"Arslan kau bukan bagian dari kami."
Wajah datar tercipta saat mendengar kalimat itu. Spontan, tanganku berhenti mengangkut barang. Mulai membalas dan memperhatikan orang tua yang tak jelas ini.
"Setelah 8 tahun membawa dan menyuruhku membunuh berbagai macam orang kau bisa mengatakan itu?"
Harold tertawa mendengar perkataanku. Tangannya meninggi, kembali meneguk botol arak yang dipegangnya sedari tadi. Sempoyongan, kemudian melanjutkan perkataannya.
"Tidak, aku benar-benar mengatakannya dengan jelas, kau memang berbeda dengan kami."
"Apanya yang beda, kau membunuh begitu pula aku."
"Itu dia bedanya."
Harold memalingkan pandangan, lalu mengasah pedangnya. Sungguh membuang waktu. Membuka sebuah topik, kemudian menyelesaikannya dengan pernyataan retoris. Tak ada gunanya aku membalas. Diri ini memutuskan untuk pergi, mengambil barang tuk diangkut lagi ke atas kereta kuda. Melanjutkan pekerjaan, dan meninggalkan pria berpenutup mata setengah itu sendirian.
"Siapa yang menyuruhmu pergi? Aku belum selesai berbicara."
"Apalagi?"
Tubuhnya berdiri, berjalan pelan, dan tiba di depan. Tangannya terulur panjang, menyentuh dan menepuk pundakku dengan perlahan. Tak lama, ia kembali berkata.
"Kau terbawa hati dengan ucapanku tadi?"
"Tidak, biasa saja, banyak hal yang harus aku lakukan, tak ada alasan lain."
"Kaku sekali."
Harold tertawa sekali lagi. Sifatnya tak pernah berubah. Delapan tahun aku berpetualang bersama mereka. Delapan tahun aku berperang dan membunuh sesama manusia. Tetapi, sifatnya tak pernah berubah. Dia selalu sama, hanya menerima tawaran perang terbuka dan misi menyelamatkan desa. Tak mau lebih dari itu, tak mau terlibat dalam penjarahan. Tak mau terlibat dalam penyiksaan orang-orang. Di saat para tentara bayaran dengan senang hati melakukannya atas bayaran. Dia menolak semua itu. Untuk itu aku mengikutinya, untuk itu pula aku tahan dengan semua sifatnya. Kini, ia bilang aku bukan bagian dari mereka? Apa maksudnya?
"Jadi apa yang mau kau ucapkan?"
"Kau memang bukan bagian dari kami. Benar-benar bukan. Kau tak pernah berubah dari awal."
"Lagi-lagi berbicara yang sama, kau juga tak pernah berubah."
Harold tersenyum, kemudian merangkulku dengan erat. Aku berusaha mengindar, namun ia terus memaksa. Ah, bau sekali. Bau alkoholnya tercium menyengat. Tindakan ini, sepertinya ia sedang mabuk berat. Sungguh menyusahkan.
"Kenapa? Kau masih membenci alkohol? Ayolah minum setenggak."
"Tidak akan pernah."
"Dasar bocah. Tapi itu yang aku suka darimu. Kau tak pernah berubah. Kau selalu sama, kau selalu berbeda dengan kita."
Harold kembali mengatakan kalimat itu dengan spontan. Mengatakan sesuatu, yang entah kenapa sangat ingin kudengar lanjutannya.
"Kau Arslan, kau benar-benar beda. Matamu, matamu sama seperti dulu. Sama seperti saat aku pertama kali menemukanmu. Membunuh sama sekali tak merubahmu. Kau tak pernah menderita seperti kami."
"Apa maksudmu?! Aku-"
"Kau..., kehilangan segalanya. Mata itu mengatakannya. Dunia kini sangat kosong untukmu kan? Kau tidak ingin apa-apa lagi selain bertahan. Kau jelas berbeda dengan kami. Kami ingin uang, kami ingin kekayaan. Meski nyawa taruhannya. Kau bukanlah tentara bayaran sejati. Apa yang kau cari Arslan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rattleheart
Pertualangan(Cerita Update setiap 3 hari sekali) Arslan adalah seorang tentara bayaran yang mencari arti dari dunia. Baginya dunia tak lagi sama semenjak dia terpaksa menjadi tentara bayaran. Peperangan, rasa sakit, hubungan antara manusia. Apa sebenarnya itu s...