Prolog

21 2 1
                                    

ANAK itu berlari sekencang mungkin agar tak tertangkap. Saat ini ia harus bebas dari kejaran orang yang saat ini mengejarnya.

Bugh.

Ia terjatuh. Naas, orang itu semakin dekat. Kini kakinya memar sehabis terjatuh. Ia harus merangkak.

Akhirnya ia tertangkap dan dipukuli dengan hebat. Pipi kirinya lebam. Setidaknya roti yang telah ia curi kini masih berada dalam genggamannya. Anak kecil itupun memakan roti itu perlahan sembari menahan tangis.

Dunia ini kejam, pikirnya.

Hai adik kecil, sejak kapan kau berpikir bahwa dunia ini pernah baik? Seperti secarik kertas yang putih bersih, gadis itu menganggap semua orang itu adalah orang baik. Baiklah, kau memang anak kecil yang naif.

Anak itu adalah Aisha. Perempuan kecil yang tinggal di bantaran kali Cilliwung. Ibunya adalah seorang ibu rumah tangga sedangkan ayahnya adalah seorang pekerja serabutan yang kasar terhadap anak-anaknya. Orangtua bau prengus itu memiliki sembilan orang anak yang harus diberi makan.

Aisha merupakan anak ketujuh dari sembilan bersaudara. Tepat tahun ini, perempuan cilik itu berusia sembilan tahun. Dan, sebagai hadiah, ayahnya memberikan surat pemberhentian sekolah karena ia tak sanggup menopang biaya pendidikan gadis itu.

"Wong anak perempuan ngapain sekolah, ya, nduk? Ngerungkel aja dirumah bantuin ibu jaga adik. Nanti kamu juga tak nikahkan seperti kakak-kakakmu." ujar si ayah. Aisha diam saja. Ia tak mengerti situasi yang terjadi saat itu.

Saat itu Aisha sedang duduk di bangku dua SD, terpaksa membantu ibunya berjualan kue keliling sebagai balas jasanya karena sudah tidak bersekolah.

Padahal, dalam hati anak itu, ia lebih suka bersekolah dibanding membantu ibu. Bukan, bukan karena tidak suka membantu ibu, hanya saja sekolah lebih menyenangkan. Ia tak perlu membawa banyak beban berat seperti saat ini.

"Bu, Aisha mau sekolah." lirih Aisha. Ibunya yang sedang berjongkok sembari menggendong anaknya yang paling kecil kemudian menoleh.

Ia juga tak tahu harus melakukan apa saat ini. Keadaan keluarganya lemah, seperti dirinya sekarang.

Ia terdiam, lalu berkata, "Nduk, tapi bapak ga punya biaya. Jangan sampe kedengeran bapak, ya? Nanti bapak marah." ujar sang ibu. Aisha mengangguk. Dalam hatinya sebenarnya ia sedih. Namun ia tak ingin dipukuli oleh ayahnya lagi.

Anak perempuan itu termenung. Sekarang ia sudah sangat jauh dari rumahnya. Bagaimana caranya agar ia bisa pulang?

Pandangannya kosong. Kini ia tengah berada di dalam gang dimana kilatan cahaya mobil dari jalan masih masuk ke dalam gang tersebut.

Lantunan azan berkumandang begitu keras. Ia memutuskan untuk berjalan lurus dari gang tersebut. Tubuh kurus dan ringkih itu menyusuri jalanan ibukota yang sedang padat kendaraan.

Tadi siang, ayahnya mendengar bahwa ia ingin bersekolah. Walaupun hanya lirihan kecil, ternyata suaranya itu didengar oleh ayahnya yang tengah tertidur. Sontak, gadis itu langsung dipukuli. Sang ibu berusaha menahan tubuh ayahnya agar Aisha tak dipukuli.

Sekarang, ia mesti dipukuli lagi karena berhasil kabur dari kejaran ayahnya itu. Karena lapar, seonggok roti ini menjadi sasaran empuk agar tubuh ringkihnya dipukuli lagi.

Apa yang diketahui oleh anak berumur sembilan tahun?

Setelah berjalan agak lama, akhirnya ia duduk di pelataran lampu merah. Hanya berjalan sedikit saja, ia menemukan jajaran rumah kardus yang berdempet. Ia duduk di halaman rumah kardus tersebut.

Tiba-tiba, ia melihat ada segerombolan bapak-bapak tua seperti tengah memperhatikan beberapa rumah kardus yang kini tengah ia duduki. Salah seorang dari mereka menghampiri gadis tersebut dan bertanya.

"Kamu dari mana?" tanya sang bapak. Aisha hanya terdiam. Bapak itu menelisik tubuh Aisha dan mendapati ada beberapa luka lebam di sekujur tubuhnya.

"Mau ikut bapak?" tawar sang bapak. Anak perempuan itu masih terdiam. Tak lama kemudian akhirnya ia mengangguk.

Ia pun dibawa oleh bapak itu bersamaan dengan segerombolan bapak-bapak tadi. Anak kecil itu mengikuti tawaran bapak itu tanpa tahu akan apa yang terjadi setelahnya.

Kehidupan berat yang selama ini dijalaninya akan berubah tak lama lagi.

I Found YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang