OUR SISTERS 12

1.4K 265 26
                                    

♠♣12♦♥

Malam itu, Taeyong tengah duduk di dekat jendela kamarnya, menatap ke hamparan langit malam, segelas wine berada di tangannya. Banyak pikiran yang saat ini sibuk ia pikirkan dan bercampur menjadi satu di otaknya, masalah akademi yang meski sudah diurus oleh Kun juga pekerjanya yang lain, tetap saja ia kepikiran, masalah Jeno, masalah keluarganya, masalah dengan Huang dan Im, juga masalah adik Johnny dan Yuki yang tidak bisa ia enyahkan dari pikiran padahal baru hari ini mereka bertemu.

TOK TOK TOK

"Masuk"

Tak lama suara pintu terbuka, dia berbalik dan melihat Mark yang berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Orang tua Renna datang kemari," Taeyong meletakkan gelas berisi wine dan berdiri.

"Apa perihal kedatangan mereka?" tanya Taeyong, dia melangkah mendekati Mark.

"Sepertinya mereka sudah tahu tentang kehamilan Renna, karena Tuan Huang dan Hendery nampak begitu berang. Winwin ge ada di sana bersama Nyonya Huang menahan Tuan Huang dan Hendery." Jawab Mark.

"Jeno?" tanya Taeyong.

"Aku memintanya turun untuk menemui mereka, namun dia memilih untuk berdiam diri di kamar." Taeyong mendengus, masalah siapa yang mengurus siapa?

"Baiklah" dia keluar kamar dan ikut turun bersama Mark.

"Bisa jadi itu bukan anak Jeno kan?" langkah Mark dan Taeyong berhenti saat mendengar perkataan ibu mereka.

"Kau mengatakan jika putriku adalah seorang perempuan murahan yang suka menjajakan diri?! Jaga ucapanmu, Nyonya Lee! Putriku adalah perempuan dengan harga diri, bukan perempuan murahan yang akan menjual tubuhnya ke sembarang laki-laki!" bentak Nyonya Huang, tak terima putrinya direndahkan, yang tadinya Nyonya Huang menahan Tuan Huang, kini berbalik Tuan Huang yang menahan Nyonya Huang.

"Ada apa ini?" suara Taeyong membuat mereka semua berbalik menatap si sulung Lee yang baru turun bersama si tengah Lee.

"Adikmu Taeyong hyung, membuat adikku hamil dan kau tahu apa yang kami temukan? Renna ada di rumah sakit, berusaha untuk menggugurkan kandungannya dan yang mengejutkannya lagi, dokter yang mengurusnya mengatakan jika dia sudah tiga kali menggugurkan kandungannya, jika untuk keempat kalinya, kemungkinan besar nyawa Renna yang ada dalam bahaya dan dia tak akan bisa hamil lagi." Jelas Hendery.

"Lalu, kalian ingin apa sekarang?" tanya Mark langsung.

"Tentu saja tanggungjawab darinya! Jika dia seorang pria seharusnya dia mampu bertanggungjawab." Ujar Tuan Huang.

"Sudah kukatakan itu mungkin saja bukan anak Jen-"

"LEE JENO CEPAT TURUN!"

Teriakan Taeyong memotong perkataan sang ibu, membuat semua orang yang ada di sana terkejut, mereka tahu seberapa tenangnya Lee Taeyong, melihat pria itu berteriak, tentu saja cukup membuat mereka semua terkejut.

"Kepala pelayan Min, bawa Jeno turun, jika dia menolak seret saja." Titah Taeyong, pria paruh baya yang mengenakan pakaian rapi tersebut mengangguk dan segera naik ke kamar Jeno.

"Apa kalian menghukum Renna?" tanya Mark pada keluarga Huang.

"Kami menghukumnya, menarik semua fasilitasnya dan melarangnya keluar rumah kecuali ke sekolah." ujar Hendery.

"Tidak dikeluarkan dari kartu keluarga? Bukankah kalian menganggapnya aib?" tanya Taeyong langsung, Tuan Huang yang merasa itu untuknya hanya tersentak namun tidak berkomentar.

"Tidak, dia masih anggota keluarga kami, dan dokter mengatakan jika Renna tidak fisiknya saja yang kesakitan namun juga psikisnya." Jawab Hendery.

"Apa kalian akan menerima anak di luar pernikahan?" tanya Mark.

"Tidak" / "Ya"

Dua jawaban berbeda terlontar. Tuan Huang menolak dan Nyonya Huang menerima.

"Apa Anda akan membuang cucu Anda sendiri?" tanya Taeyong langsung.

"Dia hasil di luar pernikahan, aku tidak menghukum Renna, aku tidak mengeluarkan Renna dari kartu keluarga, tapi aku tak akan mengakui anaknya." Ujar Tuan Huang.

"Jangan jadi brengsek Tuan, cukup appa, eomma, dan adik bungsuku saja yang brengsek, Anda jangan jadi ikutan." Penuturan tajam Taeyong tentu membuat kedua orang tuanya tak terima.

"Entah mengapa perkataan Anda yang tidak menghukum Renna dan tidak mengakui anak yang dikandungnya itu terdengar seperti Anda mempertahankan Renna namun di saat yang bersamaan hanya akan menganggapnya angin lalu di keluarga Anda." Ujar Mark, membuat keluarga Huang sedikitnya tersinggung.

"Kami tidak seburuk itu Mark." Ujar Hendery.

Winwin yang ada di sana memilih diam, meski keluarga Huang adalah kerabatnya, namun dia bukan bagian dari inti keluarga tersebut, dia tak ingin ikut campur untuk masalah ini.

"Tuan Muda Lee Jeno sudah saya bawa," perkataan dari kepala pelayan membuat mereka menoleh ke arah dimana Jeno berada. Wajahnya jelas masih ada lebam di sana, namun sudah diobati sehingga tidak separah tadi.

"Apa yang terjadi padanya?" tanya Winwin karena penasaran darimana semua luka yang ada di wajah Jeno.

"Bungsu Seo yang melakukannya." Jawab Taeyong, sadar atau tidak, dia merasa bangga akan itu.

"Kau membuat masalah dengan keluarga lain juga? Hebat sekali!" dengus Nyonya Huang.

"Kau seorang pria kan? Saat ini aku ingin pertanggungjawabanmu atas kehamilan yang terjadi pada putriku." Tentu saja ini membuat Jeno bingung.

"Hamil? Renna hamil?"

"Kau tidak mau mengakui anakmu?" tanya Mark.

"A—aku kira dia meminum pil pencegah kehamilan saat kami melakukannya." Lirih Jeno.

Taeyong dan Mark saling pandang, "Besok, pertemukan keduanya. Pukul delapan pagi, di kediaman Huang, karena Renna tak perlu kemari." ujar Taeyong final. Tuan Lee di sana merasa tidak berguna sama sekali. Taeyong tidak memberi celah sedikitpun untuk Tuan Lee berbicara. Putra sulungnya sudah terlanjur kecewa berat padanya.

♠♣12♦♥

"Oppa, keluar!" Nana menatap Jaehyun yang tidak mau keluar dan betah duduk di kursi belajarnya.

"Tidak mau, jawab dulu, tipemu itu Taeyong hyung?" tanya Jaehyun.

"Tck, kan tadi aku sudah bilang, tipeku itu adalah pria tampan berdompet tebal." Jawab Nana.

"Ya aku tahu Taeyong hyung tampan, sangat tampan sampai terasa tidak nyata, tapi serius? Pria dingin yang terlihat tidak tertarik pada perempuan atau pria itu adalah tipemu?" Nana tidak tahu sejak kapan oppanya yang satu ini jadi sangat cerewet. Di mobil tadi dia sudah kenyang oleh kecerewetan Johnny, kini malah oppa keduanya, yang tadi sepertinya terlihat begitu diam dan iya-iya saja malah jadi cerewet saat sudah tiba di rumah.

"Cari yang lain lah! Mark tidak apa deh." Nana menatap datar Jaehyun.

"Oppa ingin aku ribut dengan Haera?" Jaehyun meringis.

"Kenapa sih oppa nampak tidak setuju? Tadi oppa padahal diam saja loh!" tanya Nana keheranan.

"Dia mantan crush Daeun noona, memang sih tidak jadian, tapi mereka memang sempat dekat, Daeun noona pernah menyukainya, tapi Taeyong hyung sepertinya tidak tertarik dan memilih berteman saja. Aku tidak mau melihatnya!" Siapapun tolong sabarkan Nana sekarang juga! Dia ingin melepar oppanya dari lantai dua!

"EOMMA JAEHYUN OPPA MENGGANGGUKUUU!!!!"

"SEO JAEHYUN TURUN, JANGAN GANGGU ADIKMU DAN BANTU EOMMA!"

"HEY!"

Yuki yang hendak turun menggelengkan kepalanya, "Ribut sekali."

♠♣12♦♥

[YONGJAEM/WINYU/GS] OUR SISTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang