Chapter 21

1.2K 210 56
                                    

Bacanya pelan-pelan, ya.

Bacanya pelan-pelan, ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tok

Tok

Tok

Cklek

Jennie terdiam ketika membuka pintu kamar, menatap lurus pada sang sahabat yang duduk termangu dekat jendela dengan tatapan kosong. Kakinya melangkah perlahan, mengelus lembut bahu kanan Rose meski tidak ada respon dari sang empu.

Air matanya menetes yang dengan cepat segera Jennie hapus. Ia tidak boleh terlihat lemah dihadapan sang sahabat yang kacau. Kecewanya mendalam tapi menghakimi sang sahabat bukanlah pilihannya.

"Hei, ayo segera turun."

Rose menggeleng pelan, air matanya tak berhenti mengalir dari semalam. Mengingat keras kejadian lebih dari tujuh tahun lalu yang tak menghasilkan apa-apa. Rose lupa, benar-benar lupa.

"Mommy dan Daddy mu ada dibawah."

Sontak saja Rose menoleh cepat, menatap Jennie yang menganggukkan kepalanya. Wanita berambut blonde itu langsung berlari, menuruni anak tangga dengan tatapan menjurus pada kedua orang tuanya.

Kedua lengannya terangkat, bermaksud meminta hangatnya dekap. Namun bukan itu yang ia dapat, melainkan tamparan keras dipipi kanannya.

PLAKK

Tubuh ringkih itu terdorong jatuh tak berdaya. Air matanya mengalir deras, menatap tak percaya pada sang ayah sebagai pelaku utama.

Semuanya terdiam ditempat, terlalu terkejut dengan pemandangan dihadapan mereka. Hingga ketukan pantofel diiringi peluk hangat dalam dekap Rose dapat.

"Menyingkir Jungkook! Biar aku beri pelajaran padanya!" teriakan Sojun menggema diseluruh mansion.

Jungkook hanya diam, ia membantu Rose berdiri. Netranya menatap tajam pada sang mantan ayah mertuanya, "Bukan begini caranya, Sojun-ssi. Dia putrimu, tidak ada yang berubah."

Sojun mengacak rambutnya frustasi, "Dia penghancur segalanya, Jungkook. Segalanya."

Deg

Rengkuhan Jungkook mengerat tatkala ia merasa rematan Rose pada kemejanya mengerat.

"Aku malu mengakuinya sebagai putriku."

Suara Sojun kembali menggema, berhasil menyiram luka lebar pada relung hati sang putri. Netranya melirik takut pada keberadaan sang ibu yang berdiri tepat dibelakang sang ayah. Hanya diam tanpa kata tapi netranya menajam.

"Disaat anak merasa terhakimi oleh kejamnya dunia, ia akan mencari perlindungan dibawah dekap hangatnya orang tua. Mereka akan pulang ke rumah." Jungkook mengucap dalam, menatap tepat keberadaan Sojun juga Yuna.

DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang