Tak terasa sudah pukul 18.02, sekolah sudah bubar dari 4 jam yang lalu, namun Jay masih berada di sekolah, kini ia sedang menunggu Jean mengumpulkan rangkumannya.
Jay berjalan menuju perpustakaan, untuk mengecek apakah Jean masih mengerjakan apa yang di perintahkannya.
Dan ternyata benar, Jean masih lekat dengan buku-bukunya. Jay hanya mengintipnya dari pintu kaca perpustakaan dia tidak berniat menghampirinya karena takut mengganggu.
"Ternyata dia sangat ambisius juga, dan bertanggung jawab atas kesalahannya". Ucap Jay pelan, lalu ia tersenyum dan berjalan meninggalkan perpustakaan untuk menuju kantornya.
Di kantor Jay duduk dan melipat tangannya diatas meja, lalu menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Dia memilih untuk tidur sebentar.
Beberapa saat kemudian..
Jean berhasil menyelesaikan tugasnya. Namun dia hanya menjumpai Jay yang telah terlelap dimeja kantornya.
"Pak..". Panggil Jean, namun tidak ada sahutan.
"Pak..". Panggilnya lagi namun masih tidak ada pergerakan.
"PAAKKK..". kali ini dia membangunkannya dengan menggoyangkan punggung Jay.
Dan ternyata itu berhasil membuat Jay terbangun.
"Saya sudah selesai pak, jadi saya boleh pulang kan?". Ucap Jean cengar-cengir
"Oh sudah selesai? Baiklah, kamu boleh pulang sekarang".
Jay menoleh karena Jean masih belum pergi.
"Kenapa? Ada hal lain lagi?". Tanya Jay bingung
"Hmmm.. Anu pak.. ujan, gimana saya pulangnya ya? Udah gelap kira-kira masih ada bis nggak ya?". Sekarang Jean mulai overthinking.
Jay melihat ke arah jendela, dan ternyata benar, hujan sangat deras.
"Ya udah, pulang bareng saya aja nanti". Tawar Jay
"Ih takut ngerepotin pak".
"Gak kok, ini juga karena saya kamu pulang telat, sebentar, saya beres-beres dulu".
"Baik pak".
Kemudian Jean pun pulang dengan diantar oleh Jay.
Tak lama setelah itu, mereka pun sampai di depan rumah Jean.
Tak lupa Jean mengucapkan terimakasih. Kemudian mobil Jay pergi meninggalkan area rumahnya.
Jean pun masuk kedalam rumahnya.
Sepi..
Itulah yang bisa Jean deskripsikan tentang rumahnya, tidak ada sambutan hangat seperti anak lain jika pulang sekolah.
Jean hidup bersama kakaknya, kedua orang tuanya sudah tiada saat Jean duduk di bangku SMP, karena sebuah kecelakaan.
Kakaknya sibuk, paling mereka ada waktu disaat makan malam, karena ia meneruskan perusahaan orang tuanya.
Jean saja heran, kok kakaknya sanggup. Karena disamping itu kakaknya juga masih melanjutkan kuliah nya.
Jean langsung menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Setelah itu dia merebahkan dirinya dikasur dan membuka ponselnya.
Ada chat dari kakaknya.Kak Heeseung
|Ini kakak mau pulang
kamu mau nitip makanan
apa?
17.58Anda
Gak usah kak, hari ini|
aku masak aja
18.00 √√|Yaudah kalau gitu
18.01Anda
Ya udah kakak hati-hati|
dijalan
18.01 √√Setelah itu kakaknya tidak membalasnya lagi.
Dan kemudian Jean memilih untuk memasak makan malam.
_____________
Jay berjalan santai di koridor rumah sakit. Setelah dia mengantarkan anak muridnya ke rumahnya, jay memutuskan untuk langsung ke rumah sakit.
Hingga dia sampai di sebuah pintu ruangan dan ia membukannya.
"Selamat Sore Nek. Loh.. Mama? Papa? Kalian juga ada disini? Kapan kalian pulang?". Ucap Jay yang baru datang
"Tadi sore kita sampai kesini". Jawab mama Jay
Jay menghampiri ibunya dan memeluknya.
Orang tua Jay selalu sibuk di luar negeri makanya Jay tinggal berdua bersama Neneknya. Dan saat ini Neneknya sedang dirawat di rumah sakit, karena waktu itu mengalami serangan jantung.
"Jay?". Panggil sang Nenek
Jay menoleh, dan berjalan menghampiri Neneknya yang terbaring lemah
"Iya nek, gimana keadaannya sekarang?". Jawab Jay
"Nenek udah lumayan mendingan kok". Jay hanya membalasnya dengan anggukan.
"Jay, nenek ingin berbicara padamu". Ucap sang nenek tiba-tiba.
"Mau bicara apa nek". Balas Jay mengerutkan keningnya.
"Takdir itu gak ada yang tau, selama nenek masih hidup, nenek cuma pengin liat cucu nenek menikah".
"Nenek ngomong apa sih? Jay gak mau menikah, Jay mampu kok hidup sendiri". Ucap Jay tegas, karena Jay memang masih trauma dengan masa lalunya.
"Itu yang nenek takuti Jay, kakekmu memberikanmu kepercayaan untuk kamu meneruskan sebagian harta warisannya, jika kamu tidak menikah dan tidak mempunyai keturunan, kelak kalau kamu tua, siapa yang akan mewarisinya lagi". Ucap sang nenek.
Ya memang Jay adalah seorang anak tunggal, dan dia adalah harapan satu-satunya dikeluarga.
"Tapi jika kamu tidak ingin menikah, percuma kakekmu memberikan hartanya, karena kamu tidak akan memiliki seorang penerus". Lanjutnya
"Jay akan nikah kok nek, tapi bukan dalam waktu dekat, Jay perlu waktu". Ucap Jay meyakinkan
"Apa nenek akan mempercayaimu? Nenek ingin melihat pernikahanmu secara langsung, jika kamu tidak menikah juga, harta waris akan berikan untuk didonasikan untuk panti sosial".
Jay terkejut mendengarnya. Bukan karena dia berharap harta untuk foya-foya. Cuma perusahaan yang saat ini ia kelola adalah milik kakeknya.
Jika perusahaan tersebut tidak menjadi miliknya, perjuangannya untuk membangun perusahaan itu dari abang kebangkrutannya dulu, akan sia-sia.
Karena sudah banyak perjuangan yang telah dilewatinya.
"Hmm.. Baiklah nek, Jay akan menikah, tapi beri Jay waktu". Sang nenek hanya membalasnya dengan anggukan.
Kemudian Jay menatap kedua orangtuanya, mereka hanya mengangguk, menyerahkan keputusannya kepada Jay.
______________________________
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Direction of Destiny || Jay
FanfictionBerawal dari seorang guru dan murid, hingga akhirnya Jay dan Jean terjebak dalam sebuah pernikahan. Langsung Baca Aja Kalo penasaran ⚠MURNI DARI IMAJINASI SAYA⚠ Jika ada persamaan cerita, kata, nama tokoh, nama tempat, dan lain-lain, mungkin itu ad...