Riki keluar dari kamarnya, dia sengaja bangun lebih pagi agar bisa menyiapkan sarapan untuk dirinya dan juga Jean.
Itung-itung agar wanita hamil itu tidak melakukan aktifitas.
Namun baru saja sampai dapur, Riki sudah melihat Jean sedang memasak.
"Je". Panggil Riki yang membuat Jean menoleh.
"Eh lo udah bangun, tumben bangun cepet? Jam kerja kamu kan masih lama". Ucap Jean, tanpa menghentikan aktifitasnnya.
"Biar aku aja yang nyiapin sarapan, kamu duduk aja". Pinta Riki dan mendekati Jean.
"Ngga apapa, itung-itung ini ucapan terima kasih gue, karena lo udah mau menerima gue disini". Ucap Jean tidak enak pada Riki.
"Udahlah Je, santai aja. Anggap aja rumah sendiri. Lagian kita bukan orang yang baru kenal". Ucap Riki.
"Ya udah biar gue aja yang siapin sarapan, lo mau mandi dulu atau makan dulu? Tapi kayanya masakannya masih lama". Ucap Jean
"Emm.. Aku mandi dulu ya". Ucap Riki hendak pergi.
"Oh iya Rik, lo butuh bekal gak buat ketempat kerja, nanti biar gue siapin".
"Sepertinya iya".
"Nanti gue siapain". Ucap Jean
Riki mengangguk dan pergi ke kamarnya untuk persiapan mandinya.
_____________________
"Je, aku mau berangkat dulu, kamu ngga papa kan disini sendirian?". Ucap Riki didepan pintu.
"Ngga papa, ini bekalnya". Riki pun menerima bekal yang diberikan okeh Jean.
"Makasih ya Je". Ucap Riki yang di angguki oleh Jean.
Namun Riki berdiri mematung memandang perut Jean yang sudah mulai buncit.
"Ada apa?". Tanya Jean heran.
"Je.. Emm, aku boleh pegang perut kamu gak?". Ijin Riki yang sedari tadi gemes melihatnya.
"A-apa?".
"Boleh kan?". Ijin Riki sekali lagi, yang kemudian disetujui oleh Jean.
Riki membungkuk memposisikan wajahnya pada perut Jean. Kemudian memegang dan mengusap perut Jean.
Jean merasakan geli dan kehangatan dari tangan Riki, ini pertama kalinya ada yang mengusap perutnya.
Bahkan dia sendiri tidak pernah mengusapnya dan membiarkan janin itu tumbuh dengan sendirinya.
"Kamu baik-baik ya nak". Ucap Riki kemudian.
"Oh iya Je, kamu udah pernah Check up belum? Buat mengetahui kondisinya?". Riki menegakan tubuhnya jadi menatap Jean.
Jean menggeleng. "Nanti gue cek". Ucap Jean.
"Kamu Ngga papa sendirian? Atau aku ijin buat mulai kerjanya besok aja?".
"Gue bisa sendiri kok, lo ngga perlu khawatir. Lo semangat kerjanya". Ucap Jean.
Riki mengusap kepala Jean. "Iya istriku". Ucap Riki sambil terkekeh.
Namun Riki malah mendapat pukulan pelan dari Jean.
"Ngomong apa sih lo? Udah sana berangkat, nanti telat".
"Iya, aku pergi dulu".
Kemudian Riki pun keluar dari apartemennya dan meninggalkan Jean sendirian.
Setelah Riki pergi, Jean berpikir untuk pergi memeriksakan memang sudah saatnya ia memeriksakan kandungannya.
Ia pun akhirnya bergegas untuk menuju kerumah sakit.
_____________________
Namun sesampainya di rumah sakit sakit Jean tidak langsung menemui dokter kandungan.
Jean mengenal rumah sakit itu, itu adalah tempat dirawatnya nenek Jay.
Jean melamun dan tanpa ia sadari, ia telah sampai di sebuah pintu ruang rawat inap. Jean hanya mengintip kaca yang ada di pintu.
Ternyata nenek Jay masih dirawat di rumah sakit itu.
"Jean". Panggil lembut oleh seseorang dari belakang. Dan Jean pun menoleh.
"Mama?".
"Kamu ngapain disini? Kenapa gak masuk aja?". Tawar Mama Jay.
Namun Jean hanya terdiam ragu, dan dia memandang kaca pintu kembali, yang memperlihatkan sang nenek berbaring tertidur.
"Engga ma, takut ganggu. Lagi pula nenek sedang istirahat. Jean hanya bisa berdoa untuk kesembuhan nenek". Ucap Jean.
"Maaf selama ini Jean belum sempat berkunjung, semenjak menikah". Lanjut Jean kembali.
"Kamu anak baik Jean, mama udah tau masalah rumah tanggamu, maafin anak mama ya". Ucap mama.
"Jean, mama mau tanya sama kamu. Memang benar ya, kamu sedang mengandung anak laki-laki lain?". Tanya mama yang sontak membuat Jean terkejut.
"Engga ma, itu semua nggak bener". Jujur Jean.
Kemudian Jean pun menceritakan semua pada ibu mertuanya. Memang Jean harus memberitahunya agar tidak terjadi salah paham.
"Jadi begitu, mama percaya kok sama kamu". Ucap mama mengusap pipi Jean.
"Saran mama, tolong jangan berpisah dari Jay. Mama nggak mau kalo Jay akan menikahi Yaena".
"Jean nggak tau lagi harus gimana ma. Tapi Jean percaya kebenaran akan terungkap".
"Sebisa mungkin kamu pertahankan ya nak, mama berharap sama kamu".
Sebenarnya ini sulit bagi Jean, disisi lain dia masih sakit hati dengan Jay.
"Oh iya ma, aku pergi dulu ya. Mau menemui dokter kandungan". Pamit Jean.
"Kamu mau chack up? Mama ikut ya, mau liat perkembangan cucu mama".
Jean pun menyetujuinya, dan kemudian dia memeriksakan kandungannya bersama ibu mertuanya.
____________________________
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Direction of Destiny || Jay
FanfictionBerawal dari seorang guru dan murid, hingga akhirnya Jay dan Jean terjebak dalam sebuah pernikahan. Langsung Baca Aja Kalo penasaran ⚠MURNI DARI IMAJINASI SAYA⚠ Jika ada persamaan cerita, kata, nama tokoh, nama tempat, dan lain-lain, mungkin itu ad...