Nevan memperhatikan semua orang yang ada di ruang keluarga di Mansion tak kalah megah dari Mansion miliknya. Ia melirik datu persatu tampang mereka. Meski di umur yang tak lagi muda, mereka terlihat tampan dan cantik.
Nevan hanya bisa mengangguk dalam hati melihat kedua paman dan satu bibinya.
"Kamu terlihat bingung Stev," kata pria berwajah datar. Pria dengan tatto yang terlihat di balik lengan panjang yang ia kenakan. Roberto, adik pertama Mary atau mama Stev.
Nevan menggeleng, dia menyandarkan tubuhnya mencoba rileks saat beberapa tatapan datar di layangkan untuk dirinya. "Aku hanya sedikit lelah?" jawabnya tak yakin.
"Anak-anak itu tak berubah. Masih saja bodoh sejak dulu," dengus Chris. Dia melipat tangannya.
"Jadi, sikap mereka tetap sama?" tanya Vanya, kakak perempuan Chris. Wanita itu berada di sebelah Nevan dan mengelus pundak duda itu semenjak Nevan datang.
Nevan sama sekali tak keberatan. Meski dirinya pertama kali bertemu dan merasa asing, tetapi ia merasa sangat nyaman. Sudah lama sekali dia tak merasakan perasaan dan suasana senyaman ini walaupun auranya terlihat suram.
"Bahkan lebih parah. Aku sudah menjelaskan semuanya pada kalian kan. Lagi pula, meski tidak jelaskan pun kalian akan tau," cibir Chris. Dia mendengus menatap saudara-saudaranya.
Selain dirinya dan sang istri. Semua yang ada disini begitu protektif pada Stev. Karena masing-masing dari mereka menaruh satu atau dua bawahan mereka di dekat Stev.
Jadi jangan heran jika keselamatan Stev terjamin
"Kau tau betapa kami menyayangi putramu kakak ipar." Benjamin ... Adik ipar Chris atau adik bungsu Mary itu menyahut. Dia terkekeh ketika mendapatkan delikan dari sang kakak ipar.
"Lalu bagaimana kedepannya?" tanya Vanya.
"Lakukan saja seperti rencana. Hilangkan semua penjagaan yang Stev taruh untuk mereka," ucap Chris. Ucapannya sedikit mengandung emosi. Mary hanya bisa bungkam. Apalagi dirinya tak bisa melawan keempat manusia yang begitu menyayangi putranya.
"Apa tak berbahaya bagi Darren?"
Benjamin mendengus. "Biarkan dia mendapatkan ganjarannya." ia terlanjur kesal dengan kebodohan cucu keponakannya itu. Bagaimana bisa keturunan Albert dapat di bodohi oleh seorang lalat.
"Tapi bagaimana jika dia mendapatkan luka yang serius?" ucap Mary khawatir. Bagaimana pun, Darren adalah cucunya.
"Kami tak akan membiarkan dia terluka seserius itu kakak. Ini hanya sebuah peringatan untuk nya dan saudaranya, betapa Stev kami menjaga mereka, " sahut Robert.
"Mereka juga harus tau. Jika Stev menempatkan seseorang yang sangat berpengaruh di dekat mereka. Dengan kepergian Stev, pastinya perlindungan yang selama ini mereka terima tak akan lagi mereka dapatkan."
Mary pun hanya bisa pasrah. Dia menghela nafas. Kemudian menatap mata putranya yang terlihat kosong. Dia berdiri dan mendekati Nevan lalu memeluk putranya. "Anak mama bukan ayah yang gagal," gumamnya menenangkan Stev.
Mary salah paham dengan kekosongan mata Nevan. Berpikir jika anaknya itu sangat kepikiran oleh situasi yang saat ini terjadi.
Sedangkan di pikiran Nevan. Dia mencerna segala ucapan yang baru saja dia dengar. Stev menepatkan penjaga di sekitar anaknya? Jadi maksudnya, Stev melindungi anaknya dari segala mara bahaya dalam diam?
Nevan benar-benar terkejut dengan fakta ini. Apakah Stev adalah tipe ayah yang tak tau bagaimana cara menyampaikan kasih sayang kepada anak-anaknya?
'Sialan Stev! Kenapa kau harus melakukannya secara sembunyi sih! Semuanya tak akan jadi serumit ini jika kau terbuka bajingan!!' teriak kesal Nevan dalam hati.
*
Kinsley yang merasa aneh karena tak melihat ayah nya seharian. Saat ini, ia sedang makan malam dengan kedua adiknya. Akhir-akhir ini ia sedikit memperhatikan kebiasaan sang ayah. Ayahnya akan makan malam bersama atau setidaknya akan duduk di ruang keluarga dengan laptop.
Apakah ayahnya berbuat sesuatu kemarin? Dirinya tak tau karena tadi malam Kinsley lembur. Banyaknya laporan pembatalan kerja sama yang membuat dirinya harus memutar otak agar pembatalan itu tak terjadi.
Jadinya, Kinsley pulang jam 3 pagi. Seharian ini pun Kinsley harus mengurus hal tersebut tanpa menyadari keberadaan sang ayah.
"Ayah? Kemana dia?"
Tubuh keduanya membeku. Namun mereka mencoba terlihat biasa dan acuh.
"Mungkin pergi? Tadi malam dia mengatakan jika akan pergi dengan opa," sahut Henry acuh. Berbeda dengan hatinya yang merasa tak tenang dan sedih. Apakah ayahnya beneran pergi atau hanya lembur di kantor seperti biasa.
"Biarkan saja. Palingan dia lembur lagi. Dia kan sudah biasa mengacuhkan kita. Kita tak perlu memikirkannya. Ayah sudah dewasa, seharusnya dia tau apa yang akan dia lakukan," timpal Darren sembari menyendokkan nasi ke dalam mulutnya.
Sama seperti Henry, hati Darren tak tenang. Berharap apa yang di katakan abangnya itu adalah omong kosong yang di katakan oleh ayahnya. Nyatanya, ayahnya itu sedang kencan dengan kertas kesayangannya.
Kinsley diam, dia juga terlihat gelisah. Ia pun berdiri dan pamit dari sana.
Ia akan menghubungi sang opa untuk memastikan benar tidaknya ucapan sang adik.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi ayah tiga anak. ✔ TERBIT
Teen Fiction( Beberapa part di hapus demi kepentingan penerbit ) Nevanio Dirga yang kehilangan putranya pada usia 2 bulan. Di berikan kesempatan memasuki raga seorang duda beranak tiga di sebuah Novel. Bukankah itu sebuah keberuntungan? Simak kisahnya.. Btw, j...