OUR SISTERS 05

1.9K 288 12
                                    

♠♣05♦♥

Nana sedang memperhatikan pelajaran hari ini, bahasa Inggris mengenai making suggestion. Sebenarnya jika bahasanya Nana lumayan menguasai, mengingat kesehariannya selama hampir sepuluh tahun ini pindah ke satu negara ke negara lain.

"Ada beberapa macam bentuk yang bisa digunakan untuk memberikan sugesti atau saran pada orang lain, bentuk pertama yaitu, Let's + verb." Mr. Min menuliskan sebuah rumus di papan tulis.

"Contohnya, Let's go to a movie!, atau contoh lainnya ada Let's arrange a meeting. Ini adalah contoh berupa ajakan, untuk diingat, penggunaan Let's harus disertai dengan verb. Bentuk kedua adal-" SREK!

"Maaf mengganggu waktunya, Mr. Min." Seo Yuri, wali kelas mereka membuka pintu, wajahnya sudah datar, bahkan wali kelas mereka yang terkenal ramah dan sopan itu lupa mengetuk pintu.

"A-Ah, ada apa Seo-ssaem?" tanya Mr. Min.

"Saya ingin memanggil Seo Nana haksaeng, kepala sekolah menginginkannya untuk menghadap." Mr. Min menatap ke arah siswanya.

"Seo Nana haksaeng? Apa kau ada di sini?" tanya Mr. Min, Nana mendengus pelan lalu mengangkat tangan yang terbalut sarung tangan.

"I'm here, Mr. Min." Mr. Min mengangguk.

"You may go with Mrs. Seo." Nana mengangguk, dia membereskan mejanya, meraih ponsel dan memasukkannya dalam kantong sebelum beranjak dari tempatnya dan mengikuti langkah kaki bibinya tersebut.

♠♣05♦♥

"Permisi, saya datang membawa Seo Nana haksaeng." Keduanya melangkah memasuki ruang pertemuan, di dalam sana, ada kedua orang tuanya, wali kelas Hajeong, Nam Hajeong, dan pasangan Nam.

"Jadi ini orang yang membanting putraku?" Nyonya Nam berdiri dan hendak mendekati Nana, namun Yuri menghadangnya.

"Bisa Anda duduk? Mau bagaimanapun Seo Nana adalah murid saya, sehingga saya masih ada hak untuk melindunginya." Nyonya Nam menatap berang.

"Seo Nana haksaeng, kau tau mengapa kau dipanggil kemari?" tanya Daehan, Nana yang mendengar itu hanya memasang muka datar, Yohan dan Jihye saja tidak tahu apa yang dipikirkan oleh putri bungsu mereka.

"Tidak, saya tidak merasa membuat kesalahan apapun, jadi untuk apa saya dipanggil kemari?" tanya Nana dengan tenang.

"Kau pura-pura tidak bersalah?! Kau membantingku lalu menjambak rambutku dan menghempaskan kepalaku! Kau masih merasa tidak bersalah?!" kesal Hajeong.

"Aku kira kau adalah seorang pria sejati yang jika dilukai tidak akan menangis, merengek, apalagi mengadu. Ternyata kau masih bocah." Ujar Nana dengan tenang, tak tersulut sedikitpun.

"Apa maksudmu?!" desis Hajeong.

"Dengarkan aku, mengapa aku merasa bersalah saat orang yang pertama kali menyulut kemarahan adalah dirimu sendiri? Kau menarik rambutku kencang, kau pikir tidak sakit? Sebelum itu kau juga dengan begitu senang membully seorang siswa, dengan penuh tawa tanpa ada terlihat sedikitpun rasa bersalah. Kenapa kau protes saat aku membantingmu, menarik rambutmu, dan menghempaskan kepalamu? Seharusnya yang protes adalah mereka, para siswa yang kau bully." Hajeong terdiam, tangannya terkepal erat.

"Nak, putraku tak mungkin melakukan itu, mereka hanya sedang bermain." Penuturan Tuan Nam membuat Nana menoleh padanya.

"Oh? Bermain? Bermain apa saat dia, putra Anda tercinta, dengan begitu penuh semangat menginjak-injak siswa yang lebih lemah darinya? Apa definisi 'bermain' yang kita bicarakan ini sama? Atau berbeda?" tanya Nana.

[YONGJAEM/WINYU/GS] OUR SISTERSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang