Cup
Jungkook memandang putra bungsunya dalam diam, tangan besarnya mengelus lembut pucuk kepala sang putra. Menggenggam erat tangan si kecil yang bebas infus, Jungkook menundukkan kepalanya dalam-dalam.
Hampir saja, hampir saja Jungkook kehilangan putra kecilnya. Perkataan sang dokter terus menerus berputar dalam kepalanya membuat Jungkook semakin mengeratkan genggaman tangannya.
"Kurangnya aliran oksigen membuat putra Anda mengalami hipoksia. Beruntung Anda tiba tepat waktu."
Cklek
Jungkook mengangkat pandangannya, menatap sosok wanita dengan gaun coklat yang berjalan mendekat.
"Kau sudah melakukan yang terbaik."
Jungkook mengangkat pandangannya, "Belum, bahkan aku hampir gagal lagi, Jisoo-ya."
Jisoo menepuk bahu Jungkook, tersenyum lembut sebelum untaian kata keluar dari bibirnya, "Ini bukan salahmu, tidak ada yang menyangka atau mengira kejadian ini. Kau sudah melakukan yang terbaik, sudah memenuhi tanggung jawab sebagai seorang ayah."
"Jungkook, yang sudah berlalu tak usah kembali diungkit ataupun disesali. Fokuslah pada masa depan, pada kebahagiaanmu dan juga kedua putramu."
Jungkook tersenyum, ia meraih tangan Jisoo yang berada dipundaknya dan menggenggamnya, "Kalau begitu, kau pun demikian."
Jisoo terkekeh, ia mengerti kemana arah pembicaraan Jungkook, "Kalau kau ingin melihat versi bahagia diriku, ya ini jawabannya. Aku bahagia sekarang, sangat bahagia."
"Bahagia saat bersamaku?" Tanya Jungkook mengerling jahil.
Jisoo memukul bahu sahabatnya dan tertawa pelan, "Dasar kau tidak pernah berubah! Selalu saja menjahiliku!"
"Oh, dan kau juga tidak berubah. Masih suka memukul bahuku jika kesal padaku."
"Cih, dasar kelinci berotot!"
"Kau juga kelinci jika kau lupa."
"Kelinci pemarah."
"Jungkook!"
Keduanya tertawa, tidak terlalu keras tapi terlalu asik hingga tak menyadari Rose berdiri didepan pintu menatap keduanya. Ia tersenyum kecil, memilih undur diri dan menutup pintu tersebut tanpa menimbulkan suara.
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Divorce
FanfictionProblematika perceraian Rose dan Jungkook dalam membesarkan kedua putra mereka. Lalu bagaimanakah usaha Soobin dan Jungwon untuk menyatukan kembali kedua orang tua mereka? "Kita boleh bercerai, tetapi Soobin dan Jungwon yang utama."