4.

36.3K 3.6K 159
                                    

Nevan menatap keatas dimana gedung pencakar langit itu menjulang tinggi ke atas. Duda itu berdecak kagum melihat betapa besar dan megah bangunan yang di miliki Stev itu.

Sadar dari rasa kagumnya, Nevan merapikan Jas dan melangkah masuk. Dia tak boleh mencoreng aura khas milik Stev dengan sikap kampungannya.

Nevan berjalan lurus, pastinya dengan aura angkuh yang sudah melekat didiri Stev yang sekarang juga milik Nevan. Pria itu melihat dua penjaga pintu yang terlihat kekar dengan jas hitam membungkuk 90° padanya ketika lewat.

Nevan mendengus angkuh, sungguh. Berada di dalam raga Stev menjadi kesenangan tersendiri baginya. Dia masuk dan langsung di sambut oleh seorang wanita yang berpakaian ketat, make up menor sedang menggandeng lengannya. Menggesekkan buah dadanya yang membuat Nevan jijik. Dia memang menyukai bongkahan dada, tetapi jika seperti ini, lain jalur.

"Anda sudah datang presdir," ujar wanita itu. Nadanya sedikit mendayu dan lembut. Perlakuan yang ia lakukan mendapatkan tatapan malas dari beberapa karyawan yang melihat.

"Pergi dariku dasar jalang!" sentak Nevan dan mendorong wanita yang menjadi resepsionis dalam kantor Stev itu. Dia merasa risih.

"Bara!" teriak Nevan. Dia mengibas-ngibaskan lengannya seolah ada kuman yang menempel di jas mahalnya.
Seseorang bernama Bara datang dan membungkuk. Matanya sedikit melirik Gina, selaku resepsionis itu kesal. Pasti karena ulah wanita itu, tuannya terlihat marah. "Ya tuan."

"Kau manager disini kan? Harusnya kau tau, ini adalah kantor perusahaan. Bukan tempat kupu-kupu malam! Kau mau klien saya masuk dan di suguhi ulat keket seperti nya hah??!!" marah Nevan menunjuk Gina tanpa menyaring ucapannya.

"Maafkan saya tuan, saya aka-"

"Bereskan dia. Saya tidak mau ada kotoran di perusahaan saya. Dan kumpulkan semua data perusahaan. Suruh Ceylon mengantarnya padaku," perintah Nevan. Bara hanya bisa pasrah dan mengangguk.

"Awas saja kalau ada kesalahan sedikit saja. Maka bersiaplah kalian semua," tekan Nevan lalu pergi dari sana.

Barulah para karyawan menghembuskan nafas lega. Sungguh, ini pertama kalinya melihat Presdir mereka marah besar. Mereka semua pun menatap sengit Gina dan mencemoohnya.

Bara memijat pelipisnya pelan. "Penjaga! Tunggu apa lahi. Seret wanita ini keluar!"

Penjaga yang di luar pun segera masuk dan menyeret Gina keluar. Gina memberontak minta di lepaskan. Wanita itu berteriak tak terima di perlakukan seperti ini.

.

"Bagus, pertahankan semuanya," ucap Nevan merasa puas dengan hasil dari data perusahaan. Semuanya bersih tanpa cela.

Dia memberikan seluruh berkas pada Ceylon, tangan kanan Stev. "Berikan itu pada Bara." Nevan melihat jam di tangannya kemudian berkata, "Persiapkan berkas untuk meeting. Katakan pada Ethan bahwa dia yang akan menjelaskan keseluruhannya pada Klien kita nanti."

Pria yang bernama Ceylon pun mengangguk mengerti kemudian melakukan apa yang di suruh Presdirnya.

Melihat kepergian Ceylon, barulah Nevan bernapas lega. Dia sedikit mengedurkan dasinya dan menyugar rambutnya. "Menyenangkan sekali." benar kan? Segala pekerjaan yang kita lakukan akan terasa enteng ketika kita menikmati pekerjaan itu.

Apalagi posisi Nevan sebagai boss disini. Ini memungkinkan dirinya untuk bebas menyuruh bawahannya. Hahahahahahahaha.

Lupakan.

*

Suara tawa menggema hingga keluar Mansion. Nevan menautkan alis saat ruang tamunya terdengar bising. Dia pun masuk saat salah satu bawahannya membukakan pintu mobil.

Suara langkah kakinya berhasil membuat beberapa pemuda yang tadinya bising seketika senyap. Nevan pun di buat bingung. Dia menghentikan langkahnya kemudian menoleh ke arah kumpulan pemuda tersebut.

Satu alisnya terangkat ketika semua pemuda itu menunduk. "Ada apa dengan mereka," batinnya bingung.

Tak sengaja, matanya menatap satu gadis di tengah tengah segerombolan pemuda itu. "Siapa gadis itu?" bibirnya sudah tak tahan untuk bertanya. Jiwa julidnya berkobar seketika.

Jika di ingat lagi, ini juga merupakan bagian dari novel. Dimana gadis yang dia maksud itu adalah Fania. Perempuan yang di tolong Darren ketika mengalami pelecehan ketika pulang sekolah tadi sekaligus figuran protagonis di Novel.

"D-dia teman kami om." salah satu dari mereka menjawab. Darren selaku anak Stev pun hanya bungkam.

Sedangkan gadis yang di tanyai pun hanya diam sesekali melirik Nevan penuh arti.

Ayolah mereka semua takut pada Stev. Memangnya, siapa yang tidak takut jika di pandang dengan datar oleh pria duda anak 3 itu.

Nevan berjalan ke arah mereka. Suara pantofel yang terdengar nyaring di antara keheningan yang melanda. Pria itu menyilangkan tangan di dada dan berucap, "Jam berapa ini? Bawa pulang gadis itu. Saya tidak mau tempat saya di huni oleh gadis yang tidak tau waktu dan tidak tau bahaya yang ada di sekitarnya." Setelahnya Nevan pergi.

Keheningan masih melanda. Tak ada yang berani menjawab atau menyangga ucapan Nevan sampai pria itu tak terlihat di mata mereka. Hingga..

"Hiks.. Aku salah apa? Om itu ngusir aku?"ucap lirih salah satu gadis yang berada disana.

Tbc.

Menjadi ayah tiga anak. ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang