"Lilyana...."
"Aku... ingin bersama mu."
Suara itu sayup padam terucap. Pengharapan yang amat menyakitkan. Mengingat tak satu pun benang merah mereka terhubung. Hanya ada retak. Hanya ada putus. Semua akan berakhir padam.
Namun, di tengah keputusasaan menyiksa. Sekali lagi cahaya terang menghantam Lukas. Bagai terbang di antara nebula warna-warni. Indah dan terang. Sampai rasanya mustahil untuk jadi nyata.
Sosok Lilyana yang kini tersenyum hangat. Menatap penuh kilau memukau. Lalu berkata, "hum! Ayo kita bersama. Sampai punya anak banyak. Hehe."
Lukas mengernyit. Ah, lelucon itu lagi. Kenapa di dalam mimpi pun dia mengatakan itu? Bikin pusing saj--
Tunggu!
Spontan Lukas terbangun. Mata yang tadi sayup membuka lebar. Dia menyisir sekitar. Ini bukan kamarnya!
"Selamat pagi, suami ku," cengir Ziya. Sedangkan Lukas tak mampu merapatkan bibir. Terlalu syok dengan kecerobohan ini. Bagaimana bisa dia tertidur di kamar Lilyana?!
"P-pagi," jawab Lukas cengo.
"Kapan kau masuk kemari?"
"Ah itu... se-sepertinya aku mengigau."
"Mengigau?" tanya Ziya. Menelengkan kepala.
"Hum, saat lelah aku sering mengingau sambil berjalan. Arnold sampai kesusahan dengan kebiasaan ku yang ini. Haha," dusta Lukas.
Percayalah! Lukas ingin masuk ke lubang mana pun detik ini juga. Malu, canggung dan kikuk menjadi satu.
"Hmm, begitu. Susah juga ya?"
"Ya, begitulah."
Tubuh Lukas semakin membeku saat mendapati istrinya menatap lekat. Dengan wajah bantal seperti itu. Seorang panglima perang seperti Lukas pun tak mampu membentengi hati untuk tidak terpesona.
"Susah juga kalau kau sedang di medan perang. Bagaimana kalau kau berjalan sampai ke camp musuh? Bukankah itu gawat sekali?" celetuk Ziya. Wajah khawatir kental terasa.
Ugh! Mau kesal tapi wajah itu justru menggemaskan. Batin Lukas. Dengan polosnya dia percaya omong kosong Lukas.
"Tidak perlu khawatir. Aku tidak pernah tidur nyenyak sampai mengigau saat di medan perang."
"Hmm. Berarti semalam kau tidur nyenyak?"
"Iya."
"Hehe, syukurlah. Dua hari ini aku melihat mu sibuk. Aku khawatir kau tidak bisa tidur nyenyak."
Bunga musim semi. Pemandangan eksotik dan keindahan yang ada di muka bumi. Semua itu kalah hanya dengan seulas senyum gadis ini. Lukas melengos ke sembarang arah. Jangan sampai dia ketahuan blushinh. Itu memalukan!
"Oh ya! Tentang perkataan mu tadi--"
"Tunggu! Perkataan yang mana?" tanya Lukas cemas. Tidak mungkin kan dia mengigau yang aneh-aneh?
"Tentang kau yang ingin bersama ku."
Terpaku sampai lupa cara berkedip. Ah sial! Lukas benar-benar membuat kesalahan.
"Itu...."
"Aku tidak keberatan," sahut Ziya sumringah. Lukas berhenti memikirkan alasan. Menatap dua manik yang akhir-akhir ini sering masuk ke dalam mimpinya.
"Kau tahu?" Tangan Ziya saling bertaut. Menunduk malu. "Ku pikir. Dengan mu... aku ingin memulainya dari nol."
"Ah! Mungkin ini terdengar palsu. Seperti kata mu tempo lalu. Aku akan menyesal saat ingatan ku kembali. Tapi... aku sudah bertekad!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DUKE! Let's Have Babies! (END)
FantasyKalau orang lain tidak terima setelah terlempar ke dunia novel. Berbeda dengam Ziya. Dengan lantang ia mendeklarasikan amat sangat berminat. Kenapa? Jelas kan karena Ziya ingin bertemu dengan second male lead impiannya. Namun alih-alih sesuai hara...