ia tak menyangka pertanyaan yang dilontarkannya dapat membuatnya terhibur.

"Fred, tungguin depan aja, ya? This people just my friend." titah Sira. Fred pun langsung menuruti perintah nonanya. Kieva yang mendengarkan titah Sira pun langsung terkagum.

Bujug gile, keren amat. Batin Kieva. Kok dia jadi kaya orang norak, ya?

"Gue minta maaf banget atas sikap gue yang kurang baik di pertemuan pertama kita padahal kita baru aja ketemu setelah sekian tahun. Pardon me, kebiasaan gue merintah orang emang kurang bagus. Jadi, mari kita mulai dari awal." pinta Sira. Kieva yang memaklumi mengapa Sira begitu pun mengangguk.

"It's okay, Sira. Gue paham, kok." ujar Kieva paham. Ia tahu bahwa gadis itu hanya berupaya untuk mempertahankan dirinya. Anak laki-laki itu juga memahami bahwa Sira hanya tidak ingin terlihat lemah dari image yang selama ini sudah dibangunnya. Ia memahami Sira.

"Jadi, gimana lo sekarang?" tanya Kieva memulai obrolan.

Sira yang ditanyai oleh Kieva pun melunak. Rasanya hanya ada segelintir orang yang sudi menanyakan kabarnya.

"Great. More better than my past." ucap Sira santai. "Gimana dengan lo?" tanya Sira kembali.

"Mau dibilang baik, tapi kayanya enggak lebih baik daripada lo." jawab Kieva kemudian. Raut wajah Sira seperti agak terkejut.

"Jauh lebih baik saat gue tau nyatanya lo ga sejauh itu dari radar gue. Pertemuan kemaren rasanya kaya enggak nyata," jelas Kieva menyempurnakan kalimatnya.

"Mungkin perasaan ini enggak terlalu berasa buat lo. Tapi, nyatanya ada banyak orang yang ngerasa kehilangan lo. Gue gatau kehidupan macam apa yang udah lo jalanin sampe lo sekuat ini sekarang. But, you a little bit, change, isn't? Tapi gue seneng sama perubahan lo. Perubahan baik." Rentet Kieva kemudian. Sira tersenyum gamang. Ia ragu untuk menanyakan hal ini.

"Emangnya lo ga takut pas kemaren gue tiba-tiba begitu?" tanya Sira khawatir. Terkadang gadis itu juga merasa ada yang berbeda dari dirinya ketika di hadapkan oleh ingatan traumanya yang membekas.

Kieva terdiam lalu menggaruk pipinya. Ia bingung juga harus menjawab apa.

"Takut. Asli. Jujur. Dalem hati gue ngebatin pantesan aja gaada yang mau deketin lo, orang serem banget. Tapi gue cukup mewajarkan kok kenapa lo begitu. Pasti karena ke distract sama salah satu trauma lo, 'kan?" jelas Kieva kemudian. Sira agak terhenyak. Perkataan Kieva ada benarnya.

"Sakit banget, ya?" tanya Kieva kemudian. Sira hampir menangis.

Gadis itu mengangguk lemah. Kieva dengan inisiatifnya pun menggenggam tangan Sira. Sira yang tangannya digenggam merasa seperti ada yang menggelitik hatinya. Ia merasa aman.

I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang