[11] Electrical problem

241 15 0
                                    

Hujan deras mengguyur kota sore ini, walaupun tidak ada petir namun tetap saja suasana jadi berbeda, apalagi sudah menjelang malam.

Jay terduduk di sofa dengan menatap laptopnya, sambil memikirkan kenapa Jean belum juga pulang.

Namun saat sedang serius tiba-tiba pintu apartemen terbuka.

Menampilkan seorang gadis dengan seragam yang agak basah, sepertinya dia kehujanan saat memasuki apartemennya.

"Dari mana kamu?". Tanya Jay masih tetap fokus melihat laptopnya.

"Pulang sekolah lah". Jawab Jean melepas sepatunya.

"Bukannya jam pulang sekolah sudah lewat 2 jam yang lalu? Bahkan kan jarak dari sini ke sekolah cuma 30 menit".

"Bukan urusanmu".

"Saya suamimu, kalau kamu lupa".

"Kan bapak pernah bilang kalau tidak akan mencampiri urusan saya, dan saya tidak akan mencampuri urusan bapak".

Jay bungkam, dia memilih untuk diam. Dan Jean melangkahkan kaki menuju kamarnya.

Jay tidak sengaja melihat jam yang sudah menunjukan waktu makan malam.

Kemudian ia pun menutup laptopnya dan memutuskan untuk memasak makan malam.

Saat dengan serius memasak Jay mendengar suara tarikan kursi dari arah meja makan. Lebih tepatnya dibelakang Jay.

Sudah Jay tebak itu pasti Jean. Jay tetap melanjutkan memasaknya, sesekali melirik kearah belakang.

Ternyata Jean sedang memperhatikannya, dengan melipat tangan didadanya.

Sebenarnya Jean sedang berpikir, baru kali ini dia melihat laki-laki yang jago masak. Dia jadi teringat saat kakaknya memasak untuknya ketika dia sedang sakit, dan hampir membakar dapur.

Ketika Riki mencoba memasak telur sendiri, untuk bekalnya. Namun berakhir gosong.

Sejak saat itu Jean tidak percaya lagi dengan laki-laki.

"Kamu mau ngelamun terus disitu atau bantuin saya?". Ucap Jay membuyarkan lamunannya.

"Saya bantu makan aja".

"Dasar. Tolong sayur yang sedang direbus itu diangkat".

Jean beranjak dari duduknya. Kemudian berjalan menuju kearah panci dengan kompor yang masih menyala.

Dia mematikan kompor tersebut, dan mengeluarkan sayuran yang sudah direbus ke dalam baskom.

Kemudian ia mengangkat panci bekas rebusan untuk dipindahkan ke wastafel.

"AKKHH..shh..". Tiba-tiba lengan Jay menyenggol panci panas itu.

Buru-buru Jean meletakan panci itu kedalam wastafel. Lalu menghampiri Jay, lalu memegang lengannya.

Dan membawanya menuju wastafel, kemudian ia mengalirkan air ke lengan Jay yang terkena panci panas tadi.

"Maaf". Ucap Jean lembut.

Jay tersenyum mendengar penuturan dari Jean.

"Makanya kalo geser liat-liat". Baru aja tersenyum, dan luntur lagi senyumnya.

"Ya kamu bilang dong kalo mau pindahin panci panas. Kan jadi kena saya".

"Ada kotak obat gak pak disini".

"Ada di lemari situ, deket ruang TV".

Kemudian Jean mematikan semua kompor dan menarik Jay menuju keruang TV.

Jean mengambil kotak obat yang ada di lemari. dan mencari salep untuk luka bakar.

Setelah ketemu Jean menghampiri Jay dan menarik lengan Jay pelan, lalu mengolesinya lengannya dengan Salep.

Direction of Destiny || JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang