Selamat membaca🤍»»»
Suasana tempat berduka---kematian Cassandra tidak terlalu ramai. Hanya ada beberapa orang yang datang silih berganti memakai baju hitam untuk sekedar berbelasungkawa. Mereka semua bersalaman dengan Adam tak lupa mengeluarkan kalimat positif penyemangat agar tidak terlalu larut dalam kesedihan. Adam meminta agar kematian Cassandra tidak terlalu disoroti publik mengingat statusnya masih Ibu Negara. Oleh karena itu tidak terlalu banyak orang yang menghadiri proses pemakaman Cassandra. Publik pun menghargai privasi Adam sekeluarga.
Diluar itu, Isabella bersama Abraham masih berbincang dengan Zac pasal kematian Cassandra.
"Kami tidak tahu detail kronologis jelasnya. Polisi hanya bisa menyimpulkan Cassandra nekat mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Penyebabnya diketahui karena depresi akut," papar Zac.
Hanya terdengar helaan napas yang menjadi sahutan atas penjelasan Zac.
"Kapan kau dapat kabar, Zac?" Isabella angkat bicara.
"Malam. Polisi yang menelponku karena melihat catatan terakhir panggilan Cassandra. Setelah itu aku menelpon kalian," jawab Zac lagi.
Abraham mengusap pelipisnya. "Aku tidak menyangka dia akan mati dengan cara tragis seperti itu." Isabella merangkul erat lengan Abraham.
Jika berbicara masalah kematian, mereka tahu cepat atau lambat takdir itu akan datang menjemput. Tiap prosesnya pun berbeda-beda tidak menentukan umur. Tua atau muda, tidak ada yang tahu.
"Kita tidak tahu Bram. Itu semua rencana Tuhan."
Dua orang polisi datang menghampiri mereka. "Apa kalian keluarganya?" tanya polisi yang tampak lebih muda dari rekannya.
Isabella segera maju berdiri di hadapan polisi muda tersebut. Tanpa bertanya lagi, Polisi segera menjelaskan.
"Kita menemukan ini di TKP." Polisi memberikan Isabella secarik kertas yang dilipat. Terdapat noda darah di ujung kertas. "Kami menduga dia ingin menyampaikan pesan terakhirnya sebelum memutuskan untuk mengakhiri hidupnya."
Isabella membuka kertas tersebut. Duganya Cassandra masih sempat menulis pesan di kertas ini pada saat-saat terakhirnya. Isabella mengasingkan diri untuk membaca tulisan yang tertera di dalamnya sementara Abraham masih mendengar seksama penjelasan polisi.
'Isabella... Kesalahanku terlalu banyak kepadamu dan kepada kalian semua. Maafkan aku yang sudah merebut milikmu dan menjadi benalu di dalam hidupmu. Aku terlalu malu untuk mengungkapkannya secara langsung.
Aku tahu, kata maaf saja tidak cukup untuk menebus semua kesalahan yang sudah ku lakukan kepada kalian semua.
Aku merasa hidupku sekarang sudah berada diambang kematian.
Mungkin ini adalah karma yang Tuhan berikan atas semua perbuatan yang sudah kulakukan.
Aku menyesal... Di kehidupan selanjutnya, aku berharap kau mau memaafkan ku.
Sekali lagi maafkan aku.
Sandra'
Isabella melipat kembali kertas itu setelah membaca isi tulisan Cassandra. Pikirannya tiba-tiba berkelana membayangkan detik-detik kematian wanita itu yang tragis. Entahlah... Perasaan Isabella mengambang. Antara senang karena wanita itu sudah tidak lagi mengganggunya, sedih karena kematian wanita itu yang tiba-tiba, tapi ada juga perasaan bersalah yang menyelinap di dadanya. Semua itu membuat pikiran Isabella berkecamuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Runaway Princess [ PROSES PENERBITAN ]
RomancePROSES PENERBITAN! [Dihimbau para pembaca baru untuk membaca sebelum adanya penarikan bab-bab untuk kepentingan penerbitan] #2 in Princess (29/3/24) °Love is full of struggle and sacrifice° Isabella Brooklyn, kehidupannya begitu sempurna bak putri k...