“T-terserah!” Lukas melengos. Ia menuju ke arah pintu dan dibuka sangat lebar. “Cepat keluar!”
Cih! Rupanya dia tetep ngotot!
Jangan harap Ziya patuh. Ia justru bersedekap tangan sambil melayangkan tatapan menantang. “Coba saja kalau kau bisa!”
Lukas menatap datar. Katanya ‘coba saja kan?’ Baiklah!
Langkahnya jejak mengikis jarak. Dalam hitungan detik, Lukas melilitkan selimut ke tubuh istrinya. Memberontak pun percuma! Tenaga Ziya tak dapat menyaingi pahlawan perang ini.
“Turunkan aku! Kau mau membawa ku ke mana?!” tantang Ziya.
“Diamlah atau kau akan membangunkan seisi mansion.”
Bukan Ziya kalau tidak memberontak. Dengan mengandalkan pita suaranya yang nyaring. Ziya berteriak, “TOOOOLLLOOOONGGG! AKU DICULIK! AKU MAU DIPERKOSA! TOLOOONG!”
“A-apa yang kau—“
“Di perkosa? Siapa yang akan diperkosa?”
“Ayo, ayo lihat.”
“Suara siapa itu?”
Lihatlah ulah manusia tak tahu malu ini? Di balik dinding sana kerumunan orang berbondong-bondong datang. Hentakan kaki meraka sangat antusias. Memang, hal-hal seperti ini sangat diminati untuk nanti jadi bahan gosip. Lukas harus lari. Tapi kemana?
Ada tiga koridor. Koridor satu dan dua sudah dipenuhi gerombolan orang-orang penasaran. Hanya ada satu koridor. Ya! Lukas harus kembali ke kamarnya. Mau dikata apa Lukas jika ketahuan menggendong istrinya di tengah koridor dengan kondisi seperti ini? Sialnya Lukas pun tak sempat memakai piyama dengan benar sehingga dadanya terekspos sebagian.
“Tck! Untuk malam ini saja kau tidur di kamar ku!” gerutu Lukas. Secepat kilat ia kembali ke kamar. Menutup pintunya rapat-rapat dan bernafas lega.
Pada akhrinya, mereka tidur bersama. Ya, hanya sebatas di ruangan yang sama. Lukas harus merelakan tempat tidurnya dikuasai dan ia tidur di sofa. Hah, seharuanya ia menjaga stamina untuk perjalana besok. Yang ada malah begini.
“Hei Lukas. Aku tidak bisa tidur,” cicit Ziya. Jangan lupakan pose tidur miring menggoda dengan belahan dada sengaja diumbar. Percayalah, di kehidupan lalu Ziya tidak pernah melakukan hal sehina ini. Semuanya demi bertemu Ethan. Ziya bisa berubah menjadi reog jantan bila diperlukan.
“….”
Tak ada jawaban. Lukas memilih diam. Telentang di atas sofa dengan tangan sebagai bantalan. Jika tidak diam istrinya akan melakukan tindak senonoh lagi. Seperti tiba-tiba memeluknya atau memajukan bibirnya dengan mata tertutup. Diingat-ingat lagi, Lukas semakin merinding. Setan apa yang merasuki istrinya?
"Sudah tidur ya?"
Toel!
Pipi kenyal Lukas menjadi sasaran telunjuk Ziya. Menekan-nekannya supaya si pemilik tubuh sadar. Ternyata percuma. Akting Lukas lebih pandai dari pada otak Ziya. Memilih menyerah, Ziya bertumpu tangan memandangi Lukas tidur.
“Kalau diliat-liat dia ganteng juga ya?”
“Alisnya tebal. Bibirnya seksi. Bulu matanya juga lentik. Dari segi fisik menurut ku dia sempurna.”
Di balik mata terpejam itu. Ada jiwa yang menggebu-gebu berdoa pada Tuhan supaya rasa kantuk segera menjamah istrinya.
“Badannya….” Ziya melirik dari ujung kaki ke ujung kepala. “Sip! Aku tidak pernah lihat badan sebagus ini sebelumnya. Para prajurit saja kalah. Wah! Suami ku memang perkasa.”
KAMU SEDANG MEMBACA
DUKE! Let's Have Babies! (END)
FantasyKalau orang lain tidak terima setelah terlempar ke dunia novel. Berbeda dengam Ziya. Dengan lantang ia mendeklarasikan amat sangat berminat. Kenapa? Jelas kan karena Ziya ingin bertemu dengan second male lead impiannya. Namun alih-alih sesuai hara...