Chapter 25

1.1K 174 70
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, presensi seseorang yang duduk termenung di bangku taman belakang berhasil membuat atensi Rose tersita sepenuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari, presensi seseorang yang duduk termenung di bangku taman belakang berhasil membuat atensi Rose tersita sepenuhnya. Wanita yang sudah memakai gaun malam dibalut coat panjang berwarna hitam melangkah mendekat dengan gelas dan wine ditangannya.

Pria yang sudah memasuki kepala tiga itu menoleh sesaat ketika bangku sebelahnya terasa akan kehadiran seseorang. Jungkook kembali fokus pada sigaret miliknya, kepulan asapnya kontras dengan gelapnya langit malam. Rose menuangkan wine pada gelas, menyesap salah satunya.

"Dari pakaianmu, sepertinya kau sudah bersiap untuk tidur."

Jungkook membuka obrolan, Rose mengangguk sebagai jawaban, "Hm, tapi melihatmu sendirian disini aku mengurungkan niatku."

"Bagaimana keadaan Jungwon?"

Pertanyaan tentang si bungsu terucap, senyum lebar sang ayah jadi tak terelak, "Keadaannya sangat baik, meski pada awalnya dia menolakku tapi akhirnya dia kembali padaku. Kami banyak bercerita bahkan ketika makan siangpun dia tidak berhenti bercerita tentang hari-harinya. Setelah makan siang kami bermain lego sampai malam hari, lalu setelah makan malam dia memintaku menemaninya mengerjakan tugas sekolahnya. Setelahnya aku membacakan dongeng dan menemaninya tidur."

Rose tersenyum, dipandanginya wajah mantan suami yang nampak bahagia menceritakan si bungsu buat sang ibu bersyukur.

"Lalu Aera?"

Senyum diwajah Jungkook menyusut, ia menoleh ke arah Rose dan tersenyum, "Dia ada."

"Kau melamarnya?"

Raut wajah terkejut Jungkook tak terelakkan, "Kau-

Pandangan Jungkook beralih ketika melihat Rose yang menatap meja dihadapannya. Menatap kotak cincin dari brand ternama dunia dengan senyum terbaiknya.

Jungkook mengangguk pelan, pamdangannya kembali lurus kedepan, "Ya, aku melamarnya. Cincin itu bahkan belum keluar dari saku jasku dan dia sudah menolakku."

Rose tersenyum, "Lalu kau menyerah?"

Jungkook menoleh sesaat, "Menurutmu aku bisa memaksanya?"

Rose terkekeh, kembali ia sesap wine mahal itu, "Tidak, yang sebelumnya kau memaksa pun tidak berakhir baik."

Kalimat sarkas Rose terucap, sontak Jungkook tertawa karnanya. Rose ikut tertawa, entah karna ucapannya sendiri atau ikut miris karna nasib pernikahannya.

"Jung, dengarkan aku."

Jungkook hanya diam sembari kembali menikmati sigaret miliknya. Namun, ia tetap mendengarkan.

"Belajar dari pernikahan kita yang tidak berhasil. Jangan terlalu terburu-buru, dan pastikan dulu perasaanmu pada Aera."

Jungkook menoleh, ia tersenyum kecil, "Tahu apa kau tentang perasaanku?"

DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang