19. Sepotong Rasa

49.4K 4.5K 58
                                    

Keheningan ini bagai pedang bermata dua. Diam semakin menusuk, bicara takut terperosok. Mungkin itulah sebab kenapa hanya ada suara langkah kuda dan derit kayu saling bersentuhan akibat jalan tidak rata.

Sejak tadi, kira-kira lima belas menit berlalu. Lukas mendapati Lilyana kembali ke kereta kuda. Masuk dan menemui wajah terkejutnya yang menjumpai Lukas duduk sambil bersedekap tangan.

Lukas tak menuntut tanya atas derap langkah lain yang ia dengar sebelum istrinya masuk. Ia sudah tahu siapa pemilik langkah itu. Dalam keadaan sadar ia tahu posisinya. Bukan dalam tatanan rumah tangga. Tapi posisi Lukas di hati Lilyana.

Hembusan nafas terdengar berat dan itu datang dari sisi Lilyana. Lukas melirik singkat. Memastikan wajah apa yang ditunjukkan istrinya. Ah, ternyata wajah itu. Wajah datar terkesan dingin. Seperti hari-hari biasa mereka pulang dari pesta.

Berbanding terbalik saat di dalam gedung. Bibir ranum itu terus mekar. Bagai bunga yang sedang menikmati musim semi.  Nyatanya, semi itu hanya berlaku sesaat lalu gugur bersamaan keramaian mulai musnah.

Begitulah perangai Lilyana Trancy. Ah tidak! Lilyana Easther. Anak pertama dari keluarga Easther. Pemilik serikat dagang sukses di Negara ini. Yah, setidaknya hal itu masih menjadi keyakinan Lukas sebelum terkikis ulah kelakuan randomnya dan… reaksi tadi.

Apa yang membuat gadis ini marah? Lukas sudah menjaga jarak seperti yang dia minta. Berlaku layaknya pasangan di tengah gempuran rumor perselingkuhan. Biasanya seperti itu kan? Tapi kenapa waktu itu Lilyana marah hanya karena Lukas memintanya terlihat rukun?

Tatapan Lukas beralih ke kaki istrinya. Ah, pasti karena itu Lilyana marah. Karena Lukas menarik tangannya dengan kasar sampai membuatnya jatuh.

Hembusan nafas berat samar terdengar. kali ini bukan dari Ziya tapi dari pemilik tubuh punggung paling kokoh. Lukas. Ia menerawang jauh ke arah jendela. Ingatannya tersita pada beberapa jam yang lalu.

Flashback On

“Lilyana,” panggil Lukas. Di sana, istrinya berhenti. Namun tak jadi. Ia melanjutkan jalannya yang sedikit… pincang?

Lukas mengernyit. Hendak mengejar. Namun, seseorang menghentikan.

“Lukas….” sahut suara wanita. Niat Lukas gagal. Ia menoleh dan mendapati Margaret. “Ku pikir Duchess Lilyana sedang terluka. Aku melihat tetesan darah di tempatnya berdiri tadi,” sambung Margaret. Kekhawatiran terpancar dari wajah yang sedikit berantakan ulah peluh membasahi anak rambut. Nafasnya pun tersengal.

“Ini….” Margaret mengulurkan obat luka berbentuk salep. “Aku pergi ke ruang kesehatan dan mengambilnya.”

“Obati istri mu. Jangan sampai dia salah paham tentang kita.”

Berlari. Mencari. Dengan deru nafas yang seakan bisa mati di hari ini. Ada satu hal aneh yang mengganjal. Bukankah langkah Lilyana lambat? Kenapa Lukas sudah kehilangan hanya beberapa menit saja.

Mungkin dalam konteks ini Tuhan ikut andil menyembunyikan. Sebab, Lukas bukanlah orang yang pantas menjadi obat. Dia adalah pemberi luka.

Langkah Lukas berhenti. Tubuh kecil istrinya tak dapat ditemukan disudut mana pun.

"Kemana dia?" Dalam balutan nafas tersengal. Lukas kembali menyisiri kediaman Viscount Rozy. Dengan harapan bertemu.

Temarammya lampu menemani Lukas dalam titik akhir perjuangan mencari. Peluh-peluh histeris berjatuhan. Ia buka paksa dua kancing menyesakkan. Menampakkan dada bidang yang masih menjadi misteri. Sehangat apa tubuh itu jika didekap erat? Sebab, sampai sekarang Lukas mengakui tidak pernah memeluk wanita mana pun.

DUKE! Let's Have Babies! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang