25.

26.7K 3K 296
                                    






"Gimana lo bisa kek gini Darren?" tanya Isla. Dia prihatin akan keadaan temannya itu. "Jangan bilang mereka yang ngelakuin ini?" lanjutnya yang di angguki oleh Darren.

Pemuda itu terbaring di brangkar rumah sakit karena di serang oleh musuhnya. Entah mengapa, dua hari ini mereka mengejarnya hingga membuat ia terluka. Darren sungguh shock lantaran ini pertama kali untuknya.

Dari dulu, hidupnya aman dan baik-baik saja meskipun dia sering merendahkan musuh.

"Kan gw udah bilang. Jangan suka ngerendahin musuh. Kena batunya tau rasa," julid Aldi. Dia memandang sinis Darren.

"Aldi!"

Aldi berdecih ketika Raven memperingatkannya. Dia hanya bisa bersedekap dada. Jangan tanya mengapa dia begitu sensi. Aldi hanya kesal pada Darren yang semena-mena, karena bukan hanya Darren yang di kejar tetapi dia dan teman-temannya juga kena imbas.

"Kenapa bisa ya? Selama ini bukankah mereka bahkan ga berani dekati lo?" tanya Geo penasaran. Karena meskipun Darren sering menghina atau merendahkan musuh mereka. Darren tak pernah di serang atau bahkan di targetkan.

Aldi mengangkat bahu. "Ayah dia kan sudah minggat."

Alis Darren bertaut, dia menatap Aldi tak suka. "Maksud lo bawa dia ke masalah ini apa?" berangnya menatap tajam Aldi.

"Lo bodoh atau memang ga sadar? Lo selama ini selamat karena penjaga yang ayah lo taruh di sekeliling lo," jawab Aldi. Dia benar-benar heran dengan Darren yang bahkan tanda seperti itu saja tak mengerti.

"Eh iya anjir! Gw aja sering di tolong sama bawahan bokap lo ketika gw di serang," timpal Jevano yang ingat jika dia beberapa kali di tolong oleh bawahan Stev.

Aldi mengangguk. "Nah, karena dia minggat. Otomatis kan penjaganya pada mundur."

"Tapi kan om Stev bisa aja ga merintahin mereka buat ga mundur kan?" sahut Geo.

Aldi memutar bola mata malas. "Kek ga tau sikap temen lo akhir-akhir ini. Siapa tau kan om Stev dan muak jaga anak yang ga tau diri," ujar Aldi pedas. Dia mengatakan hal seperti itu dengan blak-blakan.

Mereka sudah tau alasan dan mengapa Stev pergi.

"Aldi lo ga harus ngucapin itu. Bagaimana pun om Stev juga penyebab kenapa Darren seperti ini. Gw aja salut sama Darren dan kedua saudaranya ga kena penyakit mental karena di acuhkan. Coba itu gw, apa ga frustasi gw sampe mampus!" sanggah Isla. Dia memang tidak membenarkan tingkah laku temannya, tetapi ayah temannya itu juga pelaku mengapa temannya bersikap demikian.

"Tapi gw lihat om Stev juga mulai berubah. Tapi dasarnya temen lo itu kepala batu. Gw yakin dia juga tau kalo km Stev yang ngejaga dia selama ini," tekan Aldi kekeuh terhadap pendiriannya. "Kalo dia ga sadar. Fiksi sih, dia perlu di sadarkan dari kebodohan."

"Aldi lo keterlaluan. Plis ga usah beradu argumen di rumah sakit," sergah Raven yang sedari tadi diam. Dia sudah di buat pusing karena temannya terluka oleh musuh, tetapi temannya yang lain malah beradu argumen.

Darren hanya bisa mendengarkan sembari memikirkan kata yang di ucapkan temannya. Apa ini terjadi karena ayahnya pergi? Wajahnya menyendu, dia merindukan ayahnya.

Aldi berdecih, dia berdiri lalu keluar dari ruang inap Darren. Dia tau masalah temannya itu, karena Darren sering bercerita. Menurut Aldi, Stev adalah tipe ayah yang tak tau bagaimana menyampaikan rasa sayangnya.

Dia memang tak membenarkan Stev, tetapi tingkah temannya juga keterlaluan.

Aldi tidak memilki ayah. Dia hanya memiliki ibu dan saudara. Ayahnya telah berpulang sejak dia dalam kandungan akibat kecelakaan. Dirinya tak tau bagaimana rasanya di lindungi oleh ayahnya.

Itu mengapa dia sangat sensitif dari awal. Jika Darren tak menginginkan ayahnya. Dia siap menjodohkan Stev dengan ibunya.

Ibunya pun juga ga jelek amat. Ibunya sangat cantik dan lembut. Hidupnya akan sempurna jika dia memiliki ayah.

*

"Gw udah cek cctv, benar yang ayah lo katakan kalo Fania berbohong," ujar Raven memecah keheningan yang melanda.

Darren terkejut. "Jadi maksud lo Fania beneran bohong?"

Raven mengangguk, dia memberikan ponselnya dan memutar Video kejadian dimana Fania terjatuh. Di video itu terlihat jika Fania menjatuhkan dirinya sendiri saat Stev 'Nevan' akan mendekat.

Darren kaget, dia tak menyangka jika gadis yang di kata baik malah berbohong padanya. Padahal dirinya sangat membela gadis itu di depan sang ayah.

Raven yang melihat keterkejutan Darren hanya bisa menghela nafas. Raven langsung mengecek cctv saat Fania menangis dan mengatakan jika dirinya di jatuhkan oleh Stev 'Nevan'.

Raven yang tak percaya langsung pergi keruang cctv karena merasa jika apa yang di ucapkan Fania mungkin tidak benar mengingat bagaimana sikap ayah Darren itu.

Maksudnya ... Untuk apa pria dewasa seperti Stev 'Nevan' sengaja mendorong gadis remaja seperti Fania. Itu tak masuk akan menurut Raven.

"Jadi gw salah?" lirih Darren. Pemuda itu menutup wajahnya. Perasaan bersalah langsung hinggap di dadanya.

Dia salah karena tak mendengarkan ayahnya saat itu. Dia salah karena tak mencoba mencari tau. Dia di butakan oleh rasa marah yang tak mendasar. Dia di buat kalap karena Fania yang mengadu padanya tanpa mencari tau kebenarannya.

Bohong jika ia tak merindukan ayahnya. Dari dia kecil, meskipun ayahnya selalu saja sibuk dengan pekerjaan, ayahnya akan pulang walau terkadang tidak dalam beberapa hari.

Tetapi rasanya berbeda ketika dirinya tau bahwa ayahnya pergi dan tak satu Negara dengannya. Apalagi, mengingat bagaimana ucapan yang dia lontarkan pada sang ayah begitu kejam.

Raven, Isla, Geo dan Jevano diam saat Darren menangis. Mereka merasa iba terhadap temannya itu. Mereka juga tau bagaimana Darren menantikan perubahan ayahnya. Tetapi mungkin waktunya yang tepat bersamaan dengan kedatangan gadis yang di awal kedatangannya sangat tak di sukai oleh keempat pemuda itu.






















Keknya kok makin kesini makin nyeleneh. Pliss ... Beneran di buat bingung, waktu nulis kek langsung kehilangan ide seketika. Ketika di paksain malah gini jadinya ... Jadi jangan heran kalo aneh 🗿






Tbc.

Menjadi ayah tiga anak. ✔ TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang