[24] Apartment

238 13 0
                                    

⚠ WARNING!




Jean memasuki apartemennya, dengan lesu.

"Darimana kamu?". Tanya Jay yang sedang duduk di sofa depan TV.

Jean menatap sekeliling, dan tidak ada Yaena di sana, mungkin dia sudah pulang.

"Saya tanya loh". Ucap Jay berdiri.

"Bukan urusan bapak". Jawab Jean, karena jujur dia sudah bingung harus menjawab apa.

"Saya ini suami kamu".

"Suami? Suami mana yang menghamili wanita lain, dan dia malah nge belain wanita itu ketimbang istrinya sendiri".

Jay hanya diam, dia mengakui bahwa yang diucapkan Jean itu benar.

"Ya udah sih, bapak kan pernah bilang kalo urus kehidupan masing-masing. Jadi gak usah ikut cam-emmpp".

Belum selesai Jean menyelesaikan kalimatnya Jay sudah mencium bibir Jean.

Ciuman yang awalnya biasa berubah menjadi lumatan. Jean terus memukul dada Jay untuk melepaskannya, namun Jay malah menarik tengkuk Jean agar memperdalam ciumannya.

Kemudian Jay melangkah maju yang membuat Jean memundurkan tubuhnya, hingga mentok pada sebuah sofa.

Jay terus memajukan tubuhnya tanpa melepas ciumannya, hingga akhirnya mereka terjatuh disofa dengan posisi Jay yang ada diatas.

Jay menggigit bibir bawah Jean hingga gadis itu membuka mulutnya.

Dan lidah Jay masuk kedalam mulut Jean, mengabsen setiap gigi yang ada didalam.

Jean memberontak mendorong dada Jay, namun nihil tenaga Jay lebih kuat.

Karena sudah kehabisan pasokan nafas, akhirnya Jean menggigit lidah Jay yang ada didalam mulutnya.

Dan akhirnya Jay melepaskan ciumannya.

"Kamu udah mulai berani ya?". Geram Jay.

Kemudian satu tangan Jay memegang kedua tangan Jean, dan dia mulai mencium dan menggigit seksual leher Jean, hingga memberinya tanda.

Dan tangisan Jean semakin pecah ketika tangan Jay yang satunya ia gunakan untuk meremas dada Jean.

"Pak hentikan!". Cegah Jean, dia tidak bisa menahan tangisnya.

Jay menghentikan aksinya ketika mendengar Jean menangis.

"Selama saya masih menjadi suamimu, kamu masih tanggung jawab saya". Ucap Jay dan kemudian turun dari sofa.

"Anggap saja itu hukuman buat kamu. Tenang aja saya gak akan menyentuh kamu lebih dari itu. Karena kamu masih sekolah, setidaknya kamu harus merasakan lulus". Ucap Jay mengelap air mata Jean.

"Sekarang kamu masuk kamar, besok masih sekolah, jangan lupa belajar. Setelah itu istirahat". Ucap Jay meninggalkan Jean yang masih terdiam duduk di sofa.

Jean menangis kembali, menginggat apa yang Jay katakan barusan.

Bagaimana cara ia mengatakan yang sebenarnya bahwa sekarang Jean tengah mengandung.

Kemudian Jean mengelap kasar air matanya, dan memutuskan untuk pergi kekamarnya.

Secepatnya dia akan memikirkan caranya sebelum perutnya membesar.

_______________

Pagi ini Jay sudah siap berangkat ke Sekolah lengkap dengan pakaian rapi.

Sebelum itu biasanya Jay pergi ke meja makan untuk sarapan.

Namun ia heran ketika melihat meja makan yang masih tersusun rapi, biasanya Jean berangkat dulu dia akan menyiapkan roti untuknya.

Tapi ini, benar-benar bersih tak tersentuh. Apa Jean masih di kamarnya dan belum berangkat ke sekolah?

Kemudian Jay pun pergi ke kamar Jean untuk mengeceknya.

Sesampainya didepan pintu kamar, Jay langsung membuka pintunya perlahan.

"Jean?". Panggil Jay, namun ia tidak melihat Jean.

"Jean?". Panggil Jay sekali lagi, kali ini Jay masuk kedalam kamar itu.

'Hooeekkk.. Hoeeek'.

Terdengar suara orang muntah didalam kamar mandi. Jay pun khawatir dan mengetuk pintu itu.

"Jean, kamu nggak apapa kan?". Tanya Jay dari balik pintu.

Tak lama setelah itu, pintu pun terbuka. Menampilkan Jean yang sudah berseragam lengkap. Namun mukanya terlihat pucat.

"Kamu kenapa? Kamu sakit?". Ucap Jay menempelkan punggung tangannya ke dahi milik Jean.

Namun gadis itu hanya menggelengkan kepalanya. Walaupun kepalanya terasa sangat pusing.

"Badan kamu gak terlalu panas, tapi muka kamu pucat gitu, kalo sakit gak perlu dipaksain sekolah. Istirahat aja". Nasehat Jay. Namun lagi-lagi Jean hanya memberi gelengan.

Jean menutup mulutnya, sepertinya ia ingin muntah lagi, kemudian ia buru-buru masuk kedalam kamar mandi dan menghadap wastafel.

'Hoeek..'

Jay ikut masuk kedalam, dan memijit tengkuk Jean agar dia bisa memuntahkan isi perutnya.

Namun yang keluar hanyalah cairan putih.

"Ini pasti gara-gara kemarin keluar malem-malem, masuk angin kan". Tebak Jay.

Namun Jean hanya diam, dan mencuci mukanya.

"Saya anter kamu ke dokter ya". Ucap Jay.

"Gak usah pak, saya berangkat ke sekolah aja, entar juga sembuh pas siang".

"Kalo kamu gak mau ke rumah sakit ya udah, saya panggilkan dokter kesini". Jay mengeluarkan ponselnya. Namun dicegah oleh Jean.

"Saya bilang gak usah pak".

"Ya udah, kamu istirahat aja di rumah, nanti saya ijinin kamu. Saya gak mau nanti kamu pingsan lagi kaya waktu itu".

"Tapi..".

"Gak ada tapi-tapian, nurut aja sama suami".

Kemudian Jay keluar dari kamar Jean. Sedangkan Jean diam melihat Jay yang berjalan keluar.

___________________________

TBC...

Direction of Destiny || JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang