25. Rasa Bersalah

49K 3.6K 65
                                    

"Kau akan pergi ke pasar?" tanya Lukas. Ia menghentikan aktivitas makan dan memandang istrinya lekat.

"Hum, sebentar lagi musim dingin. Aku ingin membuat syal rajut untuk mu. Boleh ya?" ucap Ziya memelas.

Sungguh, lidah Lukas ingin menjawab tidak dengan lugas. Kalau bukan karena hari ini bertepatan ia harus pergi ke istana untuk pembahasan masalah kerajaan Artem yang ketahuan mengumpulkan pasukan kudeta. Mungkin Lukas akan menemani istrinya ke pasar.

Apalah daya. Hatinya tak mampu menahan lelehan cinta dari wajah cantik Lilyana. Lagi pula, istrinya sudah berbaik hati membuatkan syal. Ini adalah bentuk perhatian yang jarang. Lukas tidak boleh terlalu mengekang. Walaupun rasanya ingin ia bantai seluruh dunia agar tak satupun yang mengganggu kebersamaannya.

"Baiklah. Aku yakin kau akan menelusup diam-diam kalau tak ku beri izin." Senyum Lukas mengembang terpaksa. "Bawalah Rahel dan beberapa pengawal."

"Siap Pak Suami," ucap Ziya sumringah sambil berlagak hormat.

"Ah ngomong-ngomong. Ada keperluan apa sayang ku ke istana?"

"Uhuk uhuk uhuk." Lukas buru-buru mensahut mineral. Ia teguk habis sampai tenggorokkannya lega.

"Sayang...." ucap Ziya panik sambil menyuguhkan sapu tangan. "Ada apa dengan mu?"

"...."

Lukas tak menggubris. Bukannya mengabaikan. Lukas hanya ingin menetralkan degub jantung yang seakan ditabuh oleh puluhan palu asmara. Bagaimana jantung ini tidak menggila? Baru saja istrinya memanggil 'sayang' untuk pertama kali. Sungguh! Dapat ide dari mana dia?

"Haah...." Lukas menghela nafas panjang setelah jantungnya netral.

"Lukas?" panggil Ziya. Sepertinya ia paham kenapa wajah Lukas sempat memerah tadi. Hehe, lucu banget sih tsundere satu ini.

Yah, ini masih pagi. Tidak baik buat baper anak orang. Ziya takut dia tidak konsentrasi selama pertemuan nanti. Itulah sebabnya Ziya mengurungkan niat untuk membersihkan dagu Lukas dari sisa air yang buru-buru ia minum tadi. Biarkan dia membersihkan sendiri.

"Pakailah," ucap Ziya. Sekali lagi mengulurkan sapu tangan.

"Hum." Lukas hendak meraih sapu tangan itu. Namun gagal! Lagi-lagi istrinya membuat ulah!

Critical demage!

Wajah Lukas kembali bersemu. Kali ini benar-benar merah! Tak tanggung-tanggung. Lukas spontan membuang muka. Bagaimana tidak? Di sana jelas-jelas belahan dada istrinya terlihat jelas. Sangat dekat. Bahkan itu pas di depan Lukas. Membuat kemarau tenggorokkannya. Saliva saja tak cukup. Lukas ingin yang lebih.

Astaga! Buang pikiran kotor mu Lukas! Ini masih pagi. Batinnya menjerit keras.

"Lukas?"

Lihatlah wajah kebingungan itu! Istri mu kebingungan bodoh!

"E-ehem. I-itu... ba-baju...."

Ziya meneleng. Nih orang mau bilang apa sebenarnya? Kok jadi gagu.

"Lukas, aku tidak tahu kau bilang apa. Coba tarik nafas lalu hembuskan. Lakukan itu sampai kau tenang."

Seperti anak itik. Lukas menuruti kata istrinya. Tiga kali menghirup dan tiga kali menghembus baru Lukas tenang.

"Sudah?" ucap Ziya yang dianggukkan oleh Lukas. Ugh! Tidak kuat! Dia terlalu kiyowo. "Sekarang katakan," sambung Ziya.

"Baju mu. Aku tidak suka."

Mata Ziya membelalak. Ah, ini pertama kalinya Lukas mengomentari masalah penampilan.

"Apa aku terlihat jelek?"

DUKE! Let's Have Babies! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang