Jalan Pedang

12 1 0
                                    

Golem itu merapat ke depan, membentuk formasi pertahanan. Mereka berlima berdiri di depanku. Melindungi tuannya dan terus menatap ke lawan. Aku memegang kepala Alz, dan menggeleng-gelengkannya. Namun tak ada reaksi, hanya suara pelan yang ia timbulkan. Gawat, ia benar-benar tak bergerak.

Ketiga Mythical beast sisanya kembali menyerang, berbentuk kuda, gajah, dan gorila. Namun mereka semua tertahan oleh Golem buatan Alz. Kekuatan mereka setara, golem itu bergerak cukup cepat, tidak seperti golem pada umumnya. Bergerak sangat alami, tak perlu dikendalikan langsung. Sebenarnya sihir apa itu? Sihir tanah biasa tak mungkin bisa membuat golem yang memiliki pikiran sendiri.

Dari kejauhan siluet hitam mulai bergerak, The Preacher yang duduk di atas singgasana mulai bergerak dengan mahluk tangan yang berbentuk laba-labanya. Tanganku siaga, terus menatap jauh ke depan. Tak lama, The Preacher kemudian meloncat dari mahluk itu dan melesat ke depan. Mahluk itu menghantam, dan membantu mythical beast yang menyerang Golem milik Alz.

The Preacher hilang aku tak bisa melihatnya di mana-mana. Tiba-tiba ia datang dari udara, menukik, dan kini meluncur dari depan. Ia mendarat, menghasilkan debu yang besar, tiba-tiba maju, menyerangku dengan pedang. Ayunannya cukup kuat, bentuk pedangnya dinamis, seperti sabit, membuatnya mudah melakukan manuver dalam menebas.

Aku menahannya, memberikan ayunan yang setara, menarik nafas dan, mulai mengumpulkan Chi di dada. Membalasnya, kini aku yang menekan The Preacher. Ritme serangan bertambah cepat, aku memojokkannya, dan membiarkannya terus bertahan atas seranganku, tak lama ia mulai menggunakan serangan lain, dari belakang sebuah tangan muncul menggunakan pedang. Ingin menebasku, namun aku melihatnya duluan. Aku menghindar, dan melesat mundur dua langkah.

Apa-apaan itu.

Tiga tangan muncul mengelilingi The Preacher, mereka semua menggunakan pedang dan alat perang lainnya. The Preacher maju, menyerang dari depan, polanya menyilang, kemudian ia menarik tangan kanannya, berputar, mengayunkan dan melempar pedang dari atas dengan menyerong ke bawah. Aku menghindar, pedang itu melesat, hampir mengenai lututku, namun aku berbelok dua langkah ke kanan. Pedang yang tak berhasil mengenaiku sebelumnya ditangkap, dan digenggam oleh tangan yang muncul dari bawah tanah.

Tangan itu kemudian memutar, dan menyerang kakiku dengan pedang. Aku melompat, menghindar, serta terbang ke udara.

Gaya berpedang apa itu, untuk pertama kalinya aku melihat seorang Sorcerer yang bisa mengimbangi Warrior dalam berpedang.

The Preacher berdiri tegak, menatapku dalam diam, tiba-tiba ia mengarahkan tangannya ke atas. Dari langit, muncul sebuah lingkaran sihir, dan sebuah kepalan tangan jatuh dari sana. Besar, lebarnya 6 meter, tangan itu akan menghantam, aku berbalik ke atas, dan menahannya dengan pedang. Namun dari bawah muncul tangan-tangan kecil lagi yang mengacungkan pedang ke atas. Menungguku jatuh, ingin menusukkan pedang ke dada.

Gawat, kepala berpikir dengan cepat, memaksa kemampuannya sampai di ujung batas. Berpikir, terus berpikir. Kemana aku harus pergi? Kemana aku harus menghindar? Waktu terasa melambat seiring melemasnya tubuh yang tak tahu arah.

Sepertinya...

Aku akan mati sekarang...

“Helical vortex!”.

Tiba-tiba angin kencang berhembus dari barat. Menerpa, dan mendorongku ke kejauhan. Aku terjatuh, berguling-guling namun kemudian berbalik dan menahan tekanan dengan kaki kanan. Berdiri, kaki kini telah menguatkan posisinya serta menatap ke arah The Preacher.

Sihir itu ternyata datang dari Alz. Ia mengarahkan tangannya kedepan dengan sedikit terengah-engah. Alz kemudian terbang, datang ke arahku. Aku memegang pundaknya dan menyuruh ia untuk tetap di belakang. Alz menolak, ingin bertarung sekuat tenaga. Memaksa, terus bersikeras untuk membantu. Tak bisa menahannya, mempersilahkan, namun dengan catatan, aku akan melemparnya jika ia terus menjadi beban.

RattleheartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang