Jay dan Jean telah berada di mall, untuk mencari keperluan bayi. Sebenarnya rencana Jean ketika usia kandungannya mencapai 8 bulan saja.
Tapi Jay menginginkan untuk membelinya dari jauh-jauh hari.
"Kita pilih pakaian dulu ya?". Ucap Jay dan Jean hanya mengiyakan, hari ini sebenarnya dia tidak terlalu antusias untuk kegiatan pergi ke mall.
"Silahkan dipilih kakak".
Jay mendatangi salah satu toko yang menjual pakaian bayi. Kemudian Jay pun memilih-milih tersebut.
"Je, coba kamu pilih". Ucap Jay memegang dua baju ditangannya.
"Yang bener aja, masa pakaian bayi warna hitam?".
"Lah biar kece".
"Mana ada, harusnya warna yang cerah, biasanya kalo perempuan warna pink kalo laki-laki warna biru". Jelas Jean.
Memang Jean harus ikut turun tangan dalam pemilihan baju. Jay pun ikut memilih pakaian, namun Jay bingung ketika mendapati baju perempuan atau laki-laki.
"Je, saya bingung. Kira-kira anaknya laki-laki atau perempuan?". Tanya Jay yang ada disamping Jean.
"Saya juga gak tau, pas di USG saya nggak pengen tau jenis kelaminnya. Tapi katanya si kembar". Ucap Jean.
"Kembar? Ya udah kita beli pakaian bayi laki-laki dan perempuan aja, kita beli semuanya aja". Saran Jay.
"Jangan pak, mending beli baju yang unisex, bisa dipakai laki-laki sama perempuan. Sayang juga kalo ternyata anak kita laki-laki, tapi kita udah beli baju perempuan, kan jadi nggak ke pake". Jelas Jean.
Anak kita? Jay pun tersenyum dan akhirnya mengiyakan.
"Mba, ada baju bayi yang unisex".
"Oh disebelah sini, silahkan".
Kemudian setelah memilih baju mereka pun akhirnya membayar dan pergi dari toko tersebut.
"Tinggal beli apa lagi?". Tanya Jean, karena ini adalah rencana Jay.
"Tinggal beli alat-alat makan, kereta dorong, ranjang, terus mainan juga, apa lagi ya?".
"Ya ampun, itu bisa lain kali aja belinya, masih 3 bulan lagi buat lahir".
"Nanti kalo baby nya pengin keluar lebih cepet gimana? Boleh ya?". Jean pun mengangguk menyetujui permintaan Jay.
"Kamu kalo capek bilang loh, jangan dipaksa".
Namun saat diperjalanan Jay dan Jean bertemu dengan Yaena disana.
"Jay/Yaena". Ucap mereka barengan.
"Kamu...". Sebenarnya Yaena ingin bertanya, mengapa Jay bersama dengan Jean? Dan apa yang mereka beli?
"Oh gue mau beli peralatan dan pakaian buat calon anak gue". Ucap Jay pamer.
"Jay maafin aku ya?". Ucap Yaena.
"Udahlah lupain masalalu aja, gue gak mau ingat-ingat lagi". Jawab Jay.
"Tapi aku bisa jelasin Jay".
Jay mengabaikan Yaena dan menarik Jean untuk pergi dari situ.
"Jay, itu Yaena..".
"Diam Jean! Saya udah nggak mau liat dia lagi". Marah Jay yang masih berjalan menarik Jean.
________________________
Malam telah tiba, cuaca diluar sedang hujan.
Jay tengah sibuk mengotak-atik dan menyusun dua ranjang bayi nya.
Sedangkan Jean terduduk tenang di ranjang tidurnya, Dengan kepala ranjang yang dijadikan sandaran, dan segelas susu yang baru diminum setengah.
Tangan kiri memegang sebuah buku, dan tangan kanan mengelus perutnya.
"Oke beres". Jean menoleh melihat yang jauh berada disampingnya, Jay yang tersenyum karena berhasil menyusun ranjang dan beberapa mainan untuk calon anaknya.
Jay menghampiri Jean, dan memeluk bumil itu dari samping, sembari ikut mengelus perut Jean.
"Kamu pasti capek, karena seharian di mall". Ucap Jay.
"Ya capeklah, apalagi ibu hamil".
"Atututu, sini saya pijitin kakinya". Jay pun kemudian terduduk dan memijit kaki Jean.
"Emm.. Kamu punya saran gak nama yang cocok untuk anak kita?". Tanya Jay.
"Belum ada, emang kamu punya saran nama?".
"Ya belum ada si".
"Ya udah pikirkan nanti aja". Ucap Jean kemudian ia memandang Jay dari samping, dan tidak sengaja melihat bibir Jay.
'Aduh kenapa pengin cium bibir Jay sih?'. Ucap Jean dalam hati, sambil menatap bibir Jay.
"Kenapa?". Tanya Jay bingung.
"Jay, sini mendekat". Jay mengerutkan keningnya bingung, namun ia tetap mendekat.
"Ada apa?".
"Itu didekat matamu ada sesuatu".
"Ah masa sih?". Yang mengusap bagian matanya menggunakan tangan.
"Ih coba merem dulu". Jay pun memejamkan matanya.
Kemudian Jean dengan perlahan mengecup bibir Jay, tidak sampai 3 detik namun berhasil membuat Jay membuka matanya kaget.
"Ngidam kok hehe".
"Ngidam atau kamu yang pengin?". Tanya Jay jahil.
"Ngidam".
Jay tersenyum jahil sambil menaik turunkan alisnya.
"Kenapa?".
"Bibir kamu manis saya suka".
"Hah? Ta-emmpp".
Belum selesai berbicara Jay malah sudah mencium bibir Jean kembali. Awalnya hanya sebuah kecupan, namun lama kelamaan menjadi lumatan lembut dari Jay.
Dan Jean tidak memberontak, justru dia malah membalasnya.
Namun ciuman Jay semakin menjadi ketika dia mulai turun kebagian leher.
Kemudian Jay melepas ciumannya, dan menatap Jean.
"Je, boleh ya?". Ijin Jay, sebelum permainannya semakin Jauh.
Jean paham, ia menatap mata Jay yang terlihat memohon, hingga akhirnya ia pun mengangguk lemah.
Jay tersenyum senang ketika sudah mendapat ijin dari Jean.
Jay pun tersenyum dan kembali mencium bibir Jean, yang ciuman itu berubah menjadi ciuman panas.
Satu tangan Jay ia gunakan untuk melepas kancing piama Jean.
"Eenghh..". Suara Jean berhasil lolos, kala Jay tidak sengaja menggigit bibir Jean.
Dan malam itu pun menjadi malam yang indah untuk mereka berdua. Dengan suara-suara yang menggema ditelinga, dan bertabrakan dengan suara hujan yang ada diluar.
Tapi itu terasa menyenangkan bagi Jay.
________________________
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Direction of Destiny || Jay
FanfictionBerawal dari seorang guru dan murid, hingga akhirnya Jay dan Jean terjebak dalam sebuah pernikahan. Langsung Baca Aja Kalo penasaran ⚠MURNI DARI IMAJINASI SAYA⚠ Jika ada persamaan cerita, kata, nama tokoh, nama tempat, dan lain-lain, mungkin itu ad...