Dugun dugun dugun🥰
Sini yang nungguin yok merapat❤️🔥
›››
Penyesalan memang selalu datang terlambat. Itu yang dirasakan oleh Abraham sekarang. Ada banyak penyesalan yang membuatnya ingin memutar kembali waktu.
Abraham menyesal karena tidak berhasil menahan Isabella bersamanya ketika Adam bersikeras membawanya pulang.
Abraham menyesal karena telah berbohong dan menyembunyikan Cassandra... Andai saja ia mengambil pilihan lain dan bukan malah memperkeruh keadaan, maka kejadiannya tidak akan seburuk ini. Ibarat nasi yang sudah menjadi bubur, Abraham tidak bisa mengembalikan waktu yang sudah terjadi. Jika sudah begini, menyesal pun tidak ada gunanya.
Masih teringat jelas, betapa pengecutnya Abraham karena membiarkan Isabella pergi. Ancaman Adam serta kekecewaan teman-temannya masih terngiang jelas diingatannya.
Flashback
"Ayo pulang bersama Daddy, Bella," kata Adam membuat Isabella terkejut. Ia menjauhkan diri, memandangi wajah serius Adam.
"Ayo kita pulang. Pulang ke rumah bersama Daddy."
"Ta-tapi Dad...."
"Tidak. Jangan bawa, Bella. Biarkan dia bersamaku!" Abraham menahan tangan Isabella yang membuat Adam murka begitu melihat wajahnya.
"Jauhkan tanganmu dari putriku, bajingan!" marah Adam, ia menghempas tangan Abraham dan menarik putrinya ke belakang tubuhnya.
"Kau telah melanggar janjimu kepadaku, Kapten!" bentak Adam. "Dan kau telah melukai putriku. Kau pikir sebagai ayah, aku akan diam saja melihat putriku disakiti"
"Kau salah paham Jend---"
"Bagian mana dari kalimatku yang salah, Kapten..., Jelaskan! Telak-telaknya kau berbohong dan mengkhianati putriku demi wanita itu. Orang-orang ku telah mengikutimu bahkan putriku sendiri juga melihatnya. Bagaimana bisa kau mengelak, hah!"
Kedua tangan Abraham terkepal karena tidak bisa membantah semua tuduhan yang Adam layangkan padanya itu memang benar. Tapi itu hanya sebatas rasa kemanusiaan.
"Apa ini tentang rasa kemanusiaan?" tanya Adam. "Kalau niatmu membantunya hanya karena rasa kemanusiaan, masih banyak cara lain yang bisa kau lakukan. Kau ingin menjadi pahlawan untuknya, tapi kekasihmu sendiri kau korbankan. Apa itu yang disebut kemanusiaan?"
"Dulu... Aku memang bersalah pada ayahmu-Letjen Colton karena terlambat mengirimkan bala bantuan. Aku juga mengaku bersalah pada putriku, karena sudah mengabaikannya selama ini. Tetapi aku tidak sepengecut dirimu, Kapten. Aku tidak sepengecut itu-diam-diam masih berhubungan dengan wanita yang sudah menyebabkan kekacauan ini," papar Adam.
Abraham kalah telak. Semua yang Adam katakan berhasil membuatnya malu. Bukan hanya kepada Isabella, tetapi juga kepada teman-temannya. Danil, Clifford, serta Zac yang melihatnya---membuat Abraham kehilangan muka.
"Kau tidak pernah mengintropeksi dirimu sendiri, Kapten. Baik dulu maupun sekarang tidak ada bedanya," cetus Adam yang mengungkit masa lalu. Masa dimana mereka banyak memiliki kegagalan. "Seharusnya kau tahu, kala itu sebagai pemimpin apapun keputusan yang kau ambil itu berdampak bagi orang-orang di sekitarmu. Kau pikir kenapa aku tidak menahanmu saat itu untuk tetap bertahan di pangkalan militer?" Adam memberi jeda sebentar untuk mengambil napas dalam-dalam.
"Itu karena kau tidak pernah bisa menerima keadaan. Kau tidak bisa menerima kematian Letjen Colton di Medan perang. Dan kau menghancurkan tim mu dimana seharusnya tiba waktu Alpha untuk bergerak menuju medan tempur, tapi kau malah memilih pergi dan meninggalkan mereka. Kau tahu betapa kecewanya aku saat itu," emosi Adam meluap-luap. Isabella mengusap bahu ayahnya untuk menenangkan Adam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Runaway Princess [ PROSES PENERBITAN ]
RomancePROSES PENERBITAN! [Dihimbau para pembaca baru untuk membaca sebelum adanya penarikan bab-bab untuk kepentingan penerbitan] #2 in Princess (29/3/24) °Love is full of struggle and sacrifice° Isabella Brooklyn, kehidupannya begitu sempurna bak putri k...