51. Epilog

69.8K 3.2K 105
                                    

Si penikmat senja telah urung usai. Giliran pengagum malam senantiasa termangu di balik tirai-tirai hordeng. Mengagumi langit malam dengan gugus bintang bertebaran. Rembulan layaknya mata seorang ibu yang terus terjaga. Memandang teduh penghuni bumi yang tengah terlelap letih.

Tatapan teduh yang terus menjadi pengagum rahasia sang malam kini tak lagi terhipnotis indahnya bulan. Sebab, di sisinya ada eksistensi yang lebih memabukan. Sosok yang di dirinya mengampu segala keindahan. Sebuah daya tarik tak kasat mata yang mampu membuat Lukas bersimpuh patuh.

"Lily.... aku mencintai mu."

CUP!

Kening itu dikecup. Berkatnya, wanita pemilik mata safir yang tengah tertidur ini menggeliat singkat. Namun tak pernah sekali pun dia melepaskan peluknya pada lengan Lukas. Eratnya seakan tak membolehkan Lukas pergi.

Ah, benar juga. Butuh usaha ekstra membuat Lilyana tertidur. Dia terus merancau, "bagaimana kalau kehadiran mu hanya ilusi?". "Bagaimana saat aku bangun kau hanyalah mimpi?". Semuanya berakhir saat Lukas berjanji akan di sisi istrinya sepanjang malam. Sambil menggenggam tangannya.

Lukas mengusap pipi putih itu. Senyumnya tak henti-hentinya mengembang. "Akan ku pastikan kebahagiaan kita bukan mimpi." Perlahan Lukas melepaskan diri. "Jadi... izinkan aku menyelesaikan sesuatu." Sekali lagi Lukas mengecup kening itu. Beralih ke mata kemudian pipi. "Lily, maaf tidak bisa menepati janji. Aku pergi sebentar."

Sudah lama Lukas tak menapaki koridor demi koridor kediaman Trancy. Selama ini dirinya terbiasa tidur di tempat asing. Bahasa asing dan orang-orang asing.

Ya! Terakhir kali Lukas ada di wilayah kerajaan Artem. Kerajaan yang terkenal dengan suku bar-bar.

Tentang Kaisar Antonio yang mengkhianati Lukas dan mengutus sekumpulan pasukan untuk menjalankan eksekusi. Mungkin terdengar picik. Tapi ingatlah. Di atas langit masih ada langit. Di atas orang picik masih ada si licik.

Tak ada yang lebih licik dari dia. Orang yang ada di balik layar. Mengendalikan semuanya. Setiap tali penggerak telah ia genggam.

Lukas sampai di sebuah ruang. Sinarnya masih terang. Bukti bahwa seseorang tengah terjaga di dalam.

"Akan ku akhiri di sini."

Bunyi derit pintu terdengar. Sosok yang tengah berdiri di depan perapian tak menunjukan minat untuk menoleh. Seolah tanpa melihat pun tahu. Siapa yang datang.

"Sudah selesai melepas rindunya?" tanyanya.

Sorot Lukas semakin tajam. Dari banyaknya orang yang Lukas kenal. Hanya orang ini yang sulit ditebak. Sungguh! Dia adalah orang yang sangat rapih menyembunyikan perasaan. Tapi....

Bibir Lukas sedikit menyeringai. Sekarang Lukas tahu siapa yang tersimpan paten dalam hatinya.

"Yah, begitulah. Lilyana sedang tidur. Akhirnya dia tertidur setelah lama menangis. Terus meyakinkan kalau kehadiran ku bukan mimpi." Lukas duduk di sofa. Menuang wine di sana. "Aku penasaran, apa yang kau katakan sehingga dia sefrustasi itu."

"Haha, jangan asal tuduh. Itu bukan ulah ku. Para ksatria yang mengatakan kau sudah mati. Yah, aku juga tidak berniat mengatakan yang sebenarnya. Mungkin saja kau mati di jalan kan?"

"Hoo, itu sebabnya kau mengirim pembunuh bayaran saat perjalanan ku pulang?"

"Haaah." Licht menggeleng-geleng kepala seraya memijat pangkal hidung. "Itu hanya permainan kecil untuk menguji apa kau layak dipanggil pelindung kekaisaran."

"Lalu, bagaimana kesimpulan mu?"

".... dari pada manusia. Kau lebih seperti parasit. Susah disingkirkan!" gumam Licht di akhir kalimat.

DUKE! Let's Have Babies! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang