Sejak pertama kali tahu hatinya telah berlabuh pada pemilik manik sebiru safir. Lukas tidak pernah menolak apapun tentang Lilyana. Baik dan buruk. Lurus dan bengkoknya wanita itu.
Setelah menghabiskan malam pertama setelah tiga tahun menikah. Lukas paham satu hal.
Ah, ternyata ini alasan kenapa ranjang istrinya selalu berantakan dengan beberapa bantal teronggok di lantai.
Lukas menatap tak percaya. Bagaimana bisa perutnya beralih fungsi jadi bantal untuk wanita pemilik manik safir yang tengah tertidur ini.
Selama pengalaman di medan perang. Instingnya terlatih tajam. Dengan sentuhan maupun gerak. Karenanya, sejak tadi Lukas tidak bisa tidur.
Yah, bagaimana bisa tidur jika istrinya terus bergerak kesana kemari. Kanan dan kiri. Kadang tangannya mendarat di wajah Lukas. Masih untung jika pelan. Lukas harus menahan nyeri sebab pendaratan tangan istrinta seperti tamparan orang yang punya dendam kesumat.
Satu jam yang lalu Lukas berhasil terlelap. Sampai akhirnya dibangunkan lagi sebab nafasnya terasa berat. Dan ternyata, perutnya sudan menjadi alas tidur istrinya.
"Memang dia nyaman dengan posisi seperti itu?" gumam Lukas setelah melirik singkat dan mendapati Lilyana meringkuk dengan selimut entah kemana. Padahal tubuhnya tak terbalut kain satu pun. Akibat aktivitas panas sebelumnya.
Pelan-pelan Lukas membenarkan posisi Lilyana. Penuh kehati-hatian. Sebab, Lukas tak mau mengganggu tidur nyenyak istrinya yang sudah merelakan dirinya dijajah untuk memberikan Lukas pengalaman pertama.
"Umh...."
Sempat terganggu. Namun dengan keahlian tidur kebo Ziya. Ia kembali menguasai alam mimpi.
Perlahan senyum memesona itu mengembang. Menunjukkan daya tarik mematikan bagi hati yang merindukan keindahan. Setelah berhasil membenarkan posisi Lilyana, Lukas mengambil posisi miring. Bertumpu pada satu tangan, ia menghadap ke istrinya.
"Gemasnya istri ku," gumam Lukas.
Dipandanginya lekat bibir ranum yang beberapa waktu lalu basah oleh salivanya. Hanyut, mungkin itulah kata yang mewakili perasaan Lukas. Tentang Lilyana, ia tidak pernah berhasil menahan diri. Lukas akui, tadi dirinya kalap dan bertindak kasar di menit terakhir saat pelepasannya hampir mendekati sempurna.
Entahlah, Lukas tak bisa berpikir jernih. Seolah otaknya kosong. Tubuhnya hanyut bersama derasnya ego diri.
"Tck!" decak Lukas.
Geraknya terhenti. Gerak yang tanpa sadar mengikis jarak dengan bibir ranum itu.
Lagi. Lukas hampir terbawa pesona istrinya.
Ia segera menjauh. Kembali ke posisi awal. Rambut depannya ia acak kasar. Wajahnta ia raup dua kali. "Hah, kau memang penggoda handal. Dengan mata terpejam saja 'dia' sudah bereaksi." Lirik Lukas pada bagian bawah pusarnya. "Ah, apa aku yang terlalu bersemangat?"
Ditatapnya jendela yang lupa ia tutup hordennya. Menampakkan pemandangan malam. Gelap. Namun penuh gemerlap bintang.
"Malam masih panjang," gumam Lukas. Ia menghela nafas sekali. Melirik istrinya kemudian beranjak dari ranjang.
Lukas tidak mau mengakui ini. Tapi... jika tidak melakukan sesuatu. 'Adik besar' nya akan merengek minta diperhatikan terus. Sedang pawangnya saja kini masih tidur lelap. Lukas harus menyibukkan diri.
Perlahan ia menutup pintu. Sangat hati-hati. Agar tak meninggalkan suara derit yang beresiko membangunkan istrinya.
Tujuannya satu, ruang kerja. Hanya di sanalah pikiran Lukas akan dipenuhi tumpukkan pekerjaan. Lalu... ada satu hal lagi yang harus Lukas urus.
KAMU SEDANG MEMBACA
DUKE! Let's Have Babies! (END)
FantasyKalau orang lain tidak terima setelah terlempar ke dunia novel. Berbeda dengam Ziya. Dengan lantang ia mendeklarasikan amat sangat berminat. Kenapa? Jelas kan karena Ziya ingin bertemu dengan second male lead impiannya. Namun alih-alih sesuai hara...