OUR SISTERS 19

1.2K 238 27
                                    

♠♣19♦♥

"A-Apa maksudmu? Lee Jeno batal menjadi pewaris?" Nyonya Lee yang ada di rumah menatap tak percaya lantai di bawahnya, dia dihubungi langsung oleh sekretaris suaminya.

Jeno yang ada tidak jauh dari sang ibu hanya bisa menghela nafas dan menunduk. Keadaan rumah sebentar lagi pasti akan menjadi panas dan dia juga belum menemukan cara untuk menyelesaikan semuanya, meski urusan dengan Huang sudah selesai. Anggap saja dengan Huang sudah selesai, sekarang tinggal Im.

"M-Mark, dia digantikan oleh Mark? Apa para dewan direksi itu tak bisa memberikan Jeno kesempatan?!" Nyonya Lee masih tak terima putra bungsunya diganti, meski itu dengan si anak tengah.

"Maaf, namun semua keputusan sudah bulat, ditambah lagi Tuan Besar Lee Dae Jung mengatakan langsung jika beliau ingin pewarisnya adalah Tuan Muda Kedua."

Nyonya Lee tak mampu berucap apapun saat nama sang mertua disebut, jika sang mertua sudah turun tangan tak akan ada yang bisa mencegahnya, bahkan sang suami sendiri, yang bisa meluluhkan mertuanya hanya mendiang ibu mertua, Taeyong, dan Mark saja.

Dan kini rasa sesal menyelimutinya, mengapa dulu ia tidak pernah mengizinkan Jeno dekat juga dengan sang mertua.

"Benar- tak bisa diganti lagi?"

"Tidak bisa, keputusan yang diambil sudah bulat, dan lagi Tuan Muda Kedua sudah menyetujuinya, begitu juga dengan Tuan Muda Pertama."

"Apa tidak ada cara?"

"Hentikan eomma! Yang eomma lakukan jutsru akan semakin memperkeruh suasana!" Jeno menghentikan sang ibu yang terus bertanya pada sekretaris ayahnya.

"Yang eomma lakukan adalah untukmu! Seharusnya kau yang mendapatkan itu semua tapi apa? Kakak keduamu yang harusnya tidak dapat apa-apa justru yang mendapatkannya!" Jeno dibuat kaget dengan perkataan sang ibu, seolah Mark bukan anak ayah dan ibunya.

"Eomma, kenapa eomma mengatakan hal tersebut? Mark hyung bisa sedih jika mendengarnya!" Jeno menatap sang ibu dengan tatapan terluka, Jeno masih sangat menyayangi kedua kakaknya meski keduanya mungkin sudah tidak menyayanginya lagi.

"KARENA DIA TIDAK BERGUNA!"

Jeno terkejut mendengar ucapan sang ibu, kakak keduanya adalah yang paling bekerja keras, dan ibunya mengatakan Mark tidak berguna?

"Kau yang tidak berguna membesarkan anak." Keduanya menoleh ke arah sumber suara, dan mereka menemukan Tuan Besar Lee Dae Jung berdiri di sana.

"Aku langsung kemari setelah keputusannya diambil untuk melihat Jeno, tapi yang aku dengar bukan sesuatu yang menyenangkan." Tutur pria tua tersebut dengan nada begitu dingin juga suara yang berat.

"K-Kakek..." Jeno menatap pria itu dengan pandangan takut, Lee Dae Jung, adalah sosok yang sejak dulu selalu ingin ia dekati, tapi sang ibu selalu melarangnya untuk dengan sang kakek, mengatakan jika kakek tak menyukai ibu.

"Bagaimana kabarmu Jeno setelah membuat kericuhan sebesar ini?" Jeno menunduk takut, tubuhnya bergetar pelan.

"Jangan membuat anakku takut!" Nyonya Lee menatap tajam pada mertuanya tersebut.

"Ternyata feelingku mengenaimu benar adanya, sayang sekali mendiang istriku terkena tipu dayamu, beruntungnya Taeyong dan Mark punya kewarasan yang tinggi hingga mereka tahu jika orang tua mereka terlalu banyak memiliki tipu muslihat." Lee Dae Jung melangkah mendekati keduanya, dia lalu menarik Jeno dari sisi sang ibu dan merangkulnya.

"Katakan selamat tinggal pada ibumu karena mulai hari ini, kau akan ada di bawah pengawasanku!"

♠♣19♦♥

"Jadi keputusannya sudah diambil?" Yohan bertanya pada sekretarisnya yang menjawab dengan anggukan.

"Sudah, Lee Minhyung, anak kedua Lee Saejin yang akan menjadi pewaris Lee, dia adalah pemimpin selanjutnya." Jawab sang sekretaris.

"Appa, sekarang apa kita perlu menggaet keluarga Lee?" tanya Johnny, Yohan menatap putra sulungnya dan menggeleng.

"Untuk saat ini tidak dulu, meski Mark sudah ditetapkan sebagai pewaris berikutnya, keadaan keluarga Lee masih terlihat panas dan sangat tidak nyaman menjalin hubungan kerjasama dengan orang yang keluarganya masih belum berdamai." Ujar Yohan.

"Mengapa begitu?" tanya Johnny.

"Nyonya Lee jelas masih ingin si bungsu yang menjadi pewaris dan sepertinya Tuan Lee sendiri pun juga masih ingin si bungsu yang menjadi pewarisnya, saat ini posisi Mark sendiri pun meski didukung oleh Lee Dae Jung sekalipun belumlah kuat." Jelas Yohan.

"Benar yang Anda katakan Tuan, karena dari desas-desus yang saya dengar selama ada di sana menggantikan Anda, terdengar jika Tuan Lee masih ingin putra bungsunya yang menjadi pewaris meski si sulung dan si tengah sudah menunjukkan progress yang mumpuni. Sebenarnya tadi jajaran dewan direksi sempat terbagi dua, yaitu satu mendukung Tuan Muda Kedua, satu lagi mendukung Tuan Muda Ketiga. Yang mendukung Tuan Muda Ketiga adalah mereka para 'antek-antek' sang Nyonya, namun beruntungnya Tuan Lee Dae Jung datang dan jumlah yang mendukung Lee Jeno sedikit, keputusan bulat telah diambil." Jelas sekretaris Yohan.

"Keluarga Lee terlalu banyak drama, bukan begitu?" Hyoyeon, sekretaris Johnny bertanya dengan nada sarkastik.

"Nyonya Lee si pembuat drama. Lalu, bagaimana dengan Lee Taeyong?" tanya Yohan.

"Tuan Muda Pertama nampak tidak terganggu sedikitpun." Jawab sekretaris Yohan.

"Tidakkah pengaruh Tuan Muda Pertama Lee sangat kuat?" tanya Hyoyeon.

"Tidak sekuat itu juga sebenarnya, namun jika dibandingkan dengan kedua adiknya, jelas dia yang paling kuat pengaruhnya." Jawab Johnny.

"Kenapa Tuan Muda Kedua? Kenapa tidak Tuan Muda Pertama yang dipilih menjadi pewaris? Bukankah biasanya si sulung yang mendapatkan hak paling besar?" tanya Hyoyeon lagi.

"Kemungkinan Taeyong sendiri sudah mengatakan jika dia menolak posisi pewaris, sehingga pilihannya ada pada Mark atau Jeno." Jawab Yohan.

"Memang Taeyong di sana mengatakan jika dirinya menolak posisi pewaris?" tanya Johnny pada sekretaris ayahnya.

"Benar, Tuan Muda Pertama mengatakannya setelah keputusan diumumkan. Ia mengatakan jika posisi itu lebih cocok untuk Mark, karena Tuan Muda Pertama punya kesibukannya sendiri." Jawab sekretaris Yohan.

"Begitu rupanya," gumam Johnny.

"Kau tadi pergi kemana setelah pertemuan dengan klien?" tanya Yohan pada putra sulungnya.

"Makan siang bersama Terilynn, ada apa?" tanya Johnny balik.

"Kau menolak kerjasama?" tanya Yohan.

"Tentu saja ku tolak! Dia meminta salah satu dari adikku menjadi istri ketiganya, tidak jijik bagaimana aku saat mendengar itu?" Yohan mendelik saat mendengar alasan dibalik penolakan tersebut.

"Dia mengatakan itu?!" Johnny mengangguk.

"Minta dihabisi ternyata." Gumam Yohan, tiga orang di sana bisa melihat aura gelap mendadak mengelilingi sang kepala keluarga.

♠♣19♦♥

"Apa yang kau lakukan di sini?" Renna yang sedang melamun di taman tersentak kaget saat mendengar suara seseorang. Dia mendongak dan terkejut melihat sosok asing yang mengenakan masker berdiri di depannya.

"A-Anda siapa?" tanya Renna dengan terbata, rasa takut menyelimutinya saat berhadapan dengan seorang pria.

"Aku? Aku Donghyuck, ada apa?" tanya pria itu balik sembari melepaskan maskernya, dan terlihat wajah yang terasa familiar bagi Renna.

Renna, dengan kepala miring sedikit juga tatapan takutnya berubah polos, bertanya, "Haera, sejak kapan kau jadi pria?"

....

"Aku pria tulen dan siapa itu Haera?"

♠♣19♦♥

[YONGJAEM/WINYU/GS] OUR SISTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang