3.

38.4K 3.8K 64
                                    





Menumpu tangan, bersilang kaki dan menatap keluar datar, Nevan terlihat angkuh di kursi di sebelah pengemudi. Pikirannya entah melayang kemana.

Sedangkan Henry di sebelahnya benar-benar gugup. Keadaan hening sejak tadi. Nevan yang bungkam dan Henry yang enggan untuk berbicara. Dalam benak Henry terdapat banyak pertanyaan. Tentang apa yang telah terjadi hingga ayahnya berubah.

Meski hal kecil, tetapi menurut Henry, itu adalah perubahan yang luar biasa. Ayahnya adalah seorang pria cuek yang tak peduli akan anak anaknya. Yang di pedulikan Stev hanyalah pekerjaan uang, uang, dan uang.

Meskipun keluarganya tak akan bangkrut meski ayahnya tak bekerja, akan tetapi.. Stev masih tetap menyibukkan diri dengan pekerjaan tanpa memperdulikan buntutnya.

"Istri Stev meninggal kah?" tanya Nevan dalam hati pada diri sendiri. Dia baru ingat jika istri Stev, Berliana meninggal ketika usia Darren 5 bulan karena penyakit langka.

Itu sebabnya, Stev telah menduda belasan tahun. Banyak para wanita bahkan pada gadis yang berlomba-lomba untuk mendapatkan Stev. Tetapi, pria itu malah acuh dan mengabaikan banyaknya wanita cantik dan sexy.

Nevan mengepalkan tanganya kesal, "Bajingan duda ini!" geramnya yang membuat Henry terkaget.

Hey, dirinya tepat di sebelah Nevan. Tentu saja dia mendengar gerakan penuh amarah dari orang di sebelahnya. Henry menelan ludah gugup, ia mencoba fokus untuk menyetir saja.

Nevan tak sadar jika Henry di sebelahnya bergetar takut saking keselnya dia dengan karakter Stev.

"Langsung ke kantor," ujar Nevan tanpa menoleh. Henry menghentikan mobilnya. Dia menatap kedepan dimana gerbang mansion sudah terlihat, dan ayahnya berkata ke kantor? Hey!

Nevan? Dia benar benar abai. Emosinya pada Stev membuat di tak sadar jika Mansion sudah berada di depan. Dia ingin segera pergi ke kantor. Bekerja? Bukan. Dia ingin melihat isi kantor.. Bagaimana dengan pekerjanya dan segala tetek bengeknya.

Semasa kehidupan sebelumnya, meski perusahaan Nevan kecil, tetapi.. Dia benar-benar peduli tentang semua karyawannya. Peduli tentang asal usul, serta latar belakang.

Dia tak ingin ada hama mengganggu kantornya. Maka dari itu, Nevan ingin melihat bagaimana kondisi kantor Stev.

Henry pasrah dan memutar balikkan mobil. Selain karena wajah ayahnya yang tak bersahabat, dia tak ingin ayah nya marah dan berakhir melakukan hal yang seperti 'biasanya'.

Menarik nafas lalu membuang perlahan, dia tersenyum ke arah Henry yang sayangnya itu terlihat menakutkan bagi pemuda itu. "Kuliahmu lancar?" tanya Nevan basa basi. Dia lupa jika sejak tadi dia mendiami putra keduanya ini.

"%#++#?!!" Henry tentu saja terkejut bukan main. Apa ayahnya baru saja bertanya?

"Ah cepat sekali?" seru Nevan ketika mobil yang di tumpanginya sudah terparkir di area kantor perusahaannya. Memang jarak antara mansion dan kantor milik Stev hanya berkisaran 15 menit.

Karena tak ada jawaban dari pertanyaan tadi, Nevan hanya maklum. Melepas sabuk pengaman dan tersenyum tulus pada Henry, dia pun mengusak rambut pemuda itu dan berucap, "Terimakasih." lalu keluar.

Henry memegang kepalanya yang baru saja di acak oleh sang ayah. Pipinya bersemu karena bahagia. Dan apa tadi? Ayahnya berterimakasih padanya.

Tetapi tiba-tiba.. Senyumnya berhenti ketika mengingat senyuman ayahnya yang seperti setan. Henry langsung merinding di buatnya. Lebih bagus ayahnya berwajah datar dari pada tersenyum bukannya tambah tampan malah seperti setan kurang belaian.




Tbc.

Menjadi ayah tiga anak. ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang