41. Definisi Ikhlas

30.3K 2.5K 21
                                    

"Sudah berani mengundang selingkuhan mu ke rumah, ha?!"

Terdengar melengking di telinga. Pun tajam mengoyak jantung. Kalimat yang terlontar tanpa adanya bukti. Memanfaatkan timing untuk menyudutkan. Ah, dasar si penikmat kehancuran. Bibir itu ingin rasanya Ziya jahit pakai jarum rajutan.

Di samping, Ziya dapat melihat dengan jelas. Sebuah tunduk yang ditujukan untuk wanita paruh baya ini. Zayan melakukannya atas dasar hormat. Yah, selayaknya bangsawan dengan status lebih tinggi.

Sudah bisa ditebak bukan siapa wanita ini?

Ya! Dia adalah Duchess terdahulu. Wendy Trancy. Ibu Tiri Lukas sekaligus mertua laknat yang memeras menantunya terus menerus.

"Selamat datang, Ibu. Bagaimana kabar mu? Salju pasti membuat kereta kuda mu sulit berjalan. Ah, mungkin karena sangat rindu. Itu sebabnya Ibu datang jauh-jauh di hari yang dingin ini. Wah, aku sangat tersanjung," sindir Ziya. Jangan harap dia menjadi menantu penurut!

Kekehan terdengar. Wajah itu, jelas sekali tidak ada ketertarikan membalas sapaan. Dia ingin langsung ke inti. Menyergap Ziya dengan tuduhan miring di depan banyak saksi.

"Kau tahu tindakan mu ini sudah kelewatan? Nona Lilyana. Mengundang laki-laki lain di saat suami mu sedang berjuang. Sungguh! Kau tahu caranya bersenang-senang di atas penderitaan orang ya?"

Desir darah semakin intens. jemari Ziya mengepal erat. Dengan senyum dipaksakan mengembang. Yah, Ziya tahu akan seperti ini. Hal yang utama adalah menjaga emosi tetap stabil. Jika meledak. Tamat sudah!

"Ya, karena aku punya urusan dengan Count Zayan."

"Hah! Ku yakin hanya urusan pribadi!" Wendy menyampirkan syalnya yang turun. "Nona Lilyana, tindakan mu sudah berlebihan. Aku khawatir kediaman ini akan hancur jika terus-terusan dikelola kau."

"Ah! Begitu ya? Pasti Ibu marah karena aku tidak mengirimkan Ibu uang bulanan seperti yang Ibu minta." Mata Ziya mulai berkaca-kaca. Saatnya tirai sandiwara dibuka. "Musim dingin kali ini banyak musibah yang menimpa wilayah kekuasaan Trancy. Mungkin Ibu tidak tahu, belakangan ini bandit terus menyerang gudang gandum warga. Dana BESAR yang seharusnya bisa ku kirimkan kepada Ibu. Mau tidak mau harus dialokasikan untuk kesejahteraan rakyat."

"Maaf Bu. Aku tidak punya pilihan lain. Ini adalah pilihan terakhir ku karena mansion ini tidak bisa lagi menekan biaya pengeluaran." Setetes air mata jatuh. Walau bening tapi menyimpan banyak kelicikan.

Sekeliling Ziya mulai berbisik. Pelayan yang ada merasakan apa yang Ziya rasakan. Sebab, seminggu yang lalu secara gamblang Ziya umumkan bahwa mansion ini akan mengalami penurunan pendapatan. Secara rinci Ziya jabarkan. Dan meminta para pelayan untuk bersiap dengan kemungkinan terburuk.

Yah, itu memang benar kan? Lagi pula Ziya mengumumkan hal seperti itu untuk jaga-jaga situasi seperti ini. Si mertua laknat pasti akan datang menagih hak tidak lazimnya. Ziya hanya ingin memberinya sedikit pelajaran kok. Biar dia tahu arti kata hemat.

Oh tentang pendapatan. Sebenarnya tidak perlu terlalu khawatir. Mansion Trancy memang sedang masa krisis. Tapi itu semua bisa ditutup dengan pendapatan eksternal.

Yups! Perusahaan Bra yang Ziya kembangkan bersama Rahel sudah mulai menghasilkan banyak pundi-pundi uang. Kini Ziya adalah konglomerat di zaman ini.

Haha. Bersujudlah wahai orang miskin! Kira-kira begitu kata hati Ziya yang sesumbar dengan pencapaiannya.

Seulas senyum tercipta. Sejak tadi Zayan memperhatikan. Betapa epiknya akting wanita ini. Semakin meyakinkan Zayan bahwa jiwanya bukan Lilyana. Sebab, Lilyana tidak akan seberani ini.

DUKE! Let's Have Babies! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang