SEPULANGNYA dari sekolah, mereka berdua memutuskan untuk hangout bersama di mall dekat sekolah. Saat ini mereka tengah makan di salah satu restoran ayam Amerika yang terkenal itu. Mereka memutuskan untuk mengisi perut setelah dua jam menonton film di bioskop.
"Gimana filmnya tadi?" tanya Kieva. Anak laki-laki itu sedang menarik bangku agar Sira mudah untuk duduk.
"So far good, sih. How about you?" tanya Sira kembali.
"Bagus. Aku suka karakter filmnya." jawab Kieva. Sira mengangguk karena ia juga setuju kalau karakter para aktor di film sangat bagus."
Setelah mereka duduk, mereka pun mulai menyantap makanan mereka. Di tengah obrolan, Sira memutuskan untuk mengatakan sesuatu.
"Va."
Panggilan Sira disambut oleh tolehan kepala Kieva. Anak laki-laki itu menaikkan satu alisnya, tanda ia menyimak.
"Aku ngerasa kalau selama ini banyak banget yang aku tutupin ke kamu. Aku mau jujur tentang satu hal,"
"Selama ini, aku hidup dengan bantuan orang lain. Seorang dermawan baik. Makanya aku bisa hidup sebaik sekarang." jelas Sira. Kieva yang memandang Sira kini menatap Sira dengan binar senang.
"O-oke?"
Kieva agak lama terdiam, kemudian kembali berujar, "Makasih banget udah mau jujur, Ra." ucap Kieva kemudian. Kemudian Kieva langsung mengusap pucuk kepala Sira, tanda ia menghargai dan menghormati Sira yang sudah berusaha jujur padanya.
Seketika hati Sira merasa lega. Apa kejujuran sederhana seperti itu sangat mempengaruhi dirinya, ya?
Karena mungkin Sira terlalu lama memendam semuanya sendirian. Ia tak pernah memiliki teman berbagi dan kesempatan ini seperti jackpot baginya. Keberuntungan yang tak akan datang dua kali.
Lama memandang Kieva, Sira bergumam dalam hati.
"Mungkin aku enggak akan bisa cerita semuanya. Tapi, makasih banget udah dateng ke hidup aku yang enggak berwarna ini. Aku bersyukur karena tuhan udah menghadirkan kamu di hidup aku. Makasih, Kiev."
Ia bergumam sembari tersenyum. Kieva yang menyadari senyum Sira seketika salah tingkah.
"Ada nasi di muka aku, ya?" tanya Kieva masih dengan sikap salah tingkahnya. Sira yang mendengar pertanyaan itu menggeleng sambil terkekeh geli.
"Enggak, kok. Aku cuma ngerasa bersyukur aja punya kamu." Tak sadar dengan apa yang diucapkannya, wajah Kieva sontak berubah warna seperti kepiting rebus.
Kieva pun langsung menutupi wajahnya dengan kedua tangan. Malu.
Sira yang melihatnya langsung tertawa. Haduh, lucu sekali sih teman masa kecilnya itu.
Selesai makan, mereka berdua memutuskan untuk mengelilingi mall terlebih dahulu sembari sesekali bercerita. Sesekali mereka berpegangan tangan sembari melihat-lihat seisi mall.
"Gimana rasanya pernah menang olimpiade internasional, Ra?" tanya Kieva penasaran. Walau Kieva juga langganan pemenang lomba, dia juga penasaran bagaimana rasanya menang sebagai remaja wanita pertama yang menang penghargaan olimpiade internasional.
"Seneng sih, lumayan. Cuma, lebih kaya keharusan gitu untuk menang olimpiade. Jadi harus kutahan seseneng apapun." jelas Sira. Kieva yang mendengar cerita Sira manggut-manggut.
Sebenarnya Sira ingin menanyakan hal ini pada Kieva, namun gadis itu sempat ragu. Ia ingin menanyakan suatu hal terkait hubungannya.
"Hmm, Va." panggil Sira. Kieva menoleh sambil terus menggenggam tangan Sira.

KAMU SEDANG MEMBACA
I Found You
Novela JuvenilAisha, gadis miskin yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung memiliki berjuta mimpi. Awalnya ia tidak pernah bermimpi, toh... apa gunanya bermimpi baginya? Tapi karena pengalaman hidup yang pahit dan ia terus dituntut untuk hidup. Ia memutuskan harus...