Chapter 17

977 206 56
                                    

Ctak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ctak

Jaehyun meletakan secangkir cokelat panas dihadapan Rose. Wanita itu hanya diam tanpa kata membuat Jaehyun khawatir pada temannya itu.

"Minumlah, cokelat panas kesukaanmu."

"Aku mau anak-anakku, Jae.."

"Besok—

"Pergilah, aku ingin sendiri."

"Tapi—

"Aku mohon."

Jaehyun menghela napasnya pelan dan mengangguk. Jika itu mau Rose, Jaehyun bisa apa selain mengangguk mengiyakan.

"Jaga dirimu, segera hubungi aku jika kau butuh sesuatu." Ujarnya sebelum pergi meninggalkan penthouse milik sang wanita.

Hancur sudah pertahanannya, Rose menangis meraung menyesali perbuatannya. Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin ia bisa menyakiti anak kandungnya sendiri?

Rose benci. Rose benci dirinya sendiri. Wanita yang sudah memasuki kepala tiga itu meringkuk diatas dinginnya marmer rumahnya. Seorang diri, tanpa siapapun.

Hatinya berdenyut nyeri, batinnya meraung menyalahkan diri. Rose malang, ia sedang menyalahkan dirinya sendiri.

"Aku ibu yang buruk."

"Aku tidak pantas menjadi seorang ibu."

"Aku menyesal hiks.. Maafkan Mommy hiks.. Soobin putra Mommy hiks... Maaf..."

"Maaf nak hiks.. Bencinya Mommy pada Daddy kalian yang bisa meraih segalanya hiks... Mommy hiks.. Melampiaskannya pada kalian hiks.."

BRAKK

Pintu itu terbuka kasar, Jennie dan Lisa lah pelaku utamanya. Keduanya berlari ke arah Rose, memeluk erat wanita rapuh itu.

"Rosie-ya.."

Rose memegang erat tangan Jennie, "Benciku pada Jungkook menghancurkan segalanya," ucapnya dengan tangisan pilu.

"Sifat burukku kenapa tidak bisa hilang hiks.."

"Rose, sudah. Aku mohon," pinta Lisa.

"Emosiku masih meledak-ledak hiks.. Emosi ini juga yang membuat pernikahanku hancur."

"Jungkook dan Soobin tidak akan memaafkanku hiks.."

"Aku akan bicara padanya." Ujar Jennie berusaha membuat Rose berhenti menangis.

Rose menggeleng pelan, "Itu mustahil, Jungkook tidak akan memaafkanku dengan mudah."

"Dia sangat menyayangi anak-anak—

"Kau juga sangat menyayangi anak-anakmu." potong Lisa cepat.

Rose tertawa miris, "Aku?"

"Aku pernah menelantarkan anak-anakku jika kau lupa."

DivorceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang