[32] new residence

233 16 0
                                    

"Makasih Rik, lo udah berkorban banyak buat gue". Ucap Jean ketika sampai di apartemen milik Riki.

"Santai aja, kaya sama siapa". Kemudian Riki pun mengangkat koper Jean dan membawanya di sebuah kamar kosong.

"Mulai sekarang kamu tidur disini ya, kalo ada apa-apa, atau perlu sesuatu tinggal bilang aja. Kamar aku ada disebelah sana, terus dapur ada di sebelah sana ya". Jelas Riki.

"Iya, gue tau kok, ini bukan pertama kalinya gue dateng ke sini". Ucap Jean disertai kekehan.

"Iya juga ya, Yaudah aku mau mandi dulu, udah lengket badan aku". Ucap Riki kemudian pergi ke kemarnya.

Jean pun masuk kedalam kamar itu, Dan membereskan barang-barangnya.

Selesai dengan acara mandinya, Riki pergi keruang tengah, namun ia melihat Jean yang ada di dapur.

"Je, kamu ngapain?". Ucap Riki datang menghampiri Jean.

"Gue mau masak, buat makan malem". Jawab Jean.

"Gak usah, aku pesenin aja ya, kamu mau makan apa?". Riki mengeluarkan hp yang ada di sakunya.

"Gak usah Rik, mending masak, lebih hemat".

"Tapi aku gak ada bahan banyak buat kamu masak".

"Ada kok ini, apa adanya aja".

Kemudian Riki pun hanya pasrah dan mengiyakan.

"Aku bantu ya?".

"Nggak usah, lo duduk aja disitu".

"Tapi kamu kan tamu".

"Lebih tepatnya gue numpang disini, gue gak mau ngerepotin lo".

"Nggak ngerepotin kok Je".

"Udah ya, lo nurut aja".

Riki pun hanya pasrah, dan dia akhirnya duduk di kursi meja makan, dan menatap punggung Jean yang mulai memasak.

Setelah beberapa menit kemudian, masakan Jean pun selesai, tidak mewah hanya nasi goreng. Setidaknya bisa mengganjal perut untuk malam ini.

Jean pun menyiapkannya di meja makan. Kemudian ia pun ikut duduk dihadapan Riki.

Riki pun mulai menyantap nasi goreng yang ada dihadapannya.

"Enak, aku udah lama nggak makan masakan kamu, jadi kangen". Puji Riki, namun hanya dibalas senyuman dari Jean.

"Riki, Setelah ini rencana lo mau ngapain?". Riki menoleh.

"Setelah ini? Tidur lah, udah malem. Kamu juga jangan begadang, nggak baik buat kesehatan kamu dan dedek bayinya". Ucap Riki kemudian melanjutkan makannya.

"Ih bukan. maksud gue, lo kan udah dikeluarin dari sekolah, terus lo mau nyari sekolah yang baru?". Pertanyaan Jean berhasil membuat Riki menghentikan makannya.

"Engga". Jawab Riki singkat.

"Kenapa? Lo masih punya kesempatan".

"Aku mau kerja, kamu tenang aja".

"Terus tanggapan orang tua lo gimana?".

"Mereka udah ngebebasin aku, bukan berarti aku udah gak dianggap anak lagi, tapi dalam artian, ini tanggungjawab aku, mereka gak akan ikut campur, dan mereka udah ngerti kok".

"Maafin gue ya Rik". Ucap Jean pelan.

"Gak usah minta maaf, ini bukan salah kamu. Lagian ini juga udah jadi keputusan aku kok".

"Gue juga besok mau cari kerja". Ucap Jean tiba-tiba.

"Jangan Je, aku aja yang kerja, kamu di rumah aja. Jaga terus dede bayinya". Ucap Riki.

"Engga Rik, harusnya lo nyari sekolah yang baru, dan ngelanjutin pendidikan lo".

"Gak mau, kamu tenang aja, keperluan kamu aku yang urus".

"Rik, lo udah terlalu baik buat gue, plis ya kali ini aja. Gue pengin kerja juga, biar gak ngerepotin lo, setidaknya gue sadar diri".

"Pokoknya nggak boleh, kamu jaga rumah aja".

"Hmm..., emang rencana lo mau kerja dimana?".

"Aku udah nemu kerjaan kok, tadi nelpon temen, ada loker di bengkel pamannya, kerjanya juga cuma 8 jam, jadi nggak berat buat aku".

"Oh gitu, syukur deh, terus mulai kerjanya kapan?".

"Lusa udah boleh masuk".

Jean mengangguk mengerti.

"Jean..". Panggil Riki menggantungkan kalimatnya, yang membuat Jean menatap Riki serius.

"Maaf, bukan bermaksud mengungkit. Atau buat kamu sedih. Sebenarnya kamu hamil anak siapa?". Pertanyaan Riki membuat Jean menundukkan pandangannya.

"Oh kalo gak mau jawab juga ngga papa kok, aku takut kamu trauma". Ucap Riki was-was.

Jean pun menggeleng, yang membuat Riki menaikan sebelah alisnya heran.

"Maaf Rik, gue udah jahat sama lo. Sebenernya gue udah nikah". Pernyataan Jean yang membuat Riki terkejut bukan main.

"Haha.. Jangan bercanda Je". Ucap Riki tidak percaya.

"Gue serius. gue udah nikah sama pak Jay, waktu itu perusahan kakak gue lagi kacau. Dan pak Jay mau membantu, tapi dengan syarat gue harus nikah sama dia ". Jujur Jean.

"Berarti kamu nikah sama dia bukan atas dasar cinta?". Tanya Riki yang kemudian di jawab gelengan oleh Jean. Dan Riki lega mendengarnya, harusnya cinta Jean hanya untuknya, bukan buat siapapun.

"Tapi anak itu?".

Flashback on

"Mau coba yang ada di film gak?". Tanya Riki.

"Hah?". Sedangkan Jean otak dia masih ngelag dengan apa yang diucapkan oleh Riki.

Tanpa menunggu persetujuan, Riki memegang pipi Jean, dan ia pun memejamkan matanya kemudian mendekatkan wajah.

Hingga bibir mereka pun bertemu, Sontak Jean kaget.

"Eunggg.." Saat Jean ingin melawan, sontak Riki malah melumat bibirnya dan memperdalam ciumannya.

Jean mendorong tubuh Riki agar menjauh dari tubuhnya, hingga Riki terdorong kebelakang dan terduduk.

kemudian ciuman mereka berdua pun terlepas. Dan pun bangun dan duduk disamping Riki.

Riki menatap Jean khawatir, dia mulai berpikir, apakah dia sudah keterlaluan kepada Jean?

"Je maaf, aku kelepasan". Ucap Riki khawatir dan memegang kedua tangan Jean. Dan Jean malah menggelengkan kepala.

"Udah malem, aku mau pulang dulu". Jean beranjak dari duduknya.

"Je aku anterin ya?". Tawar Riki.

Namun Jean sudah pergi dengan menutup pintu apartemennya.

Di koridor apartemen Jean berdiri di depan lift, dan saat lift itu terbuka, menampilkan Jay yang sedang mabuk keluar dari lift.

Jean terkejut ketika Jay tiba-tiba menciumnya dengan kasar. Jean memberontak namun tenaga Jay lebih kuat.

"Bantuin saya, badan saya terasa panas". Bisik Jay ditelinga Jean.

Dan kemudian Jay menyeret Jean menuju apartemen lama ya, yang jaraknya tak jauh dari situ".

Flashback off

"Maaf Je, aku gak bisa jagain kamu, andai waktu itu aku langsung anterin kamu". Ucap Riki.

"Rik, bukan salah lo. Gue malah berterima kasih banyak, di keadaan gue yang kaya gini, lo masih mau nerima gue".

_______________________

TBC....

Direction of Destiny || JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang