"Ma, Om Marcell kok belum dateng. Zafran takut Om galak tadi ke sini lagi."
"Nggak kok sayang. Nggak usah takut. Bentar lagi Om Marcell tiba kok. Sekarang Zafran bisa main dulu, biar mama kerja." Friska mengelus rambut Marcell, anak itu mengangguk kemudian berjalan menuju sofa. Di sana, Zafran kembali bermain ponsel sambil berbaring nyaman.
Friska mengembuskan napas berat, kemudian kembali melanjutkan pekerjaannya. Saat ia tengah sibuk mengerjakan laporan, pintu ruangannya terbuka dan menampilkan Malik dengan senyum manisnya. Pria itu tampak tampan dan terlihat lebih muda dari usianya.
"Apa aku mengganggu?" Sapanya hangat sambil menatap Zafran.
"Tidak. Silahkan masuk, Pak."
"Om Maliiik!!" Zafran berlari dan menubruk kaki Malik, membuat lelaki itu mengaduh, berpura-pura kesakitan.
"Sakit ya Om?" Tanya Zafran kebingungan. Malik tertawa, kemudian menggendong tubuh mungil Zafran.
"Lumayan sakit. Rupanya jagoan mama sekarang sudah besar ya. udah jarang ikut ke kantor lagi."
"Sekarang Zafran nggak mau ikut lagi Om. Zafran takut."
"Lo, kok takut, emangnya di kantor ini ada hantunya?" Malik mengacak-acak rambut Zafran gemas, membuat Zafran tertawa.
"Bukan hantu Om, tapi monster."
"Monster?" Malik mengernyit bingung, kemudian menatap Friska yang menggidikkan bahunya. Ia kemudian mencium pipi gembul Zafran.
"Tadi Pak Rafael kemari. Ini menegurku karena membawa Zafran ke kantor. Ia tidak mau kantornya berubah menjadi taman kanak-kanak."
"What!! Kau serius?"
"Ya. Zafran sampai takut. Aku baru saja menghubungi Marcell agar segera menjemputnya saat pendaftarannya selesai."
"Oh ayolah. Ini hanya masalah sepele. Tidak setiap hari kau membawa Zafran. Kenapa Pak bos keterlaluan sekali."
"Entahlah. Zafran juga jadi takut kemari. Mungkin sebaiknya aku menitipkannya di tempat penitipan anak jika aku dan Marcell sibuk bersamaan."
"Cari yang terbaik. Banyak tempat penitipan anak yang tidak bertanggungjawab."
"Ya, aku sedang memikirkannya."
"Oh ya, berkas ini perlu tanda tanganmu. Tolong segera baca, aku harus segera menyerahkannya hari ini juga ke Pak Riko."
"Baiklah, sebentar."
Friska segera membuka berkas yang diberikan Malik kemudian memeriksanya sebelum tanda tangan. Malik sendiri, memilih menunggu sambil bermain dengan Zafran. Sesekali ia memperhatikan wajah cantik Friska, yang entah kenapa setiap melihatnya, jantung Malik berdebar-debar tak karuan.
Sementara di tempat lain, Rafael yang melihat pemandangan itu dari layar laptopnya geram bukan main. Bagaimana mungkin anak itu bahkan sudah akrab dengan Malik, jangan bilang Malik menyukai Friska. Kalau sampai itu terjadi, Rafael tidak segan-segan memutasi pria itu ke perusahaan anak cabang.
Bukannya ia cemburu, Rafael hanya tidak suka wanitanya dilirik pria lain. Selama Friska tidur dengannya, wanita itu harus mematuhi apapun peraturannya termasuk menjaga jarak dari pria manapun. Jika sampai Friska menentangnya, wanita itu harus diberi pelajaran. Adiknya dan anaknya, jangan harap keduanya bisa tenang jika Friska macam-macam padanya.
**
Marcell segera naik taksi saat gadis remaja centil itu mencarinya. Ya Tuhan, anak itu bahkan masih berseragam SMP. Kenapa terus saja mengejarnya hingga Marcell takut. Anak yang bersekolah SMP di dekat SMA nya itu terus mengejarnya dan menyatakan cinta. Sungguh itu memalukan bagi Marcell.
![](https://img.wattpad.com/cover/346896317-288-k511295.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex Slave (On Going)
RomansaBest seller 21+ Rafael Sebastian Hartono tidak menyangka, sepulangnya ia dari Amerika dan kini ditugaskan di perusahaan induk ayahnya, membuatnya bertemu seseorang yang sudah ia lupakan. Wanita pintar secara akademik tapi culun dan bodoh dalam hal...