Cahaya matahari mulai menembus gorden yang tipis. Jean tersadar dari tidurnya, ia merasakan ada tangan yang melingkar di pinggangnya. Saat membuka matanya terlihat sosok Jay yang ada dihadapanya.
Ini adalah kali kedua setelah malam itu, dia melihat Jay tertidur disampingnya. Jean pun perlahan menyingkirkan tangan Jay dari pinggangnya. Namun saat hendak beranjak dari tempat tidurnya tiba-tiba bayi yang ada didalam perut Jean menendang.
"Ya ampun, kenapa nak? mama mau ke kamar mandi loh". Ucap Jean berbisik sambil mengelus perutnya. Kemudian bayi yang ada didalam perutnya pun menendang kembali.
Merasa tidak seperti biasanya, Jean pun memutuskan untuk duduk di kasur dengan bersandar di kepala ranjang.
"Kalian mau terus disamping dia ya?". Ucap Jean mengelus perutnya, namun matanya memandang Jay yang masih tertidur pulas.
"Kalian jangan mau jadi kaya dia ya, dia itu gak jelas. udah ngusir-ngusir, sekarang malah minta balik lagi. Tinggal bilang cinta aja, pake sok-sokan perbaiki hubungan huh". Ucap Jean pada perutnya.
"Gimana kalau pas kalian lahir kita cari papa baru aja ya. Awww.. shhh..". Tiba-tiba tendangan bayi dalam perutnya menjadi semakin keras.
"Eh kamu gak apa-apa kan?". Ucap Jay yang terbangun mendengar ringisan Jean.
Sebenarnya Jay sudah sadar dari tidurnya ketika Jean menyingkirkan tangannya, namun ia memilih masih memilih untuk terus memejamkan matanya.
"Nak, kamu jangan nakal ya, kasihan mama". Ucap Jay mengelus perut Jean.
"Makanya jangan ngomong yang engga-engga si, kan marah anaknya". Ucap Jay memandang Jean.
"Kan emang bener, dulu bapak pernah bilang kalau mau ceraiin saya ketika anak ini lahir. ya udah saya mau nyari suami baru untuk anak saya".
"Saya nggak akan biarin kamu pergi. Itu kan dulu, sekarang kita ubah semuanya. Kita mulai semuanya dari awal, membangun keluarga kecil kita".
Jean terdiam sejenak, mungkin untuk kali ini dia akan benar-benar memberikan kesempatan pada Jay.
"Kesempatan terakhir". Singkat Jean.
"Makasih Je". Kemudian Jay pun memeluk Jean dari samping.
"Iya Jay".
"Bilang apa kamu?". Jay menatap Jean heran.
"Iya Jay". Jean pun mengulangi ucapannya.
"Nggak sopan ya ngomong sama yang lebih tua".
"Kenapa? kan kamu udah bukan jadi guru saya. dari pada ngomong lo-gue kan?".
"Bener juga. Tapi jangan panggil saya Jay, serasa kaya temen sendiri. Mending papa aja, kan bentar lagi saya jadi ayah". usul Jay.
"Papa Jay? gak mau, itu kan panggilan anak saya".
"Anak saya? Anak kita". Protes Jay.
"Terserah".
"Sayang". Ucap Jay lagi.
"Ih kok jadi geli".
"Halah, pas kamu pacaran manggil sayang-sayangan gak geli".
"Itu beda, ini kan sama om-om".
"Sembarangan saya masih muda. kalau gitu ya udah panggil daddy aja".
"Jay aja, saya mau nya itu, biar akrab".
"Terserah kamu deh, tapi nanti anak kita panggilnya daddy aja". Usul Jay
"Papa aja". Protes Jean
"Daddy". Ucap Jay
"Papa". Ucap Jean
"Daddy". Ucap Jay
"Papa". Ucap Jean
"Papa". Ucap Jay
"Daddy! eh..?". Ucap Jean lantang namun ia sadar salah pengucapan.
"Yes baby". Jawab Jay deep voice.
"Ih apaan sih, Jay". Kemudian Jean beranjak dari tempat tidurnya.
"Mau kemana, gak mau cuddle dipagi hari?". Ucap Jay namun diabaikan oleh Jean yang sudah keluar kamar.
________________________
Jay keluar kamarnya setelah mengumpulkan niatnya untuk bangun dari tempat tidur, dan mencari keberadaan Jean.
Kemudian Jay melihat Jean yang sedang memasak untuk sarapan. Jay pun memeluk Jean dari belakang.
Yang kemudian tangan Jay mengelus perut Jean yang sudah membesar.
"Masak apa hari ini?". Tanya Jay tepat ditelinga Jean.
"Kaya kata-kata di bumbu masak Roy*o, 'masak apa hari ini?'". Komentar Jean.
"Ah masa? Mereka gak kreatif ya, niru kalimat saya". Balas Jay.
"Bapak yang gak kreatif". Ucap Jean.
"Udah dibilangin jangan panggil bapak".
"Oh iya Jay, lupa".
"Kok Jay? Daddy dong, iya kan sayang? Kamu nanti panggil saya jangan papa, tapi daddy". Ucap Jay mengelus perut Jean.
"Maaf om siapa ya?". Bales Jean dengan suara seperti bayi, seolah-olah anaknya yang menjawab.
"Ini tangannya lepas dong, saya gak bisa gerak bebas". Protes Jean.
"Siapa suruh, kenapa kamu masak".
"Ya kalo gak masak nanti mau makan apa? Batu?".
"Biar saya aja yang masak".
"Ngga usah, ini kan tugas istri".
"Tapi kan kamu lagi hamil, kalo kamu kenapa-napa gimana? Udah kamu istirahat aja".
"Gak mau".
"Kamu ini keras kepala ya". Jay menggendong Jean ala bridal style dan meletakan nya di kursi meja makan.
Jean yang masih memegang spatula pun hanya pasrah. Kemudian Jay yang melanjutkan masakannya.
"Oh iya Je, nanti ke mall yuk". Jean mengkerutkan keningnya.
"Mau ngapain?".
"Kita beli perlengkapan bayi, baju-baju, dan sebagainnya".
"Ya elah, usia kandungan saya masih 7 bulan, masih lama tau".
"Ya ngga apa-apa dong, buat persiapan".
"Terserah deh".
___________________________
TBC....
KAMU SEDANG MEMBACA
Direction of Destiny || Jay
FanfictionBerawal dari seorang guru dan murid, hingga akhirnya Jay dan Jean terjebak dalam sebuah pernikahan. Langsung Baca Aja Kalo penasaran ⚠MURNI DARI IMAJINASI SAYA⚠ Jika ada persamaan cerita, kata, nama tokoh, nama tempat, dan lain-lain, mungkin itu ad...