Runaway Princess | Part 48 - Obituary

610 83 19
                                    

Say hallo semua❤️

Semoga sehat selalu dan selamat beraktivitas 🤗

Selamat membaca ya 🤗

Pagi itu Abraham baru membuka pintunya lebar. Tadinya dia hendak pergi mengecek kebun---memeriksa tanaman sayur dan buah-buahan---sebelum kedatangan Sylvia mengejutkan dirinya.

"Pagi...!" sapa Sylvia begitu pintu terbuka lebar.

"Astaga... Sylvia!" Abraham terperanjat kaget sambil mengusap dadanya di sandaran pintu.

Sylvia menyengir tanpa rasa bersalah seraya memperlihatkan deretan giginya.

"Kau tidak ada kerjaan lain. Pagi-pagi buta sudah sibuk ke rumah orang," sindir Abraham. Yang tentunya dibalas decakan tajam si empu.

"Bram siapa yang datang?" Suara penasaran muncul dari dalam dibarengi langkah kaki yang kemudian disusul tangan yang mendarat di bahu Abraham, menariknya mundur sedikit untuk diberi celah melihat siapa yang datang.

"Sylvia," kejut Isabella melihat keberadaan Sylvia yang pagi-pagi buta di rumah nenek Alisha.

"Pagi Bella," sapa Sylvia tersenyum cerah. Mengabaikan tatapan datar Abraham.

"Pagi Sylvia...," balas Isabella yang masih dikuasai rasa terkejutnya. Begitu fokusnya kembali, Isabella segera mempersilahkan masuk. Mana mungkin dia membeiarkan Sylvia terus berada di luar. Bisa-bisa nenek Alisha akan menceramahinya.

"Bella, bagaimana keadaanmu? Kau sudah mendingan? Aku dengar kemarin kau terluka?" tanya Sylvia. Isabella tahu pertanyaan itu hanyalah sebuah alasan untuk Sylvia berbasa-basi. Karena kenyataannya mata Sylvia justru berpendar kemana-mana dan tidak benar-benar mengkhawatirkannya.

Dalam hati Isabella berdecak, mencari Frank rupanya. Gelagat gadis itu benar-benar kentara.

"Seperti yang kau lihat... Aku sehat luar dan dalam," jawab Isabella lugas.

Sylvia hanya menganggukkan kepalanya saja. Tidak benar-benar menanggapi jawaban Isabella. Matanya semakin berkelana, seperti menantikan seseorang.

"Apa yang kau bawa itu?" tanya Isabella melirik keranjang coklat di tangan Sylvia.

"Ah, ini, aku membawakan kue kering buatanku khusus untukmu, Bella," kata Sylvia tersenyum manis.

"Yakin untukku?... Bukan untuk Frank?" balas Isabella to the poin.

Senyum Sylvia berubah kemayu. "Itu juga termasuk. Tapi tenang saja, aku sudah membuatkan khusus untuk kalian." Sylvia mengeluarkan dua toples yang isinya sama dan hanya berbeda pada warnanya. Punya Isabella berwarna coklat cerah. Sementara untuk Frank berwarna coklat gelap.

Isabella lantas menerima bagiannya sambil mengucapkan terimakasih. Meski sejujurnya Sylvia lebih terlihat seperti sedang menyuapnya dengan kue kering hanya karena ingin semakin dekat dengan Frank.

"Kau bisa menunggunya disini. Frank sedang mandi," kata Isabella.

Respon itu membuat semangat Sylvia makin menggebu-gebu. Saking senangnya, Sylvia bahkan sampai memeluk Isabella. "Terimakasih adik ipar. Kau memang yang terbaik." Klaim Sylvia menunjukkan posisi dirinya seakan-akan angan tersebut bisa ia raih.

Melihat tingkah Sylvia yang semakin menjadi-jadi itu, Abraham jadi geram untuk menyadarkan gadis itu. Oleh karena itu, dia menjadikan deep talk sebagai sarana untuk membuat Sylvia sadar setelah Isabella memisahkan diri dari mereka untuk pergi ke dapur.

"Berhenti lakukan itu," kata Abraham dengan suara rendah memecah keheningan.

Sylvia yang duduk di sofa menatap Abraham heran yang duduk bersebrangan dengan dirinya.

Runaway Princess [ PROSES PENERBITAN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang