Nevan tengkurap di kasur lebarnya. Dia memeluk mamanya yang mengelus rambut duda itu lembut. Kata penenang pun Mary ucapkan ketika sang putra menangis sesenggukan.
Mary sangat khawatir, tapi bersamaan dengan itu, dia merasa geli. Tadi pagi putranya membunuh pengkhianat kantor. Tetapi sekarang, putranya ini malah merengek dan menangis karena rasa panas.
"Ck, ada saja lalat yang membuat kamu terluka. Papa tidak tau, harus di apakan mereka semua. Kamu juga keras kepala. Selalu saja melindungi mereka yang nyakitin kamu!" gerutu Chris.
Mulutnya mengoceh sementara tangannya mengoleskan salep di punggung sang anak. Dia marah besar ketika putranya memasuki kamarnya dan sang istri dengan wajah yang sudah menahan tangis.
Mary terkekeh mendengar suaminya menggerutu. Sungguh lucu, wajah datar suaminya sedikit ekspresif ketika bersama sang putra. Hanya untuk dirinya dan putranya lah suaminya bisa seperti itu.
"Anak kamu juga gila! Kenapa sih, aku punya cucu bodoh! Keturunan Albert itu tidak ada yang bodoh!"
"Sudah-sudah ... Anakmu sudah tidur. Jangan berisik," bisik Mary.
Chris menoleh kebawa dimana putranya sudah tertidur. Dia tebak putranya ini tidur karena lelah menangis. Ini sudah kebiasaan Stev, pria itu tak akan berhenti menangis selain lelah dan tidur.
"Sayang, kamu tidur saja. Aku kebawah sebentar."
Mary pun mengangguk lalu menghela nafas. Entah apa yang akan dilakukan suaminya di bawah ia tak tau. Semoga saja tak akan terjadi hal yang tak di inginkan.
Sementara di bawah, Chris menggila. Dia menyuruh bodyguard membawa pulang Keynara. Sementara dirinya menyeret Darren ke belakang ruang bawah tanah.
"Opa!" serunya. Dia tak mengerti mengapa sang opa tiba-tiba marah dan membawanya ke ruangan tempat ayahnya menghukum seseorang.
Chris mengkode bodyguard yang sedari tadi mengikutinya untuk mengikat Darren di sebuah tiang. Setelahnya, salah satu dari mereka membuka baju bagian atas Darren.
Chris mengambil sebuah cambukan. Lalu dia mencambuk punggung Darren 10 kali.
Ctak!
Tubuh Darren tentu saja lemas setelah menerima 10 cambukan itu. Dia menangis karena merasakan perih.
"Bawa dia ke kamarnya. Panggil dokter keluarga untuk mengobati dia," perintah Chris dan pergi dari sana.
*
"Apa maksud opa mencambuk Darren hah?!" teriak Henry marah. Dia benar-benar marah sekarang. Bagaimana bisa opanya mencambuk sang adik.
Tadi siang adiknya baik-baik saja. Tetapi ketika dia ingin membangunkan sang adik untuk makan malam, adiknya malah terbaring tengkurap karena sebuah luka di punggung.
"Menyambuknya, apalagi?"
Brak!
"Opa keterlaluan!" Henry menggebrak meja. Dia tak terima keetika opanya dengan enteng berkata demikian sambil memakan makanan dengan santai.
Chris yang memang memiliki kesabaran setiap tisu itu langsung menarik perlak meja yang langsung menghamburkan segala sesuatu yang ada di atas meja.
Sret!
Prang!
"Kau pikir opa orang gila yang menghukum seseorang tanpa alasan?!" ketus Chris. Dia menatap Henry tajam, "Papa bahkan belum menghukum kamu atas apa yang kamu lakukan pada ayahmu!" teriaknya marah.
Mary mengelus dada suaminya agar lebih tenang. "Sayang, tenanglah."
"Cucumu ini perlu di nasehati."
Henry tersenyum mengejek. "Oh, Opa marah karena ayah? Orang yang sama sekali tak memperdulikan kita?"
"Opa ... Putra kebanggaanmu itu ayah yang gagal. Aku benci ayah. Dia selalu mengabaikan kami. Lalu, ketika kami melakukan seperti ini, opa mau marah? Apakah orang tua selalu egois seperti ini?" cecar Henry memandang Chris remeh.
Chris melangkah kemudian mengangkat kerah Henry dan membanting tubuh cucunya kemeja yang sudah kosong. Sudah di bilang, kesabaran Chris sangat tipis. Dia tak akan segan-segan dengan orang yang membuat putranya sedih ataupun terluka.
"Opa!" teriak Kinsley.
"KAU PIKIR SELAMA INI HIDUPMU DIPENUHI KEBERUNTUNGAN KARENA TAK PERNAH MENDAPATKAN KEGAGALAN? KAU PIKIR ADIKMU SELALU SELAMAT KETIKA DIA SELALU MEMPROFOKASI MUSUH DAN MUSUHNYA MENGINCAR ADIKMU TAPI DIA SELALU SELAMAT KARENA KEBERUNTUNGAN? KAU PIKIR KAKAKMU ITU MENDAPATKAN JACKPOT DAN PERUSAHAAN MAJU ITU KARENA KEBERUNTUNGAN?!!" teriak marah Chris menggelegar. Suaranya begitu nyaring hingga menggema ke seluruh ruangan.
"ITU SEMUA KARENA ANAKKU! ITU SEMUA KARENA AYAH YANG KALIAN MAKSUD TAK PEDULI. anakku adalah kontributor terbesar di hidup kalian yang sekarang sukses!" lanjutnya. Dia menekan kalimat terakhir.
Semua ucapannya membuat tubuh ketiga buntut Stev membeku. Darren yang terbangun karena suara keras opanya pun mendengar dari awal.
Apa tadi? Apa yang opanya katakan?
"Ayah kalian menjaga kalian dari belakang. Ayah kalian adalah pendukung terbesar. Dia melakukan itu hanya karena ingin kehidupan anaknya berjalan lancar."
"BAGAIMANA MUNGKIN DIA AYAH YANG GAGAL KETIKA KARENA DIA KALIAN SELAMAT! KARENA AYAH YANG GAGAL ITU KALIAN SUKSES. DASAR BODOH!"
Mary pun hanya bisa pasrah ketika suaminya membocorkan semuanya. Dia duduk di kursinya dengan air mata yang mmebasahi pipi.
Dia membiarkan suaminya mengatakan fakta yang selama ini tidak terungkap. Lagi pula, pada akhirnya ... Cucunya akan tau.
Triple up!
Gak papa sakit yang penting kalian happy.
Aku bahagia banget baca komentar kalian. Meski tidak aku balas tapi aku baca semuanya dan bahagia banget.
Makasiih yah yang mau baca cerita unfaedahku. Tapi jangan terlalu banyak berharap loh. Endingnya bakal ga ketebak 🗿
Btw siapapun yang baca ini, jangan pernah di bawa serius. Cerita ini adalah karangan fiksi okay.
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi ayah tiga anak. ✔ TERBIT
Fiksi Remaja( Beberapa part di hapus demi kepentingan penerbit ) Nevanio Dirga yang kehilangan putranya pada usia 2 bulan. Di berikan kesempatan memasuki raga seorang duda beranak tiga di sebuah Novel. Bukankah itu sebuah keberuntungan? Simak kisahnya.. Btw, j...