22.

25K 2.8K 215
                                    

Comeback~~~

Siap-siap darah tinggi~















































Setelah menyelesaikan urusannya dengan kepala sekolah. Nevan lekas menuju pergi untuk bergegas ke perusahaannya. Dia yakin jika meeting itu di batalkan. Nevan juga harus meminta maaf secara formal kepada klien pentingnya nanti.

Bell yang menandakan jika semua murid pulang menggema. Ini sedikit membuat Nevan rindu akan masa putih abu-abunya. Dia sedikit terkekeh yang mengundang teriakan beberapa siswi yang sejak tadi curi pada ke arah Nevan.

Siapa sih yang tidak tau akan Nevan, ah maksudnya Stev. Duda hot yang memiliki tiga putra sekaligus pria tampan yang populer di kalangan wanita. Entah itu janda, perawan, bahkan yang sudah bersuami.

Pria mapan yang wajib di nikahi. Apalagi label duda yang sangat cocok untuk pria itu.


Kyaaa! Lo liat tadi? Dia pasti senyum ke gw!'

'Mimpi lo ketinggian. Dia senyum ke gw!'

'Idih, muka lo kek keledai kebelet gitu sok-sok an di senyumi cowo. Apalagi cowonya modelnya kek dia ... Aaaa ... Nikahi aku mass!'

'Ingat bodoh! Kau masih kecil. Dia udah punya tiga buntut'

'Khusus untuknya, aku rela jadi ibu sambung Darren!'


Banyak lagi bisikan para gadis yang di tujukan untuk Nevan 'Stev'. Nevan sangat senang tentu saja, dia menyugar rambiutnya kebelakang. Tatapan tajamnya membuat beberapa gadis meleleh. Wajah datar yang sayangnya tampan itu berhasil membuat para gadis mimisan.

Brugh!

Semua sirna ketika seseorang yang entah bagaimana jatuh di depan Nevan. Tatapan Nevan menyipit, dia tau betul akan-akalan bulus di bawahnya ini. Siapa lagi kalo bukan Fania.

Nevan acuh, dia meninggalkan Fania. Mengacuhkan gadis itu yang saat ini tengah menangis serta bisikan mencemooh dari gadis-gadis yang sedari berteriak memujanya.



*




"Ayah."

Nevan mendongak, dia menaruh benda pipih yang ia pegang hanya untuk menjawab panggilan Darren. Nevan mengernyitkan alis ketika wajah Darren masam.

"Ada apa?"

Nevan bisa melihat jika tangan putra bungsu Stev itu mengepal.

"Ayah. Aku dengar dari Fania kalo ayah yang ngebuat dia jatoh? Ayah bahkan ga nolong dia sama sekali?" tanya Darren dengan nada yang teramat kecewa.

Nevan hanya bisa cengo mendengar itu. "Hm?" dia di buat bingung akan ucapan Darren. Kapan dia menjatuhkan gadis gatal itu, pikirnya.

"Ayah membuat Fania malu."

"Dia menangis dan enggan menampakkan wajah karena hinaan murid lain yang mengatakan jika dia mencoba menggoda ayah!" nada yang sedikit meninggi itu Darren layangkan pada Nevan.

"Ayah. Dari dulu, ayah tak pernah ada untuk Darren. Ayah tak pernah membahagiakan Darren. Yang ayah lakukan hanyalah membuat Darren kecewa!" bentaknya. Saraf oktaf Darren meningkat mengingat wajah kacau Fania.

"Sampai detik ini, ayah tak pernah melakukan hal yang istimewa bagi Darren, bagi kedua saudara Darren."

"Ayah. Fania adalah gadis yang berhasil membuat senyumku kembali. Kenapa ayah malah mempermalukannya?" tatapan Darren menyendu. "Sakit ayah. Sakit ketika melihat dia dengan tatapan sedihnya."

"Ayah suka sekali ya menghancurkan kebahagiaan Darren? Ayah tak pernah melakukan itu. Setidaknya, jika tak bisa membahagiakan anak. Ayah jangan menghancurkan apa yang menjadi kebahagiaan anak ayah. AYAH GA TAU KAN, SEBERAPA GAGAL AYAH MENJADI SEORANG AYAH!" kata Darren menyeruakan hatinya. Meninggikan suara di akhir kalimat yang membuat Nevan terdiam.

Darren memang mendengar apa yang di katakan opanya. Tapi, hanya hal sepele itu yang ayahnya lakukan? Tak ada yang spesial.

"AYAH BAHKAN TAK PANTAS DI SEBUT AYAH!"

Air mata Nevan mengalir deras. Mulutnya bungkam. Artinya, ia menangis tanpa suara. Namun, wajahnya menunduk yang dan Darren tak tau.

"Darren, hey ada apa?" tanya Henry yg baru saja datang. Dia mengelus punggung adiknya berharap emosi Darren berkurang.

Sejak datang, Henry sudah mendengar teriakan adiknya. Pemuda itu mengalihkan pandangan ke arah sang ayah yang sedang menunduk.

"Tanya saja sama dia abang! Ayah yang tak pernah memberikan kebahagiaan pada anak-anaknya malah hampir menghancurkan kebahagiaan yang ingin di gapai anaknya!" jawab Darren menunjuk Nevan. Pemuda itu menepis tangan Henry dan pergi dari sana.

Henry menatap tajam sang ayah, "Lihat! Lihat yang ayah perbuat. Semakin lama, ayah semakin rendah di mata kami!" cecarnya kemudian pergi menyusul sang adik.

Nevan? Perasaannya tak menentu. Ini adalah Tubuh Stev tetapi kenapa dadanya terasa berdenyut. Kenapa ia yang harus merasakan sakitnya di bentak oleh anak. Apakah tak ada perbuatan baik yang di lakukan oleh Stev sehingga anak-anak Stev setidaknya memiliki sedikit rasa simpati?

Sakit ... Hatinya sakit.













Tbc.

Menjadi ayah tiga anak. ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang