Tinggal nulis Extra Part. Doakan lancar ya. Maaf cerita ini macet lama karena aku musti ngurus anakku yang baru saja sakit parah. Semoga setelah ini proses penyembuhannya lancar, ankku bisa pulih seperti sediakala, dan aku juga bisa nulis aktif seperti sediakala.
Part selanjutnya akan update setiap PDF jadi ya
Happy reading 🥰
_____**____
Friska tengah bergulat dengan pekerjaannya di depan laptop saat suara deringan ponsel terus berbunyi sedari tadi. Ia berusaha tetap konsentrasi, namun ketika panggilan itu terus berbunyi, Friska mau tidak mau mengangkatnya.
Ternyata video call. Friska tahu betul siapa pelaku yang selalu mengganggunya ketika sedang bekerja. Dengan penuh senyum, Friska akhirnya mengangkat panggilan itu.
Sebuah wajah mungil dan menggemaskan tampak di sana. Raut mukanya bersungut-sungut, seperti sedang marah. Raut yang biasa di tunjukkan si mungil Zafran ketika tidak mendapatkan keinginannya.
"Ada apa, honey? Kenapa cemberut seperti itu."
"Mama, Om melarangku beli es krim. Aku sangat menginginkannya. Om sangat jahat. Mama harus memarahinya."
"Sayang, bukankah beberapa hari yang lalu baru saja terkena radang tenggorokan. Kok sudah mau makan es krim lagi. Nanti badannya panas."
"Kan sudah sembuh, Mama. Aku sudah tidak apa-apa. Aku mau es krim, Mama."
"Bisa mama bicara sama Om?"
Dengan muka cemberut, Zafran menyerahkan ponselnya ppada Marcell, adik Friska yang bertugas mengantar jemput Zafran ke sekolah ketika Friska sedang sibuk. Marcell juga yang sudah membantu mengurus Zafran selama ini. Meskipun masih SMA, Marcell tergolong sangat pengertian.
"Kenapa dia rewel begitu?" Tanya Friska begitu wajah Marcell tampak di layar.
"Tadi pas aku jemput dari sekolah, nggak sengaja lewat toko kelontong yang ada es krim-nya di depan. Setelah itu, dramanya dimulai." Jawab Marcell malas. Pasalnya, jika sudah seperti itu, keponakannya itu biasanya susah untuk dibujuk.
"Jangan dibelikan. Belikan saja cheese cake, biasanya Zafran juga suka."
"Kalau tetap nggak mau gimana, Kak?"
"Bilang aja nanti dibelikan pas mama sudah pulang."
"Oke, Kak."
"Ada lagi."
"Apa?"
"Hari ini kakak pulang terlambat. Kamu nggak usah kemana-mana. Temenin Zafran aja."
"Oke."
Friska menutup panggilannya agar Zafran tidak lagi merengek padanya. Anaknya itu memang agak rewel kalau melihat es krim, membuat Zafran sering terkena radang tenggorokan.
Friska segera melanjutkan pekerjaannya agar cepat selesai. Hari ini ada penyambutan pemimpin baru perusahaan. Pak Rudi, pemilik yang lama, berencana melatih putranya untuk memimpin perusahaan induk. Sebelumnya, putra pak Rudi tinggal di Amerika untuk meneruskan pendidikan dan mengurus anak perusahaan di sana.
Sejak dipindahkan kemari dua tahun lalu, Friska memang belum pernah melihat anak pak Rudi. Kata para rekan dan bawahannya, anak Pak Rudi sangat tampan dan cerdas. Namun, punya reputasi buruk karena kerap mengencani artis dan model papan atas meskipun sudah punya tunangan. Ada-ada saja, benar-benar khas pria kaya raya.
Tapi, itu tidak masalah bagi Friska karena itu bukan urusannya. Ia sangat bersyukur bisa mendapatkan posisi strategis di sini. Tidak mudah memang. Dulu, Friska hanya anak magang di perusahaan Hartono grup. Dengan seleksi yang sangat ketat, Friska diterima sebagai karyawan magang di anak perusahaan yang ada di Tangerang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex Slave (On Going)
RomanceBest seller 21+ Rafael Sebastian Hartono tidak menyangka, sepulangnya ia dari Amerika dan kini ditugaskan di perusahaan induk ayahnya, membuatnya bertemu seseorang yang sudah ia lupakan. Wanita pintar secara akademik tapi culun dan bodoh dalam hal...