[17] after that

292 14 0
                                    

Kicauan burung di pagi hari terdengar dari luar jendela.

Jay terbangun dari tidurnya, dia terduduk dan memegangi kepalanya, karena dia merasakan kepalanya sangat pusing.

Apa yang terjadi?

Kemudian Jay menyadarkan dirinya sepenuhnya. Betapa terkejutnya, ketika dia melihat kondisi kamar yang telah kacau.

Bahkan pakaiannya sudah tercecer dilantai, kondisi sprai yang berantakan.

Sebenarnya apa yang sudah ia lakukan tadi malam.

Dia menatap sekeliling, ternyata dia sedang berada di apartemen lamanya.

Dulu Jay pernah diusir dari rumahnya karena orang tuanya tidak merestui hubungannya dengan Yaena.

Dan dia membeli Apartement ini untuk ia tinggali sementara, sampai kondisi rumah membaik.

Dan apartemen itu masih ada sampai sekarang, untuk berjaga-jaga. Jika dia diusir kembali. Atau dia akan menempati apartemen itu jika menikah dengan Yaena.

Tidak ada yang tau mengenai apartemen itu, kecuali Yaena.

Jay membelakkan matanya terkejut apakah dia telah melakukannya dengan Yaena?

Yang dia ingat kemarin malam dia bertemu Yaena di pesta, kemudian dia membawa Yaena pergi ke Apartemennya.

Setelah itu ia lupa karena pengaruh alkohol, hingga ia kehilangan akal sehatnya. Dia tidak tau apa yang terjadi setelah itu.

Tapi mengapa malam itu dia membayangkan Jean.

Apa sepertinya dia sudah mulai menyukai Jean?

Tapi tidak mungkin jika dia melakukanya bersama Jean, karena terakhir kali dia sedang bersama dengan Yaena.

Tanpa berpikir lagi, Jay kemudian beranjak dari tempat tidur, mengambil pakaiannya yang ada dilantai, kemudian membersihkan dirinya sebelum pulang ke apartemen yang ia tinggali sekarang.

Jay melajukan mobilnya pulang. Sambil memikirkan alasan jika ada pertanyaan kenapa tadi malam dia tidak pulang.

Jay membuka pintu apartemennya pelan, namun dia tidak menjumpai Jean.

Mengingat hari ini adalah hari senin, harusnya gadis itu sedang siap-siap untuk berangkat ke sekolah.

Jay memandang meja makan, bahkan tidak ada makanan sama sekali. Atau bekas orang habis masak atau apapun.

Apakah Jean masih tidur, dia akan terlambat pergi ke sekolah.

Jay melangkahkan kakinya menuju kamar Jean. Dan membuka pintu kamar tersebut.

Dia mendapati Jean yang sedang tidur, membelakangi pintu. Dia meringkuk dibalik selimut yang hanya menampilkan pucuk kepalanya.

"Jean! Bukanya kamu sekolah hari ini?, cepat bangun. Nanti kamu terlambat". Ucap Jay berjalan mendekati Jean.

"Saya tidak sekolah hari ini, dan anda tolong keluar". Jawab Jean tanpa menoleh.

Jay terkejut mendengar jawaban Jean.

"Kamu kenapa? Sakit?". Jean tidak menjawab, dia masih memejamkan matanya.

Kemudian Jay menempelkan punggung tangannya ke dahi Jean. Dan benar saja, tubuh Jean panas.

Namun dengan cepat Jean menepis tangan Jay.

"Tubuh kamu panas, saya panggilkan dokter ya".

"Tidak perlu, nanti juga sembuh".

"Tapi kamu sakit".

"SAYA BILANG TIDAK PERLU, ANDA CUKUP KELUAR SAJA DARI SINI". Ucap Jean kemudian menutupi seluruh badannya dengan selimut.

Jay tidak mau melawan, dia keluar dari kamar Jean.

Tiba-tiba telfon Jay berdering.

"Woii, dateng kekantor sekarang, ada meeting penting". Ucap seseorang dari sebrang telfon.

"Gue mau ke sekolah ada jadwal gue buat ngajar". Ucap Jay.

"Ya elah, masih keburu soalnya ini meetingnya pagi. Lagian hari senin pasti upacara dulu".

"Iya juga sih".

"lo kekantor dulu, ada klayen penting, ini peluang buat perusahaan kita".

"Oke gue kesana sekarang. oh iya, adik lo sakit noh".

"What? Lo apain dia hah?".

"Gue gak ngapa-ngapain, perarasaan kemarin juga masih sehat".

"Nanti abis meeting gue bakal ke Apartemen lo buat ngecek dia, udah lo panggilin dokter?".

"Dia gak mau, malah ngusir gue".

"Ya udah lo cepetan dateng kesini".

Kemudian Heeseung memutuskan telfonnya dengan Jay.

Jay pun segera siap-siap untuk pergi ke kantornya.

__________________


Kini Jay telah menyelesaikan meetingnya.

"Tinggal sedikit lagi kita mengalahkan perusahaan itu". Ucap Jay pada Heeseung, namun Heeseung hanya terdiam.

"Seung, lo kenapa dah?". Tanya Jay heran.

Heeseung cepat-cepat membereskan berkas-berkasnya.

"Kata lo adek gue sakit, sekarang gue mau ke apartemen lo".

Jay mengerutkan keningnya, dan kemudian ia mengiyakan Heeseung.

Heeseung pun keluar dari ruangan meeting. disusul Jay yang keluar untuk menuju ruangannya untuk meletakan berkas-berkasnya sebelum ia pergi ke sekolah untuk melakukan rutinitasnya sebagai guru.

Saat dia membalikan badannya dan ingin keluar dari ruangan kerjanya.

Dia dikagetkan dengan Yaena yang telah berada di belakangnya.

"Jay". Satu kata yang keluar dari mulut Yaena.

Jay kemudian memeluk badan Yaena, dan mencium puncuk rambutnya.

"Maaf". Kata itu yang bisa Jay ungkapkan pada Yaena.

Yaena membalas pelukan Jay, kini dia mulai menangis di dada bidang milik Jay.

Jay semakin mengeratkan pelukannya untuk menenangkan gadis itu.

"Kalo ada apa-apa, aku siap tanggung jawab". Ucap Jay.

"Ta-tapi aku takut Jay". Ucap Keily disela-sela tangisannya.

"Ada aku disini, aku gak akan ninggalin kamu".

Jay melepaskan pelukannya, mengusap air mata Yaena.

"Kamu tenang aja ya". Ucap Jay tersenyum, lalu dia mengacak rambut Yaena.

"Ish, kebiasaan kamu dari dulu, suka acak-acak rambut". Ucap Yaena kesal, dan dia merapikan rambutnya kembali.

"Nah gitu dong, jangan sedih lagi. Sekarang aku anterin kamu pulang ya".

"Kamu mau kemana?".

"Aku mau ke sekolah, kan aku jadi guru sementara". Yaena hanya mengangguk.

Kemudian Jay pun menggandeng Yaena keluar kantornya.

_______________________________

TBC...

Direction of Destiny || JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang