9. Sisi Lain

58.9K 4.8K 56
                                    

Di antara banyaknya kuncup. Hanya satu bunga yang mekar sempurna. Ziya memandanginya penuh arti. Bunga yang dipajang depan restoran.

Selagi menunggu Luluk membayar. Ziya memutuskan melihat-lihat. Atensinya tersita dengan bunga yang entah apa jenisnya. Itu cukup asing. Bentuknya agak mirip melati. Tapi ada putih berwarna kuning yang menonjol lebih tinggi dari kelopaknya. Bunga itu punya aroma segar dan khas.

"Ayo pulang Nyonya," kata Lukas. Selesai dengan pembayaran.

"Bunga ini apa namanya?" tanya Ziya kepo.

Lukas melirik, "itu bunga Ziya."

"Eh? Serius?" pekik Ziya tidak percaya. Siapa yang menyangka namanya ada di dunia ini.

"Hum, itu bunganya orang mati," lanjut Lukas.

Rasanya kayak MAK JLEB! Ziya langsung menjauhi bungai itu.

"K-kok bisa dinamain Ziya?"

Itu nama ku lho!

"Entahlah, hanya orang terdahulu yang tahu. Setahu ku, bunga Ziya melambangkan duka. Kalau Nyonya melihat bunga itu di pekarangan. Itu berarti ada satu keluarga mereka yang meninggal. Mereka percaya, bunga Ziya dapat menahan roh kembali ke atas sana." Tatapan Lukas menyendu. Fakta bahwa dirinya juga pernah mempercayai mitos itu adalah nyata. "Yah, tapi itu hanya mitos turun temurun. Nyonya tidak perlu--"

Ucapan Lukas harus berhenti sebab istrinya tampak antusias mendengar. Uh! Lukas jadi tidak nyaman ditatap seperti itu.

"E-ehem. Lebih baik kita pulang. Sebelum hujan." Padahal langit sedang cerah-cerahnya.

"Tapi tidak mendung," sahut Ziya.

"Ah! Ada sesuatu di rambut Nyonya. Tunggu sebentar...." Lukas pura-pura mengambil sesuatu di rambut istrinya. Nyatanya di sana tidak ada apa-apa. Itu hanya alibi untuk melarikan diri dari topik.

Masih dalam keadaan penasaran. Sepanjang jalan Ziya menanyakan mitos bunga Ziya. Alih-alih dijawab, pengawalnya ini selalu mengalihkan ke pertanyaan lain.

Tck! Terserahlah! Ziya akan mendapatkan informasi itu dari Rahel nanti.

Gerbang tinggi dengan lambang pedang disilangkan sudah terlihat di depan sana. Itu adalah lambang keluarga Trancy.

Welcome Hari-hari membosankan. Batin Ziya. Yah, mau gimana lagi? Kalau Ziya keluar sembrono seperti waktu itu. Ia takut bukan begal lagi yang ia temui. Tapi pembunuh bayaran. Toh, memang posisinya mengharuskan Ziya berada dalam bahaya. Rahel pun sudah memperingatkan. Ziyanya saja yang ngeyel.

Tentang faksi yang tidak menyukai Lilyana. Pasti hal-hal seperti itu ada. Ini kan era bangsawan. Kekejian apapun dilegalkan asal dilakukan dengan bersih.

"Apa... Nyonya tidak bahagia?" tanya Lukas tiba-tiba. Ia memperhatikan perubahan raut muram istrinya.

"...."

Ziya sengaja diam. Ia layangkan tatapan sinis. Balas dendam karena pengawal ini terus mengabaikan pertanyaannya tadi.

"Nyonya marah ya karena tidak ku jawab pertanyaannya?"

"Itu sadar! Dengan begitu kau berharap aku akan menjawab pertanyaan mu?! Cih! Tidak segampang itu Ferguso!"

"Ferguso? Siapa itu?"

"Lupakan!"

Lukas terkesiap. Wah, kenapa istrinya yang kaku dan selalu mendongakkan dagu tiba-tiba terlihat menggemaskan?

Sadar Lukas! Sadar! Dia sedang lupa ingatan. Semua akan kembali seperti biasa kalau ingatannya kembali.

"Ma-maaf Nyonya. Aku akan menjawab apapun pertanyaan mu. Tapi untuk mitos itu. Aku takut menyampaikan informasi yang salah. Kalau ingin bertanya. Lebih baik bertanya pada buku."

DUKE! Let's Have Babies! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang